Chapter 18

10 3 6
                                    

“Aku harap Oppa benar-benar tidak mengacaukan hariku hari ini.”

Aeri yang duduk membelakangi wastafel, berdiri di sisi Yoongi. Memperhatikan sang kakak dengan memberi sedikit jarak dan menjadikan pinggiran wastafel sebagai tumpuan berat tubuhnya. Benar-benar berharap sang kakak mau bekerja sama. Ya, walaupun sejujurnya, ia tidak perlu merasa khawatir akan hal itu.

“Dari pada aku, bukankah kau lebih berpotensi menghancurkan suasana? Mengingat bila apa yang kau ceritakan itu benar adanya, maka saranku, hari ini, akan lebih baik kau harus belajar untuk bersikap. Terlebih, sepertinya pria ini begitu protektif terhadap kekasihnya. Sudah tahu orangnya berada di sana, kau masih mencecar Heiran untuk menceritakan apa yang terjadi. Itu tidak sopan namanya. Lagi pula, untuk seorang publik figur, kau pikir bertemu dengan orang biasa hal itu seperti menghabiskan waktu dengan kawan lama dan berbincang di sebuah kafe di sore hari begitu? Kau naif sekali,” cerca Yoongi menceramahi.

Benar-benar tidak habis pikir akan sikap adiknya yang memang terbilang wajar. Padahal bila dirinya mengerti sedikit saja, menjadi orang yang terkenal dan menjadi pusat sorotan, sungguh hal ini dinilai kurang nyaman.

Ada masanya orang seperti Yoongi sendiri ingin bebas dari sorotan dan memiliki kehidupan seperti orang-orang normal lainnya. Namun, pekerjaan seakan-akan membuatnya seolah tidak memiliki pilihan lain. Terlebih setelah menjadi seorang produser lagu yang begitu terkenal, Yoongi bahkan sepertinya sudah tidak asing dengan isu-isu yang turut menyertai di belakangnya. Lebih memilih abai dari pada turut memasukkannya dalam pikiran yang hanya menjadikannya beban. Sangat melelahkan.

Akan tetapi untuk adiknya, dia sungguh memakluminya. Karena selama ini, agar tidak melibatkan sanga adik dalam rasa kurang nyaman dan tetap ingin memberikan adiknya ruang privasi untuk menjalani hidup layaknya orang normal di luar sana, Yoongi begitu melindunginya. Sampai-sampai menjauhkannya dari lingkungannya yang turut menjadi pusat perhatian.

Bila sudah berhadapan dengan sang kakak yang bersikap seserius itu, Aeri hanya bisa mengerucutkan bibir. Itu artinya, Yoongi sama sekali tidak ingin dibantah. Sehingga Aeri tidak ingin mendebat lagi.

“Padahal aku hanya penasaran, karena Heiran eonnie benar-benar di luar dugaan,” gumamnya lirih dengan nada kecewa.

Namun, masih bisa didengar oleh Yoongi yang masih berkutat dengan alat masaknya. Hanya hidangan biasa yang sering disajikan saat ulang tahun. Sup rumput laut yang sama sekali tidak boleh dilewatkan dan juga steik. Sisanya hanya camilan seperti tteokbokkie dan juga hidangan pencuci mulut, dessert.

“Sudah kubilang. Jangan menilai orang dari penampilan luarnya saja. Sedikit demi sedikit, apa yang tertutupi ternyata sanggup membuat kau tercengang, bukan? Aku sudah menduga, bahwa memang Heiran bukanlah orang yang biasa-biasa saja. Namun, aku tetap menyukainya dari bagaimana caranya ia tetap menempatkan diri agar terlihat biasa. Benar-benar teman yang menarik. Tidak jauh berbeda dengan kita. Tapi tetap. Saranku, berhentilah mengurusi kehidupan Heiran. Tempatkan dirimu layaknya seorang teman yang baik. Jangan pernah memaksanya untuk berbagi seluruh kisah tentangnya yang dia sendiri tidak mau membaginya denganmu. Terkadang seseorang juga membutuhkan privasi dan cukup mampu membedakan, mana yang harus dibawa dalam ranah pertemanan dan kehidupan pribadi. Mengerti?”

“Arasseo,” Aeri mengangguk pasrah dan berucap dengan lemah, karena peringatan tegas sang kakak. Sepertinya ia benar-benar harus menahan diri agar tetap membuat Heiran yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri tetap merasa nyaman di dekatnya.

“Kalau begitu bantu aku menyiapkan hidangan. Sembari menunggu kue ulang tahun yang kupesan.”

Aeri pun akhirnya beranjak dari tempatnya. Mulai membantu sang kakak menyiapkan meja makan dan mulai menata hidangan untuk jamuan makan malam di hari istimewanya. Nuansa yang Aeri pilih kala itu bersifat standar. Hanya ingin menonjolkan kesan rapi dan bersih, sehingga warna yang dipilih untuk menciptakan kehangatan tersebut pun didominasi dengan warna putih.

Mungkin tidak bisa dibilang ahli. Namun, Aeri akui, hari ini sang kakak benar-benar berusaha memberikan yang terbaik. Mulai dari sengaja meluangkan waktunya untuk menghabiskan waktu bersama di hari ulang tahunnya yang entah, kapan terakhir kali Aeri melewatinya. Hingga hal yang mengundang rasa nostalgia tersebut.

Bukan dalam artian bahwa selama ini bila berkenaan dengan hari ulang tahun Aeri, Yoongi tidak pernah ingat untuk merayakannya dan menghabiskan waktu bersama. Tapi ke arah sesuatu yang memang jarang sekali dilakukan yaitu benar-benar merayakan ulang tahun di dalam hunian mereka. Sampai-sampai, nyaris sepanjang hari itu, senyum di para Aeri tidak pernah surut.
Begitu membantu sang kakak untuk menutupi meja dengan kain berwarna putih, Aeri pun memastikan agar tiap ujungnya jatuhnya sama dan tidak mengganggu orang-orang yang akan duduk di dekatnya. Lalu beralih menatap sang kakak yang kini tampak menata piring di atas meja makan untuk empat orang.
Semula Aeri berpikir bahwa aksi sang kakak dalam menghias meja makan hanya berdasarkan insting untuk menata seadanya. Namun, pikiran dangkalnya begitu salah bila dirinya memandang Yoongi sebelah mata. 

Entah mendapat ilmu dari mana, sang kakak tampak melipat kain serbetnya hingga membentuk seekor burung merpati dengan sempurna. Saking tertegunnya, Aeri bahkan tiada bergeming sedikit pun. Hanya terfokus pada Yoongi yang menata serbet-serbet itu menjadi apik bak di sebuah restoran mewah.
Menyadari akan pergerakannya yang hanya diawasi, tanpa mengalihkan perhatian, Yoongi pun menyadarkan Aeri.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang