17.

2.5K 199 6
                                    

"hahahah, kamu lucu banget sih sayang" Rony merangkul pundak Salma dan sesekali menowel pipi nya.

mereka berjalan masuk ke dalam hotel yang sudah di seinggahi nya selama satu minggu ini.

hari ini adalah hari terakhir mereka berada di wonosobo. selama seminggu lama nya, Salma dan Rony benar benar hanya memfokuskan diri untuk bahagia berdua. sampai pada akhirnya Rony yang bisa legowo menerima kenyataannya.

"aku ngga mau balik sebenenya, tapi kalau kita nggak balik ke jakarta, kamu nggak makan dong" ucap Rony sembari melepaskan jilbab yang Salma kenakan.

"iyalah, mana mau aku nggak makan? hidup ini bos, galau juga butuh makan biar kuat"

"hahahah" celetukan Salma mengundang tawa Rony.

"sayang, udah di beresin semua barang nya?" tanya Rony.

"sudah mas, tinggal berangkat aja ke bandara"

"yaudah kita istirahat dulu ya, masih ada waktu tiga jam"

Rony menjatuhkan diri nya diatas kasur, menata posisi miring dan merangkul perut Salma. wajahnya dia dekat kan pada pipi istri nya, lalu sesekali ia menggigit kecil atau hanya sekedar mengecup nya.

"aku seneeeeeng banget seminggu ini Sal, aku bahagia, aku jauh lebih tenang. dan aku, siap jalani rutinitas seperti sebelum nya"

"aku juga mas, aku seneng kamu udah ngga terlalu mikirin itu. sekarang, kita mulai lagi semuanya ya mas. lebih santai, juga lebih bahagia dari ini"

"gimana kalau kita menetap di sini aja?"

"mas, jangan mulai deh"

Rony semakin mengeratkan tubuhnya dengan Salma, dia mengendus endus seluruh area wajah istri nya.

"mas udah geli ih" Salma mendorong wajah Rony dengan telapak tangan nya.

"geli apa enak sih? hm?" Rony menaikkan sebelah alis nya menggoda Salma.

"ih apaan sih" balas Salma dengan geplakan kecil di bahu Rony.

"hahahah, udah yok tidur" Rony memejamkan mata nya. dia merasa sangat lelah karena setelah melaksanakan sholat subuh tadi, dia sudah mengajak Salma berkeliling ke manapun, tanpa memikirkan tujuan.

berdua diatas motor, di peluk Salma dari belakang. bercerita berbagai banyak hal, bahkan juga perihal tentang masadepan yang belum tau bagaimana akhir nya.

bersama Salma Rony akan selalu bahagia, bersama dengan Salma Rony bisa melewati semua nya, dan bersama dengan Salma juga, Rony rasa semua akan berjalan baik baik saja.

Salma terus mengusap usap rambut Rony, sampai laki laki itu benar benar nyenyak dalam tidur nya.

"makasih buat semua nya ya mas, aku jauh lebih mencintai kamu" Salma mengecup kening Rony sekali, kemudian menyusul Rony pergi ke alam mimpi.

*^*^*^*^*^*^*^*^*********^**^*****^**^*

"gua kemarin ketemu Bunga Ul" ucap Edo pada Paul.

"kapan?" tanya Paul sembari menyuap makanan ke mulutnya, saat ini mereka tengah berada di kantin rumah sakit.

"kemarin, waktu gua mau ke ruangan dokter Zulfikar. nah, gasengaja gua nabrak dia. tapi kata dokter Zulfikar, dia dapet beasiswa dari rumah sakit" jelas Edo.

"oh ya?" Paul melirik Edo "sempet tanya sih dia dulu, tentang beasiswa ini, ngga nyangka kalo bakal dapet secepet ini. hebat juga dia" puji Paul.

"oh iya, lo nggak ada perlu bawa apa apa gitu? buat nanti di bawa ke rumah Nabila? biar gua temenin cari"

"ngga perlu, itu nanti aja pas kita tunangan" Paul menyela mulut nya menggunakan tisu "Do, setelah ini, gantian lo ya. lo nggak ada niatan single sampe mati kan?"

pertanyaan Paul mengundang gelak tawa Edo "hahahah ya enggalah, lo pikir gua bisa hidup sendiri. manusia itu di ciptakan berpasang pasangan. tapi jangan lupa kalau jodoh bukan hanya perihal pasangan Ul, bisa juga kita berjodoh dengan kematian"

"banyak sekali orang orang itu menyiapkan dirinya untuk menikah muda, tapi tidak pernah berfikir menyiapkan diri untuk mati muda. lo tenang aja, pikiran gua ngga secetek itu untuk tidak menikah, gua sedang memperbaiki diri, sambil mencari. doain gua ya"

Paul yang sejak tadi menatap Edo dalam diam dia sangat bangga. pikiran Edo sangat dewasa, selain pintar ilmu dunia, Paul rasa Edo juga sangat menguasai tentang agama.

"lo keren bro" Paul memberikan dua jempol nya pada Edo.

"udah belom? lo ngga nyamper Nabila dulu?"

"iyalah, ntar ngambek dia"

Edo dan Paul pun pergi dari kantin rumah sakit. saat mereka berjalan menuju ruangan Nabila yang berada di ujung paling belakang, dia melihat Bunga masuk ke dalam ruangan dokter Zulfikar.

"itu Bunga kan?" tanya Paul.

"iya, mungkin dia lagi mau ngebahas soal pendidikan nya"

"dia ambil apa sih Do?"

"sama kaya elo, pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah kata dokter Zulfikar"

"oohh, tapi apa iya harus waktu nya jam makan siang gini bahas nya. ngga ada sopan santun nya banget"

"udaaah, lo ngga usah ngurusin orang. sana, samperin calon bini lo"

*^*^*^*^^^*^*^^^^^^^*^^*^^*^^*^^^^

~ceklek~

"sayaaaang" Bunga mendekat, lalu duduk di pangkuan dokter Zulfikar. dengan senang hati, donter Zulfikar menerima Bunga dan melingkarkan tangan nya di perut Bunga.

"kok baru ke sini sekarang sih?"

Bunga memutar mata nya malas "kamu itu masa ngga paham sih, inikan masih jam makan siang, masa iya aku langsung ke sini dari tadi. nanti yang ada mereka curiga dong"

"iya iyaaa gitu aja kesel"

"gimana ngga kesel sih, kamu ini udah kaya abg aja" Bunga mencolek hidung mancung dokter Zulfikar.

"kamu udah makan siang belum?" tanya Bunga sembari mengusap usap wajah yang di tumbuhi bulu bulu halus itu.

"belum"

"kenapa belum"

"karena.....aku mau mau makan ini" tangan sang dokter yang sejak tadi berada di perutnya pun naik ke atas. kemudian dengan keras meremas dada Bunga.

"awshh sshh pelan pelan dong sayang" ujar Bunga dengan nada sensual nya.

"sini balik badan" dokter Zulfikar membalikkan badan Bunga untuk duduk menghadap ke arah nya.

"ini masih di rumah sakit loh, kamu ngga takut?" tanya Bunga.

"udah kamu kunci kan?" tanya Zulfikar sembari membuka kancing Bunga dari yang paling atas.

"udah lah ahh" jawab Bunga dengan desahannya saat dokter Zulfikar mulai menghisap dada nya.

Muhasabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang