Di lain pihak, seorang pria tampak begitu mudah membawa dirinya untuk mengikuti setiap alur yang disuguhkan di dalam sana. Berfoto di bawah pencahayaan lampu yang cukup minim dengan santainya menanggapi setiap wanita yang hadir silih berganti. Sesekali menanggapi setiap perkataan lawan bicaranya dengan tenang dan santai.
“Benarkah kabar yang beredar itu benar adanya? Kau serius menjalin hubungan dengan seorang wanita non selebriti?” tanya seorang wanita yang duduk tepat di sisi Hoseok. Walaupun bukan hal baru yang patut untuk dipermasalahkan. Akan tetapi tetap saja, rasa penasaran tetap bergelayut di dalam hati dan begitu bertemu serta ada kesempatan, maka ia menyuarakannya. Bersamaan masih menanti acara utama yang hendak ditampilkan dalam pesta tersebut.
Dengan menghadirkan jeda sejenak, Hoseok tampak menikmati sampanye yang disuguhkan malam itu. Menyesapnya seraya tersenyum. Tidak terlalu terkejut akan pertanyaan yang sudah diperhitungkan dan tidak asing bagi dirinya.
Ternyata masih ada saja yang menanyakan perihal ini, padahal segala berita tentang dirinya dan juga kekasihnya sudah beredar beberapa bulan lalu. Tapi tetap saja, Hoseok yang tidak menyalahkan sikap mereka pun tetap bersikap profesional. Menanggapi apa yang ditanyakan padanya.
“Hm. Akan lebih mudah melindungi privasi kami bila ia non selebriti. Lagi pula, aku tidak ingin wanitaku menjadi pusat sorotan dan berada di dalam dunia yang kau tahu sendiri, bukankah tidak mudah bagi orang seperti kita dalam menjalin suatu hubungan? Meski banyak kabar tentang kehidupan kita yang terekspos, tetap saja ... aku yakin ada kalanya kau benar-benar ingin memiliki privasi yang hanya menjadi milikmu sendiri.”
Sang wanita pun terkekeh geli mendengar pernyataan Hoseok. Walaupun, pernyataan itu benar adanya.“Kau benar. Hidup di tengah sorotan media memang begitu menyulitkan. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalian dalam berkencan? Apa hanya di dalam apartemen?”
“Oh ayolah. Jangan bertanya seolah-olah kau tidak tahu, Em. Meski kita merasa ruang gerak kita terbatas, tetap ada ruang untuk menjalin hubungan yang begitu intens.”
“Lalu kenapa kau tidak turut serta membawanya, hm? Apa kau takut membuatnya cemburu? Sepertinya beberapa waktu lalu kau sempat menunjukkan kemesraan kalian dalam ranah publik. Lalu ini? Katakan, apa kau tidak merasa rindu? Padahal dalam acara ini, kau bebas membawa siapa pun.”
Hoseok terkekeh mendengar pernyataan Emily, teman yang memiliki profesi yang sama dengannya dalam satu agensi. Saat itu Hoseok hanya menggelengkan kepala. Tidak tahu bagaimana harus menjawab. Rindu? Bahkan Hoseok sangat ragu akan hal itu. Merasa cukup bahwa ranah pribadinya nyaris mulai tersentuh. Sehingga sebelum itu terjadi, Hoseok mengalihkan topik guna membatasi hal tersebut.
“Dia sangat pengertian akan profesiku. Dari pada itu, bila kau merasa bebas, mengapa tidak membawa kekasihmu?” tanyanya dengan kembali menyesap sampanyenya. Lalu mengedarkan pandangan untuk melihat sekitar.
Tidak terlalu menitik beratkan fokusnya pada topik pembahasan yang sedang mereka bicarakan, untuk beberapa detik, Hoseok memanfaatkan waktunya dengan menyapukan pandangannya menyusuri sekitar di tengah pencahayaan yang warna-warni dengan alunan musik DJ-nya. Hanya ingin melihat pemandangan lain untuk penyegaran.
Lalu tak lama berselang, Hoseok merasa ragu kala ia merasakan pening yang silih berganti muncul tiba-tiba. Bukan karena lelah atau apa pun, hanya saja, selama beberapa bulan ini hati dan pikirannya seolah memiliki kendali sendiri. Berpikir dan berperasa sendiri tanpa diperintah dan sialnya karena hal tersebut, perasaannya menjadi gelisah tanpa sebab.
Di saat indra pengecapnya di dalam sana masih merasakan kelembutan rasa akan cairan yang ia minum, entah apa yang menarik perhatiannya kala itu dan membuat netranya sejenak berhenti.
Tanpa sengaja, atensi Hoseok tertuju pada dua sejoli yang tampak saling berbincang akrab di salah satu sisi ruangan. Tidak bisa di bilang sudut, akan tetapi memang keduanya tampak berdiri di sisi dinding dekat dengan jendela. Saling melempar senyum dengan tawa ringan tanpa beban. Meski lampu yang menerangi dalam ruangan tersebut silih berganti. Namun, siluet yang ditampilkan, seolah memvisualkan akan sosok yang beberapa waktu lalu sempat memenuhi kepalanya.
Tiga detik kemudian Hoseok terkekeh dalam posisinya yang terduduk menyilangkan kedua kakinya hingga tungkainya saling bertumpuk. Menertawakan dirinya sendiri yang kali ini sepertinya sedang berhalusinasi.
Sinting! Tidak mungkin aku memikirkan Heiran di saat seperti ini.
Batinnya berusaha mengingkari eksistensi wanita yang sebenarnya bagi Hoseok sedikit mengacaukan hatinya. Tidak sadar, betapa fokusnya yang begitu terpaku sama sekali tidak teralihkan. Sampai-sampai suara yang masih mengajaknya bicara berusaha menarik atensi Hoseok.
“Hei, kau mengabaikan aku? Padahal sejak tadi aku sudah berbicara panjang lebar atas pertanyaanmu. Dan kau benar-benar tidak mendengarku?”
Hoseok memalingkan pandangannya kembali menaruh perhatiannya pada Emily. “Ah, maaf. Tadi kau bicara apa?”
Wanita itu memutar bola matanya tampak muak dan kecewa hingga kedua bahunya tampak merosot, kesal. Selama beberapa saat lalu ketika ia mengoceh panjang lebar dan selama itu ia mengungkapkan perasaannya, Seong Hoseok sama sekali tidak menggubrisnya dan itu sangat menyebalkan.
“Kalau aku membawa kekasihku, aku sama sekali tidak bisa berduaan denganmu. Kau tahu kan aku begitu menyukaimu? Bahkan aku sangat penasaran seperti apa paras wanitamu sehingga kau tidak memperhatikanku yang selama ini benar-benar menaruh perasaan terhadapmu.”
Seketika itu Hoseok tersedak di kala ia kembali meminum cairan yang tersisa di dalam gelasnya. Tidak percaya akan apa yang ia dengar. Pria itu pun segera meraih selembar tisu dalam kotak tisu yang tersedia di atas masing-masing meja. Menampik bantuan Emily yang turut memberikan selembar tisu sekaligus tidak menyangka akan reaksi Hoseok yang sepertinya memang terkejut.
“Tidak usah, terima kasih,” tolak Hoseok yang masih terfokus dengan celananya yang terkena sampanye.
Lalu Emily kembali bertanya. “Apa selama ini kau tidak pernah melihatku? Apa aku boleh menganggap sesuatu dari perlakuanmu selama ini?”
Ya. Wanita mana yang tidak terlena bila diperlakukan begitu lembut dan istimewa. Sampai-sampai Emily secara tidak sengaja membiarkan hatinya jatuh terlalu dalam demi Seong Hoseok. Sedangkan Seong Hoseok yang selama ini telah mendengar bagaimana perasaan Emily, tetap saja ia masih bersikap tenang dan santai. Tidak ingin terlalh mengambil pusing akan hal itu.
“Jangan salah mengartikan perlakuanku. Kita hanya teman seprofesi. Tidak lebih.”
“Ayolah Hoseok. Semua orang juga tahu bahwa kau mencintai model yang telah tiada itu. Apa benar hubunganmu yang sekarang benar-benar berlandaskan cinta yang tulus? Bila kau merasa tidak enak hati dengan wanitamu, aku bahkan bersedia menawarkan one night stand secara sembunyi-sembunyi. Lagi pula ... di antara kami bahkan tidak ada yang pernah melihat wanitamu selain asistenmu tentunya. Anggap saja bersenang-senang.”
Saat itu Hoseok mendekatkan dirinya. Memandang lekat pada Emily seolah ingin menyelam ke dalam samudera yang tampak tak berdasar itu. Sebelum Hoseok pada akhirnya menyunggingkan smirk-nya dengan menumpukan satu tangannya di atas meja.
“Benarkah kita bisa melakukannya? Dari pada itu, katakan dulu padaku secara jujur. Apa kau sama sekali tidak pernah bercinta dengan kekasihmu? Karena bagaimana pun aku lebih suka menjadi orang yang pertama kali mencicipi. Meski sejujurnya, aku tidak ingin mencari ribut.”
Seketika itu ekspresi Emily berubah merah padam. Walaupun penekanan di akhir sebenarnya menunjukkan bahwa Hoseok sama sekali tidak ingin terlibat dalam masalah. Akan tetapi satu yang tersirat, ucapan Hoseok menyiratkan bahwa pria itu sama sekali tidak tertarik dengan barang bekas, sehingga seketika itu Emily hanya terdiam. Mengalihkan perhatian dengan menjatuhkan fokusnya pada MC yang meminta perhatian.
Masih dalam posisinya, Hoseok menyinggungkan senyum miring. Begitu menyukai ekspresi Emily yang akhirnya sadar diri akan tempatnya. Tiba-tiba saja Hoseok kembali mengerlingkan netranya. Mencari sosok yang sempat ia lihat yang tampak begitu mirip.
Entah apa yang mendorongnya. Dengan segera, Hoseok pun membuka layar ponselnya mencoba menghubungi salah satu kontak yang tersimpan di sana. Awalnya, Hoseok berpikir ingin mengirim pesan singkat. Namun, urung karena alangkah baiknya bila ia memastikan secara langsung dengan meneleponnya.
Tidak perlu membutuhkan waktu lama, suara yang berasal dari operator pun memenuhi telinga Hoseok. Bukan hanya sekali, Hoseok bahkan mendengarnya berkali-kali selam ia melakukan panggilan ulang.
Shit! Batinnya dalam hati mengumpat. Tidak biasanya wanita ini mematikan ponselnya. Bahkan saat mengisi daya, sama sekali Hoseok tidak pernah sekalipun mendapati ponsel Heiran non aktif. Seketika itu pikiran Hoseok melalang buana, tampak berpikir.
Apa dia tersinggung karena aku menolak ajakan kencannya?
Hoseok pun menghela napas berat seraya menyibakkan rambutnya ke belakang. Begitu terbebani akan pemikirannya yang jelas memang berpusat pada kejadian sore hari ini. Sedikit menyesal akan penolakan itu yang sebenarnya, memang bisa saja ia membawa Heiran untuk turut serta bersamanya.
Hingga hiruk pikuk suara tepuk tangan nan meriah menyambut sekaligus terfokus pada acara utama. Dan seperti acara fashion show pada umumnya, para model tampak berjalan berlenggak-lenggok di atas catwalk, memamerkan busana yang mereka kenakan seolah ingin menekankan sesuatu, menonjolkan kelebihan busana santai dan kasual tersebut guna memberikan kesan bagi para penggunanya.
Sungguh sentuhan yang begitu unik dari perancang yang namanya bukan hanya sekadar isapan jempol belaka. Namun, karya rancangannya memang seindah itu. Mengusung tema liburan dengan warna kain yang memiliki corak dan tekstur yang berbeda. Bahkan dilihat dari sisi mana pun, tekstur kain yang dikenakan pun tampak bergelombang di bawah sorot lampu yang menyoroti tepat ke arah panggung. Terlihat seperti ombak di kala cahaya lampu berusaha memperjelas akses tersebut.
Corak warna yang dipilih pun begitu ceria dan hangat, layaknya berdiri di atas padang ilalang yang tidak terlalu tinggi dan diselipi dengan beberapa jenis bunga yang bermekaran di bawah naungan cahaya mentari yang memucat sekaligus desiran angin yang membuai. Benar-benar berbakat. Bahkan untuk sejenak, hanya melihat bagaimana corak yang disuguhkan dengan berbagai macam variasi yang disuguhkan, Hoseok sempat membayangkan di mana dirinya berdiri. Sungguh pas dan cocok bila mengenakannya di saat liburan.
Bila semula yang ditampilkan adalah warna dan corak yang sederhana membentuk nuansa musim semi. Namun banyak warna, kali ini sang perancang tidak hanya sekadar bermain pada hal tersebut. Melainkan untuk warna yang dipilih pada motif begitu lembut dan hanya memadukan dua warna atau bahkan hanya menggunakan satu warna.
Ingin menonjolkan kesan elegan pada penggunanya di mana tidak semua orang menyukai banyak warna yang tersedia di alam semesta. Mencocokkan atasan dengan bagian salah satu bahu sedikit terbuka, dengan bagian lain yang terdapat sedikit tiga lipatan dalam warna cokelat mengkilap. Akan tetapi bergemerlap begitu mendapat sorotan lampu. Terlihat seperti nuansa musim panas di mana air laut tampak seperti pemandangan permata begitu mendapati teriknya mentari. Namun, tetap desain yang ditonjolkan sangat simpel dan menarik.
Terlebih warna yang dipilih untuk bagian bawahan, sengaja memilih warna lembut agar sedikit melesapkan warna yang dipilih untuk bagian atasan. Sehingga sangat terlihat berpadu padan dan tetap terlihat sederhana dan kasual.
Lalu hal yang semakin menarik perhatian adalah ketika seorang model yang masih hangat diperbincangkan atas eksistensi selama beberapa bulan ini menarik jerit kagum para wanita yang berada di dalam ruang tersebut.
Hingga tanpa sadar, di tengah kekagumannya, Emily menyerukan nama sang model seolah mengajak Hoseok berbicara untuk memastikan apa yang memenuhi bayangannya.
“Bukankah dia model yang dikabarkan sedang bekerja sama dengan Brand Louisunbee yang merupakan salah satu jajaran Brand nomor satu di Seoul? Vincente?”
Sontak Hoseok mengerutkan kening begitu mendengar satu nama asing yang baru saja disebutkan lalu ikut terfokus pada sosok yang menarik perhatian wanita yang duduk di sebelahnya tersebut. Turut memandangi sosok seorang pria yang tampak mengenakan setelan kaus kasual berkerah berwarna putih dengan bawahan celana ukuran tiga perempat berwarna moka. Tampak dengan santainya menyusuri catwalk dengan pandangan yang tegas.
Lalu berhenti di ujung panggung, guna menekankan apa yang ia kenakan. Sebisa mungkin menunjukkan setiap sisi untuk menunjukkan keunikan dari pakaian yang dipakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE
Tajemnica / ThrillerSecarik kertas bernoda darah yang ditemukan di antara beberapa benda lain yang berserakan di lantai di sebuah unit apartemen seorang wanita oleh Seong Hoseok, menuntun instingnya untuk mencari kebenaran di balik kematian seorang model sekaligus seor...