Chapter 51

10 3 14
                                    

Tepat hari H, di mana hari ini benar-benar dinanti terkhusus untuk Vincente dan Heiran. Dan sesuai permintaan, Vincente adalah orang pertama yang mengenakan rancangan Heiran. Tentu untuk mendapatkan izin tersebut bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi dengan perjuangan dan pengertian, akhirnya permintaan Vincente diloloskan begitu saja. Mengingat dirinya juga salah satu model untuk Brand tersebut.

Padahal ini bukan untuk pertama kalinya, tapi di tengah lautan model yang juga tampak sedang bersiap, Vincente merasa gugup. Hal yang seharusnya sudah sangat melekat pada pria tersebut dan sudah semestinya jika dirinya terbiasa.

Tapi ini, sungguh. Mau ditekankan berapa kali pun di dalam hati, tetap saja Vincente kini merasa panas dingin. Membiarkan Heiran membantunya bersiap untuk mahakaryanya.

“Kenapa kau begitu gugup? Bukankah kau yang ingin memakai karyaku?”

Vincente yang semenjak tadi menggigit bibir bawahnya terdiam dan mengerlingkan pandangannya ke arah sekitar berusaha menenangkan diri pun akhirnya memusatkan fokusnya pada Heiran.

Dengan sentuhan akhir di mana Heiran mulai menyatukan resleting yang melekat pada jaket yang dikenakan prianya itu, akhirnya memandang Vincente sepenuhnya. Sedikit memberi jarak guna melihat keseluruhan.

“Sempurna. Ternyata kau pantas juga mengenakan ini.”

“Cih, seperti pertama kalinya saja. Mengenai gugup, entahlah. Aku sudah lama sekali tidak merasakan ini sebelumnya. Harusnya aku bisa bersikap biasa.”

Di dalam ucapan tersebut, Vincente memendam sesuatu. Entah bagaimana harus menjelaskannya, tapi untuk saat ini, Vincente sama sekali tidak bisa membayangkan situasinya. Sehingga tanpa sepengetahuan Heiran, Vincente mengepalkan kedua tangannya erat sampai putih memucat memperjelas urat nadinya yang membentuk seperti akar. Meski setelahnya, kepalan tangan itu melonggar. Berusaha meredamnya dengan melihat senyum indah dari wanitanya.

Sembari merapikan yang dirasa kurang, Heiran menjawab. Tidak terlalu memperhatikan ekspresi Vincente yang menegang. “Apa karena kau takut ketahuan olehku bila memiliki kekasih banyak di antara para model yang datang? Aku yakin, para wanita cantik di sekitarmu sama sekali tiada pernah menolak pesona darimu.”
Sontak Vincente mengerutkan dahi. Lagi-lagi topik yang sama. Yang herannya, Vincente justru menyukai sikap posesif Heiran yang samar itu.

“Lagi-lagi pertanyaan klasik. Kenapa? Kau takut aku berlari ke arah mereka? Kalau begitu, bagaimana kalau kita mengumumkan mengenai status kita sekarang? Dengan begitu kau tidak perlu takut dan cemburu padaku.”

Heiran tersenyum menggoda. “Apa itu tantangan?”

“Apa kau merasa tertantang?”

Vincente semakin mengikis jarak. Ingin sekali meraih wanitanya dalam pelukan kala itu juga. Tapi agar tidak menarik perhatian, serta dirinya juga tahu di mana keduanya sekarang, Vincente berusaha menahan diri. Mengarahkan tangan Heiran untuk kembali merapikan apa yang kurang pas. Dan sekali lagi, Heiran dengan polosnya melakukan pengecekan akhir.

“Tidak juga. Aku hanya ... tiba-tiba saja mengingat ekspresimu di kala berdebat dengan Jecky.”

“Dan sayang sekali aku harus mendengar namaku disebut.”

Orang yang tak lain dan tak bukan adalah sosok yang dimaksud Heiran pun hadir. Turut andil dalam acara peragaan tersebut.

“Ada apa? Apa Noona merindukanku?”

Vincente menekan sebelah bahu Jecky dengan sinis. Memberikan penekanan di sana. “Kau. Kau selalu saja mengganggu bersama Istriku,” katanya setengah berbisik, “apa kau tidak cukup puas selalu datang ke rumah kami?”

“Kalau aku bilang sampai aku menjadi suami keduanya bagaimana? Apa Kau akan memberikan akses masuknya?”

Jecky sengaja menggoda Vincente yang hanya di balas dengan seringai sinis.

“Hanya dalam mimpimu! Kau tidak ke depan? Acara red carpet akan dimulai. Bukankah kau juga tamu penting? Penggemarmu pasti akan merasa snagat kecewa bila tidak melihatmu di depan sana.”

Bukannya merasa tersadar akan hal itu dan bergegas, yang ada justru Jecky semakin memancing emosi Vincente dan tetap tinggal. “Akan lebih kecewa lagi bila Noona tidak melihatku di sini. Benarkan, Noona?” Jecky menaikkan sebelah alisnya mencari dukungan.

Namun, di luar dugaan. “Akan lebih baik bila kalian berdua mulai bergegas ke depan. Itu lebih baik dari pada aku harus menyaksikan perdebatan kalian yang kekanakan.”

Dengan kesalnya, Vincente justru menyuruh agar Jecky segera pergi. Memaksanya agar memberi ruang bagi Vincente dan Heiran.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang