Chapter 5

16 5 2
                                    

Linglung, pasti. Entah bagaimana harus mendeskripsikan wajah Heiran yang kini tampak sedang melamun atas kegilaan yang telah mendorongnya hingga ia berbuat seperti ini. Namun, yang ada dalam pikiran Heiran kala itu adalah dirinya yang akan segera menemui sosok idolanya dari jarak dekat. Bukan hanya sekadar foto yang dipandangi dan juga iklan yang selalu memuat sosok pria tampan tersebut melalui media digital elektronik. Melainkan benar-benar bertemu secara nyata tanpa adanya tabir yang menghalangi.

Mengikis risiko yang mungkin saja terjadi yang sialnya berhasil mengaburkannya dengan keberadaan sang model itu sendiri. Walaupun, secara jujur, ia juga merasa bersalah akan sikapnya ini yang benar-benar kelewat begitu mencolok. Sehingga membuat Aeri turut tampak terkejut akan sikapnya.

Dalam diamnya seraya memandangi barang-barang yang telah ia beli, ingatan Heiran seketika itu tertarik mundur. Memutar kembali akan ingatan mengenai bagaimana respons Aeri yang tampak terkejut begitu mendapati dirinya. Lebih tepatnya, mendapati hasil kegilaannya yang di luar sadar.

“Astaga, kau ... dia benar-benar berhasil membutakan dirimu, ya?!” cibir Aeri tampak terkejut setengah mati dengan bola mata yang melebar sempurna begitu mendapati barang-barang yang menjadi syarat bagaimana pembeli yang beruntung tersebut akan berkesempatan bertemu dengan sang model. Kedua netranya masih menyusuri tumpukan barang yang masih tersusun rapi dalam tas kotak bertuliskan nama brand ternama, Phoenix Alteir, yang dibawakan oleh sang model terkenal tersebut, Seong Hoseok.

Lalu beralih untuk beranjak dari tempatnya dan duduk di sisi ranjang yang tersisa. Mengulurkan tangan dan meraih salah satu kotak tersebut yang semakin membuatnya tak habis pikir. Nyaris barang yang dibeli Heiran segalanya yang memang dikhususkan dipakai oleh seorang pria.

Padahal seingat Aeri ada juga pakaian yang dikhususkan bagi seorang wanita. Namun, ini, sungguh, sikap Heiran yang begitu jauh berbeda dan berada di luar nalar pikirnya,  nyaris melepaskan rahang Aeri dari tempatnya. Membuat sang gadis menggelengkan kepalanya, heran, akan sikap Heiran yang jelas sepertinya lebih mengedepankan hasrat atas keinginannya dari pada sisi rasionalnya.

Aeri pun mengomentari apa yang terlihat. “Astaga, apa saat membelinya, Eonnie tidak memikirkan diri Eonnie sendiri?”
Benar. Yang dimaksud oleh Aeri di sini adalah mengenai pakaian yang bisa saja Heiran pilih dan digunakan untuk dirinya sendiri.
Akan tetapi, jelas, pikiran Heiran masih tampak tidak pada tempatnya. Sontak Heiran mengerutkan dahi tampak bingung. Di mana guratan samar di tengah dahi mulai memenuhi bagian tersebut. Lalu bertanya guna memperjelas maksud dari pertanyaan Aeri. “Maksudmu?”

Dengan tatapan masih tak percaya melihat Heiran yang benar-benar kehilangan pemikiran bijaknya, Aeri pun menghela napas kasar. Memijat keningnya yang tidak pening dengan ringan.

Mulai memahami kenyataan atas fakta yang ada. Menarik kesimpulan di mana benar-benar Seong Hoseok telah membutakan kakak perempuannya. “Eonnie, aku ingat benar bahwa brand tersebut tidak hanya menjadikan barang yang dikenakan Seong Hoseok sebagai syarat dalam undian tersebut. Ada pakaian tertentu yang bisa kau beli untuk memenangkan tiket undian tersebut. Apa Eonnie tidak ingin membeli pakaian untuk kau kenakan sendiri? Tidak mungkin ‘kan, kau ingin berdandan seperti dirinya.”

Heiran pun membuka mulutnya menganga. Pikiran sempitnya baru menyadari hal tersebut. Bahkan saat membelinya, Heiran sama sekali tidak memikirkan apa pun kecuali ....

“Entahlah,” Heiran mengedikkan bahu, “aku hanya asal mengambilnya. Yang ada di dalam kepalaku kala itu hanya, pakaian yang Hoseok oppa kenakan tampak bagus di mataku.”

“Lalu, Eonnie bermaksud membelikannya? Cih, tanpa kau beri, aku yakin ia bisa mendapatkannya dengan mudah. Jika begini, kau hanya buang-buang uang. Terlepas meski dirimu akan bertemu dengannya. Tidak mungkin juga kau menjualnya kembali, walaupun hal itu terbilang mungkin.”

Saat Heiran memiliki alternatif lain akan mengalokasikan ke mana pakaian tersebut, Heiran segera menggelengkan kepalanya. Menampik ide tersebut meski pemikirannya begitu sederhana. Tidak mungkin juga ia memberikannya pada kakak Aeri yang begitu dingin. Heiran takut, Yoongi akan berpikir tidak-tidak mengenai dirinya. Walaupun dari apa yang ia telah lakukan, Aeri sudah berpikiran yang tidak-tidak mengenai hal ini.

Heiran yang kala itu duduk di sisi jendela kamarnya pun menghela napas samar hingga kedua bahunya merosot. Bingung, harus ia apa kan pakaian yang ia beli tersebut. Mendonasikannya, pemikiran itu jauh lebih sinting lagi. Hingga kala itu Heiran mengacak frustrasi surainya. Lalu mendongak ke arah langit-langit dan berpikir.

Benar. Bila ia tetap bertahan di tempat Aeri, gadis itu akan mencurigainya. Walaupun, dengan begini, Heiran yakin Aeri pasti mulai penasaran dengan latar belakangnya yang sejujurnya tidak biasa. Namun, mungkin ada masanya ia harus memberitahu Aeri pelan-pelan. Lebih baik memfokuskan pertemuan ini terlebih dahulu sebelum memikirkan yang lain. Ya, Heiran mengangguk setuju akan gagasan singkatnya.

***

Hari H, acara fansign brand Phoenix Alteir, Seoul.

Dengan santainya, Yoongi menyeduh secangkir kopi panas espresso-nya dengan begitu tenang. Menikmati rasa yang ditinggalkan bagi indra perasanya seraya menimbang sesuatu. Masih memikirkan, hendak mengatakannya atau tidak.

Dalam balutan kaos putihnya yang bertuliskan FG tepat di dada berbalut jaket parka berwarna hijau army-nya, serta tak lupa topi berwarna hitam yang selalu berhasil menutupi identitasnya yang seorang produser musik terkenal, ia tampak begitu menikmati liburan akhir pekannya. Keluar dari ruang kerja yang cukup menekan mentalnya guna menghirup udara segar dan sedikit memberi warna lain dalam hidupnya yang terlalu gila kerja. Seraya menyilangkan kedua kakinya dengan mengerlingkan pandangannya sejenak. Mengamati suasana kafe yang tampak begitu tenang dengan fasilitas private room yang ia pilih.

Yoongi sengaja menyewa satu ruang di sebuah kafe yang cukup ternama dan berdekatan dengan gedung yang akan menjadi tempat acara yang hendak dihadiri oleh Heiran. Bukan hanya untuk sekadar mempermudah akses wanita tersebut yang kini dalam jangkauan matanya entah sedang memikirkan apa.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang