“Kau akan bertemu Hoseok?”
Keesokan paginya, Heiran memberitahu Vincente akan pertemuannya dengan Hoseok. Meski saat mendengarnya, Vincente cukup terkejut. Tidak menyangka, pria ini masih begitu gigih hanya untuk mengambil hati Heiran kembali.
“Hm. Karena ini yang terakhir setelah apa yang terjadi.”
Dari dalam cermin di mana bayangan keduanya terefleksi secara jelas, Heiran menyahuti Vincente yang duduk di sisi ranjang memperhatikannya. Bersiap untuk pertemuan terakhir yang Heiran benar-benar ingin menyudahi segalanya. Tentu, bila ingin memulai kehidupannya kembali, Heiran harus bisa mengendalikan masa lalu. Berusaha melupakannya seiring berjalannya waktu.
“Apa kau akan kembali padanya? Mengingat kau pernah mengandung benihnya.”
Jujur, Vincenre begitu khawatir akan hal itu. Mengingat, sejak hari itu, tampaknya Hoseok berusaha untuk memulai kembali dengan cara melibatkan dirinya dalam kesempatan apa pun. Sungguh, usaha yang tetap akan Vincente lakukan bila berada di posisi pria tersebut.
Meski dua tahun telah berlalu dan keduanya tiada pernah membahas ini. Namun, bagi Vincente, hal ini berhasil mengusik pikirannya dalam rasa gelisah.
Bila diingat, untuk mencapai titik ini, dia membutuhkan waktu yang tidak bisa dibilang sedikit agar Heiran bisa menerimanya. Dan sekarang, di saat hubungan keduanya begitu tenang, badai masa lalu tanpa diprediksi berusaha mengusik ketenangan tersebut. Jadi wajar, bila Vincente kala ini begitu cemas bila perasaan Heiran akan goyah.
Saat itu, seolah sesuatu ada yang menyentak hatinya, Heiran sontak menghentikan pergerakannya yang sedang memoles bibir. Ingin memberinya sedikit warna di hari yang cukup cerah. Akan tetapi tidak pernah untuk hatinya di masa tersulit.
Dan setengah detik kemudian, seulas senyum getir kembali hadir. Entah bagaimana harus menyikapinya di mana waktu itu Heiran pun bergeming. Antara rasa yang perlu disyukuri atau juga disayangkan. Yang jelas, mau yang mana pun itu, Heiran hanya merasa menyesal. Tidak ada yang bisa dia upayakan untuk buah hatinya.
Dengan menarik napas dalam, Heiran pun menimpali. “Kau benar ingin tahu?”
Vincente dengan segera mengalihkan pandangannya begitu Heiran menatapnya lekat walau dari bayangannya saja. Entah harus bagaimana, Vincente sendiri pun juga merasa sulit. Karena baginya, keseriusan dalam suatu hubungan adalah dibuktikan dengan adanya hasil dari perpaduan keduanya. Walaupun untuk itu, Vincente juga tidak yakin dalam mengartikannya secara serius.
Fakta yang terlihat, Hoseok hanya memanfaatkan wanitanya hingga Heiran berakhir dalam kondisi yang menurutnya begitu berat. Hal yang harusnya Heiran alami dan jalani dengan bahagia serta dukungan dari kekasihnya dan bukan malah mendapati kemalangan yang tiada dikira.
Entah bagaimana perasaan Hoseok yang sadar atau tidak dalam menghadirkan buah hatinya. Antara rasa cinta dan keinginan agar dirinya memiliki anak, atau hanya sebatas pelepas naluri hasrat biologisnya saja, yang Vincente tahu, hanya Hoseok yang dapat menjawabnya secara pasti.
Akan tetapi, bila menilik lagi lebih jauh, bahkan dari bagaimana Hoseok yang begitu peduli dengan Vivian hingga merencanakan rencana balas dendamnya dengan begitu matang dan rapi, pria itu hanya bisa menyimpulkan. Bahwa Heiran tidak bukan dan lebih dari sebuah medium atau alat hanya untuk menjangkau tujuan terselubungnya.
Sungguh ironi. Bila pada akhirnya, ada korban perasaan yang begitu tulus dari kejadian tersebut.
Saat itu Vincente menggaruk bagian tengah kening, seraya merespons.“Kau tahu benar bagaimana pendapatku tentang anak. Hasil dari cinta kedua orang tuanya mengingat, kau dan aku kita dilahirkan dalam suatu keinginan akan komitmen orang tua. Sepasang kekasih yang saling mencintai. Yeah, meski aku juga meragukan akan Hoseok yang serius dengan perasaannya terhadapmu. Mengingat, Viona ... bahkan Hoseok rela merawat anak yang lahir bukan dari darah dagingnya. Sehingga, melihat dari ketulusan itu, tentu penilaianku akan perasaannya terhadapmu tidak lebih sebagai suatu pemanfaatan yang serius untuk tujuan tertentu. Tapi, bila melihat usahanya sekarang, apa kau bisa menjamin bahwa Hoseok sama sekali tidak menyesal setelah mengetahui kebenaran?”
Heiran tidak langsung menjawab dan menanggapi. Teringat akan bagaiman Hoseok menunjukkan sisi rapuhnya yang sekali belum pernah Heiran lihat. Terlalu jujur, sampai-sampai perasaan yang tak sanggup Heiran lukiskan terasa benar adanya. Titik terendah, di mana Heiran melihat sisi ketidakberdayaan itu dari Hoseok.
Lagi-lagi Heiran berpikir. Merasa penasaran dari mana Hoseok mengetahui hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE
Mystery / ThrillerSecarik kertas bernoda darah yang ditemukan di antara beberapa benda lain yang berserakan di lantai di sebuah unit apartemen seorang wanita oleh Seong Hoseok, menuntun instingnya untuk mencari kebenaran di balik kematian seorang model sekaligus seor...