"dokter" Bunga menyapa laki laki yang baru saja datang dan duduk di depan meja nya. tangan nya terangkat dan meraih jemari laki laki itu.
"lama banget sih ngga dateng dateng, aku udah nungguin dari tadi" ujar nya dengan nada manja.
"maaf ya, tadi aku ngurusin istri aku dulu biar ngga curiga" Bunga memegang tangan yang saat ini mengusap pipi nya dengan lembut.
"istri kamu itu emang nyusahin aja ya bisa nya" kesal Bunga.
"sabar dong sayang, aku nggak mungkin lah biarin dia sedih sendirian. kalau dia curiga gimana?"
"geser sini" laki laki itu pun menggeser kursi nua menjadi lebih dekat dengan Bunga.
Bunga melingkarkan tangan nya pada lengan pria tua itu, lalu menyandarkan kepala nya pada bahu nya.
"dokter, saya sudah keterima di pendidikan spesialis jantung dan pembuluh darah. dokter jadi kan? biayain kuliah saya?"
"jadi dong sayang" jawab dokter Zulfikar dengan sangat enteng "aku, kalau udah janji ya bakal nepatin"
dokter Zulfikar terus mengurai rambut panjang milik Bunga. dengan sengat hati hati dia mencium tangan dari wanita selingkuhan nya itu.
karena Bunga masih belum bisa mendapatkan beasiswa dari rumah sakit, maka kali ini dia berhasil mendapatkan biaya itu lewat jalur menjadi simpanan pemilik rumah sakit cita raya.
setelah bertanya tanya mengenai beasiswa kapan lalu pada Paul dan Rony, akhirnya Bunga pun mencoba mengajukan diri nya untuk ikut serta pendidikan beasiswa. namun naas nya, kriteria Bunga belum memumpuni untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Bunga melangkah sedikit lebih berani, dia mendatangi dokter Zulfikar di ruangan nya. tidak hanya berhenti di sana, Bunga mengupayakan segala cara agar dia berhasil menjadi dokter spesialis sesuai dengan keinginan nya.
malam ini Bunga menyetujui ajakan makan malam dari dokter Zulfikar, mereka berdua sudah menjalani hubungan rahasia ini selama 8 hari lama nya. namun Bunga sudah berhasil menuntut banyak hal yang di inginkan nya, dari kekasih gelap nya.
"udah ada belum kamar nya?" bisik dokter Zulfikar.
"sudah sayang" jawab Bunga dengan nada sensual nya.
"ayo kesana sekarang" Zulfikar menyatukan kening nya dengan kening Bunga.
"tapi sayang, nanti beliin aku tas louis vuitton terbary ya"
"iyaaa, asal kamu harus ngelawan nya yang enak ya, bikin aku puas" senyum dari dokter Zulfikar terlihat menakutkan bagi orang normal yang melihat nya. tapi Bunga semakin tertantang karena gairah nya sudah memuncak.
"siap sayang" akhirnya mereka berdua pun menyatukan bibir nya, saling berpangutan dan berjalan menuju ke arah kamar yang sudah Bunga pesan.
*^*^***^*^**^*^*^*^***^***^*^********^*^
"kamu istirahat dulu ya sayang" Ucap Rony seraya mengusap kepala Salma. dan Salma hanya mengangguk.
mereka baru saja tiba di hotel yang sudah di pesan oleh Edo. mereka tidak pergi terlalu jauh, mereka hanya pergi ke wonosobo untuk melihat keindaham alam.
Rony menaruh koper, lalu meletakkan tas diatas meja. sebelum naik ke atas kasur, dia lebih dulu mencuci kaki nya ke dalam kamar mandi.
"kamu ngga bersih bersih Sal?" tanya Rony.
"engga deh mas, aku cape banget, males juga jalan nya"
mendengat ucapan Salma, tiba tiba saja Rony mengangkat tubuh istrinya.
"aaaaa, mas Rony ngapain?" teriak Salma dengan wajah sumringah nya.
"hahahah, katanya males jalan, yaudah nih aku gendong"
"ishh, bilang bilang kek. kalau jatuh gimana?"
"udah buruan, aku tunggu di kasur ya" Ucap Rony setelah menurunkan Salma di dalam kamar mandi. setelah itu dia menunggu istri nya dan rebahan di atas kasur.
*^***^*^***^*^****^*^**^*^*^**^**^*^**^
Santi mengetuk berkali kali pintu rumah anak nya, namun sama sekali tidak mendapat jawaban. Santi mondar mandir ke sana kemari sembari menelfon Rony, namun tak ada juga jawaban.
akhirnya, Santi memutuskan untuk menelfon Paul "hallo Paul"
~iya tante assalamualaikum~
"waalaikumsalam, Paul tau Rony kemana?"
~Rony lagi ada tugas ke dieng tante, baru saja beberapa jam yang lalu berangkat, ada apa ya tan, apa ada yang bisa Paul bantu?~ Santi menggeleng meski Paul tidak melihat nya.
"aamh, enggak ada. tante cuma mau tanya aja. kok dari tadi tante ketuk rumah nya ngga ada yang bukain. tante telfon telfon juga ngga di angkat. takut ada apa apa"
~oh gitu ya tan~
"mana tidak ada pamitan lagi ke tante, pasti ga di bolehin itu sama Salma"
~ maaf tante, bukan nya ikut campur. tapi tadi Rony memang lagi buru buru, soalnya sudah di tunggu sama pemilik rumah sakit di sana, jadi dia ngga sempet ke rumah tante dulu~ Paul emncoba membela Salma.
"hmmmfftt, yaudahlah, makasih ya Paul informasi nya"
~sama sama tante, kalau tante perlu apa apa, tante bilang aja ke Paul, Edo atau Nabila ya. karena mungkin Rony di sana sedikit lama~
"iya nak" jawab Santi lirih, kemudian menutup telfon nya secara tiba tiba dan tanpa mengucapkan salam.
Santi memasukkan kembali ponsel nya ke dalam tas, lalu berjalan keluar dari halaman rumah Rony.
~pasti kamu menjauh dari mama karena ajakan istri mu~ batin Santi, dia snagat kesal karena anak nya pergi tidak ada berpamitan.