Rony, laki laki gagah itu duduk diantara kedua teman nya. menggunakan pakaian putih bersih dan celana hitam. membuat ketampanan nya semakin menyala diantara ratusan orang yang datang mengikuti kajian.
duduk Rony dekat dengan pembatas antar laki laki dan perempuan, lurus dengan Salma yang juga berada di penghujung pembatas, tepat di sebelah Nabila.
gamis putih selaras dengan hijab yang berwarna nude, sungguh kecantikan yang terpadu sempurna di mata siapapun yang melihat nya.
mendatangi kajian adalah hal yang menjadi rutinitas mereja di ujung minggu. menyempatkan diri mengisi jiwa nya agar tidak terasa kosong. mendengarkan ilmu baru, yang akan menjadi bekal nya dalam kehidupan sehari hari.
"bentar Sal" Nabila menarik kepala Salma pelan, agar Salma menoleh ke arah nya. gadis itu mulai membenarkan jilbab Salma yang sedikit meleyot di pelipis nya.
"cantik banget sih" Nabila mencubit gemas pipi Salma.
oh tidaaak, Nabila tidak sadar. jika dia juga sangat cantik hari ini. galutan gamis berwarna baby pink sangat cocok dengan kulit nya. dengan pesona mungil nya yang lucu. seperti kata orang orang, Nabila adalah definisi cewek kue yang nyata menurut Salma.
"makasih Nab, kamu juga cantik" mereka pun beradu senyuman.
kembali fokus pada isi ceramah, saat ini telah sampai pada pembahasan yang selalu di hindari oleh Rony akhir akhir ini.
"laki laki itu halal untuk berpoligami, asal dia bisa adil dalam berbagi hal apapun. kasih sayang nya, cinta nya, nafkah nya. dia membagi rata pada setiap perempuan yang telah di nikahi nya" ustad Hambali mulai menerangkan.
"salah satu utama syarat dari poligami adalah restu dari seorang istri. jika ada diantara kita semua yang menginginkan poligami karena alasan terntentu, seperti ingin menyejahterakan perempuan yang lagi susah. dia harus datang pada istrinya, meminta restu dan ridha nya. jika ada diantara kita yang sudah lamaaaa sekali menikah belum juga mendapatkan keturunan, kita boleh menikahi perempuan lain dengan syarat yang masih sama. mendapat restu seorang istri, dan kesepakatan dari ketiga belah pihak keluarga. dari keluarga sendiri, keluarga istri pertama, dan dari keluarga calon istri kedua"
saat ustad Hambali menjeda ucapan nya, Salma menolehkan kepala nya. menatap suaminya yang ternyata juga tengah menatap nya. mereka saling diam, hanya saling menatap karena terhalang oleh Edo di tengah tengah nya.
"memiliki keturunan dalam rumah tangga itu hanyalah bonus, karena tujuan menikah adalah bersama sama menuju surga Nya, saling mengingatkan dan bekerja sama dalam beribadah. wanita yang tidak bisa memberi keturunan bukanlah wanita yang pantas untuk kita sakiti. kita tidak boleh menilai wanita hanya sebatas mesin pencetak keturunan. karena derajat wanita itu sudah di ciptakan oleh Tuhan sangat tinggi, telapak kaki nya pun beralaskan surga"
"jika ada diantara kita, istri istri kita yang masih belum hamil sampai saat ini, kita suport dia. kita kasih makanan yang terbaik, kita ciptakan suasana rumah yang nyaman, kita bawa dia ke dokter terbaik yang ada. bukan hanya dia, tapi diri kita sendiri juga. karena masalah bukan hanya dapat dialami oleh perempuan, tapi juga bisa dialami oleh laki laki"
"kalau poligami menurut kita bukan solusi yang pantas, ayo kita sama sama berjuang. kita rangkul istri kita, kita tutup telinga istri kita, jaga hati nya dengan sebaik baik nya. karena kodrat wanita itu di ciptakan memiliki hati yang lemah. tapi jika poligami menjadi pilihan yang terbaik diantara kita. maka seorang suami berhak adil seadil adil nya"
suara tegas sang ustad mampu menembus hati dan pikiran Salma. sejak pembahasan ini berlangsung, Salma terus aja menundukkan kepala nya, mata Salam memanas, cairan benaing itu tak dapat lagi di bendung. dengan terus menunduk Salma terisak tenang.
"lama punya anak bukan berarti mandul Sal, benar kata ustad Hambali, Allah belum kasih kita kepercayaan, karena masih ada kepercayaan lain yang mungkin belum bisa kita selesaikan"
Salma mendongak, menatap Nabila yang tengah mengusap usap punggung tangan nya.
"mungkin ada pada Rony, dia masih belum menyelesaikan kepercayaan lain yang di sedang di jalani nya. Rony masih saja terus menerus berada di dalam ruang operasi. bahkan dia lebih sering menghabiskan waktu nya di dalam ruang operasi dari pada di rumah. karena dia masih setia memperjuangkan kesempatan hidup seseorang dengan berebut sama malaikat izrail"
"Sal, coba bicarakan baik baik sama Rony. suruh dia sedikit mengurangi pekerjaan nya di rumah sakit. dia juga tidak boleh terlalu kelelahan dalam bekerja Salma. rumah sakit bisa kok mencari dokter bedah lain, yang bisa menjadi partner Rony nanti nya. hanya saja, suami mu itu terlalu tidak enakan pada dokter Zulfikar. aku, sudah berkali kali berteriak di telinganya itu"
Salma tersenyum, mengusap air mata nya "iya Nab" hanya dua kata saja yang di keluarkan oleh Salma.
"jangan merasa semua masalah ada di kamu ya" Nabila menarik Salma, merengkuh nya lalu mengusap punggung Salma agar Salma menjadi tenang.
"ayo keluar, suami mu sudah nungguin di luar"
Salma dan Nabila keluar dari gedung tempat acara, menghampiri tiga pria yang tengah menunggunya. mata sepasang suami istri itu bertemu. dengan cepat Rony menggenggam erat jemari istri nya, lalu tersenyum pada nya.
"yok pulang" Edo berjalan lebih dulu dari pada mereka semua.
"pikirin lagi yang tadi Ron" ucap Paul sembari menepuk bahu Rony. dan Rony pun menganggukkan kepala nya.
Paul dan Nabila ternyata membicarakan hal yang sama, Paul juga meminta Rony agara mengurangi kesibukan nya. agar dia bisa lebih banyak berada di rumah bersama Salma. atau hanya sekedar mengajak Salma merehatkan isi pikiran nya.
~brak~ suara pintu mobil bagian kemudi tertutup.
Rony menatap Salma yang masih betah dalam kediaman nya "mata nya jangan diajak nangis terus dong" Rony mengusap mata Salma dengan jempol nya.
"aku ngga akan pernah mau menikah lagi Sal, kita coba lagi ya?. semakin di perkuat ikhtiar dan usaha kita. aku akan mengurangi jadwal ku di rumah sakit, aku bakaln bilang ini secepat nya pada dokter Zulfikar"
Salma menatap wajah teduh suaminya, sedikit tersenyum dan mengangguk "iya mas" jawab Salma dengan mencium telapak tangan Rony.