16.

2.7K 196 7
                                    

suasana di rumah sakit cita raya sama seperti biasanya. sangat ramai di kunjungi oleh banyak pasien yang memepercayai kinerja para medis yang bekerja di sana.

rumah sakit ini sudah berdiri sejak lama, mungkin sekitar 25 tahun lamanya. rumah sakit milik dokter Zulfikar ini adalah salah satu rumah sakit terbaik di kota nya, dan sering kali menjadi tempat rujukan bagi laka lalu lintas.

hari ini, Paul mendatangi Nabila ke ruangan nya, karena Edo tidak ada jadwal pagi ini.

"Nab, udah selesai?" tanya Paul setelah membuka pintu ruangan Nabila.

"sudah" jawab Nabila sembari memakai tas nya "kita mau kemana?"

"kalau makan siang dulu gimana? setelah itu aku anterin kamu pulang" ajakan Paul di setujui oleh Nabila.

saat sudah berada di dalam mobil, Nabila membuka percakapan nya terlebih dahulu "Rony sama Salma lagi ngapain ya disana"

Paul menoleh, kemudian bertanya "kamu kepikiran ya?"

"jujur iya, aku ngga tau bakal sanggup atau engga kalau jadi Salma" Nabila menghela nafas nya "dia perempuan yang baik, tapi kenapa tante Santi ngga mau ngebuka hati nya sedikit pun buat Salma. aku juga kasian sama Rony, aku tau banget bingung nya jadi dia"

"mmhh, ya Allah, kapan ya ujian mereka berakhir" lirih Nabila sembari mengatupkan kedua tangan nya.

"Nab" Paul menoleh sekilas, lalu kembali menatap jalanan di depan "setiap kita yang berjiwa pasti memiliki ujian, dan ujian itu tidak akan berhenti sampai kita kembali kepada Nya. kita punya ujian kita masing masing, dan Tuhan memberikan ujian itu sesuai dengan kemampuan yang kita punya. kalau saat ini Tuhan belum juga mengakhiri ujian Salma dan Rony, hanya Tuhan yang tau sekuat apa bahu mereka"

Nabila menggigit bibir bawah nya, kemudian melihat ke arah depan "kalau nanti aku juga susah kaya Salma, apa kamu mau sabar Powl?"

"mau" satu kata jawaban dari Paul.

"secara kan aku juga sudah berumur, potensi hamil juga udah nggak baik sebenernya. aku takut, kalau kaya Salma, kita yang ngga bisa ngejalani nya" Nabila jujur tentang perasaan nya pada Paul, sebelum hubungan mereka berjalan lebih jauh.

"Nab, kamu ngga usah khawatir ya. apapun ujian nanti nya, kita hadapi itu sama sama" ucapan Paul sedikit menenangkan hati Nabila.

"oh iya, papa sama mama aku ngga bisa kalau dateng besok, minggu depan bisa nya"

"iya ngga apa apa Nab, aku bakalan tungguin ko"

*^*^***^*^***^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^

"assalamualaikum ma" ucap Rony saat panggilan telfon itu tersambung.

~waalaikumsalam, kamu itu gimana sih Ron? udah ngga mau anggep mama ada? iya?~

"mama ngomong apa sih?"

~ngomong apa sih, ngomong apa sih. kamu itu kenapa nggak bilang sama mama kalau ada tugas ke wonosobo? kenapa ngga mau kabarin mama dulu? di larang sama itri kamu iya?~

mendengar ucapan ibu mertua nya membuat Salma meringsutkan tubuh nya ke bawah guling. memang, sengaja Rony meloudspeaker ponsel nya agar Salma juga mendengar nya.

"mama apa apaan si, kenapa pikiran nya selaluuu aja buruk ke Salma. mama bisa ngga? apa apa itu jangan di sangkut pautin sama istri aku"

~ngga bisa, karena istri mu itu licik~

"ma" suara Rony mulai meninggi "aku telfon mama sekarang karena aku mau kabarin mama aja, kalau aku lagi ada di wonosobo. maaf, kalau dari semalem masih belum sempat ngabarin"

~kapan pulang?~

"ngga tau, seminggu mungkin aku di sini, karena jadwal nya juga ngga pasti"

~yaudah, kamu kerja yang bener ya. biar cepet pulang, kalau udah pulang nanti kita tes lagi sperma kamu di rumah sakit lain~ Salma memainkan kuku kuku jari nya. apa maksud ibu mertua nya menyuruh Rony untuk melakukan tes kembali.

"ma minggu depan pengobatan aku belum selesai, belum waktu nya aku tes lagi"

~mama itu nggak percaya dengan hasil itu. bisa saja itu di ubah sama temen kamu karena suruhan Salma~

"ma, cukup ma. jangan terus terusan berburuk sangka sama Salma. mama tau ngga sih kalau aku yang stress di sini ma. kalau mama terus terusan nekan aku, aku bakalan mutasi dari rumah sakit cita raya ke rumah sakit yang ada di wonosobo"

"mama nggak bisa selalu nuntut kehendak mama, mama nggak bisa nekan aku terus terusan mah, aku mau cari bahagia aku sendiri hiks, aku ngga mau mama pojokin Salma terus. kalau mama masih terus terusan nyakitin Salma, Rony bakaln pergi dari hidup mama seperti kak Rana"

"mas" Salma memegang bahu suaminya.

~udah makin berani kamu ya, semua ini pasti karena is-~

~tutuuttut~

Rony mengakhiri panggilan telfon nya, kemudian membanting ponselnya ke atas ranjang. dia menekuk kaki nya, dan menyembunyikan nya di antara kedua lutut nya.

"aaghhhrhrrrrr hiksss hiks, kenapa sih? kenapa mama ku jahat?"

"mas" Salma mencoba membuka wajah suami nya.

"kenapa Sal" Rony pun mendongak "kenapa mama nggak mau mengerti keadaan aku? kenapa mama selalu memiliki asumsi sendiri Sal? hah? hessk henghh hiskk, aku ngga ngga mau mama terus terusan mandang kamu seperti ini. mama jahat Sal, dia jahat hiks hisk hiks"

"mas mama itu nggak jahat, mama cuman masih belum mau percaya aja sama aku"

"kita pergi aja ya Sal, kita tetap tinggal di sini aja selama nya"

"enggak sayang" Salma menggelengkan kepala nya "jangan jauh dari mama ya, mama cuma punya kamu. kalau ada apa apa? aku ngga mau kamu nyesel nanti mas"

Salma mengusap rambut Rony, kemudian mengusap air mata nya "kita coba bertahan lagi ya"

"sampai kapan Sal? sampai kapan kamu terus terusan ngalah? sampai kapan kamu terus terusan baik. kalau kamu mau jahat sama mama nggak apa apa Sal, lakukan itu heeshgsh hikss"

Rony menggeleng, air mata nya semakin deras meluruh "kalau kamu lelah dengan semua nya, jangan bertahan lebih lama lagi ya Sal. pergi yang jauh sayang"

"enggak mas, kamu jangan bicara seperti ini. mas, udah ya, kita lupain ini semua. kita ke sini kan mau nenangin pikiran sayang, jangan kaya gini ya"

Salma mendekap suami nya, Rony benar benar terlihat seperti orang gila saat ini. mereka saling menangis dalam pelukan, dengan posisi Salma yang lebih menenangkan suaminya.

-*^*^*****^*******^**^*****^*^*^*********

~brugh~ Edo tidak sengaja menabrak tubuh seorang perempuan yang baru saja keluar dari ruangan dokter Zulfikar.

"dokter Bunga" panggil Edo.

"eh m-maaf dok, saya ngga lihat" ucap Bunga.

"iya nggak papa. dokter, habis ketemu sama dokter Zulfikar?"

"hm, iya dok. saya habis menyerahkan laporan saya"

"laporan apa?" Edo menaikkan satu alisnya, menelisik dalam mata Bunga.

"emh, bukan urusan dokter Edo. karena ini pekerjaan saya dengan dokter Zulfikar di luar rumah sakit" jawab Bunga dengan senyum sumbang nya.

"oh" Edo menagngguk angguk "maaf ya, kalau saya lancang dan kepo"

"ngga apa apa dokter, oh iya dokter Rony kemana ya? kok saya ngga lihat dari kemarin, harus nya masih ada jadwal hari ini kan?"

"oh Rony, dia lagi ada tugas ke wonosobo"

"tugas apa?"

"adalah, dia dapet tugas dari dokter Reni" dokter Reni adalah istri dari dokter Zulfikar, pemilik 80% saham rumah sakit.

"ooh, yaudah saya duluan ya dok. dokter mau ada perlu kan sama dokter Zulfikar?" pamit Bunga.

"iya dok" setelah itu Bunga berjalan meninggalkan Edo sembari tersenyum dan mengangguk ramah.

Muhasabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang