malam hari nya, teman teman Rony tak kunjung pulang, mereka menemani Salma dan Rony di rumah sakit. yang pulang hanya Anggis dan Santi. begitupun Anggis pulang diantar oleh Edo, setelahnya Edo kembali lagi ke rumah sakit.
mereka semua melantunkan surah yasin bersama samaa, dan diakhiri dengan munajat doa. rasa takutnya, pun sama ada nya dengan Rony. mau bagaimanapun, Salma adalah bagian dari mereka.
semua mata terpejam, melangitkan doa untuk Salma. bahkan Nabila pun menjatuhkan air mata nya menemani Rony.
~srek~
"m-mas" suara serak nan lirih terdengar. membuat semua orang dengan cepat membuka mata nya kembali.
"S-sal, kamu? b-bangun sayang?" bibir Rony berucap dengan bergetar, perempuan nya telah membuka mata, perempuan nya telah kembali bersuara.
Paul, laki laki itu tidak bisa lagi menahan air matanya, sejak kemarin dia terlihat baik baik saja. Rony yang terus menangis, dan Edo yang di landa rasa takut juga bingung. serta Nabila yang terus khawatir.
"m-mas" Rony mendekat, dia mendekap kepala Salma dan mencium nya bertubi tubi.
"ya Allah sayang, alhamdulillah. kamu bangun Sal"
"jangan nangis mash"
"aku takut Sal, aku takut sayang"
"aku, nggak apa apa mas" suara Salma masih sangat lemas sekali.
~jresk~ suara decitan kursi dengan lantai. Edo bergegas berdiri dan mengambil stetoskop nya.
"permisi Ron" dengan cepat Rony mengalihkan posisi nya, dia memberi space untuk Edo menjalankan tugas nya.
Edo memencet tombol agar perawat datang ke kamar Salma, membantu mmeriksa dan mencatat dalam rekam medis pasien.
"permisi dokter" ucap dua orang perawat yang datang. semua orang pun menoleh ke arah dua suster itu.
"sus tolong bantu tensi" titah Edo.
"baik dokter" semua nakes melakukan tugas nya masing masing.
Nabila yang sudah sangat bahagia, tak kuasa menahan tubuh nya, dia masuk ke dalam rengkuhan suaminya.
"Salma bangun sayang, dia dengar doa kita kan?" lirih Nabila tepat di telinga Paul.
"iya" Paul mengangguk "iya sayang, Allah denger doa kita" Paul menciumi kepala Nabila bertubi tubi.
"gimana Do?" tanya Rony dengan tegang
"berapa tensi nya sus?"
"seperti tasi sore, 115/100 dokter Edo" Edo pun mengangguk.
"yasudah, terimakasih ya, tolong siapkan obat" Edo meminta kertas pada perawat, lalu menulisnya di sama.
"bilang ke farmasinya, siapkan sekarang"
"baik dokter" kedua perawat itu pun pergi dari ruangan Salma.
Rony mendekat lagi pada istrinya, dia mengusap kepala Salma dengan penuh kerinduan "sayang" Rony menatap Salma sejenak, kemudian mencium puncak kepala Salma.
"tekanan darah nya normal Ron, seperti yang lo dengar tadi. semuanya baik, setelah ini nunggu pemulihan saja" jelas Edo pada Rony.
"Sal, ada yang lo rasain?" tanya Edo, dan Salma pun menggeleng.
"mas, aku nggak apa apa" ucap Salma lirih, dia tau ketakutan suaminya.
"nggak apa apa gimana Sal, aku takuth hiks hiks hiks" Salma tersenyum, dia menarik tangan Rony lalu menciumnya.
"maafin aku mas, udah bikin kamu khawatir" ucap Salma.
Rony menggeleng, dia menciumi kepala Salma berkali kali.
"jangan minta amaaf sayang, aku yang harusnya minta maaf"
"lega rasanya Sal, lega setelah denger lagi suara kamu" Rony memejamkan matanya, menikmati usapan lembut dari istrinya, pada telapak tangan nya.
"Sal" panggil Nabila.
"Nab"
"makasih ya, udah bangun" ucap Nabila di sertai dengan buliran air mata "gua tau lo perempuan yang kuat"
"makasih Nab"
~ceklek~ perawat yang tadi datang kembali, dia membawa satu nampan kecil yang berisikan obat Salma.
"Sal, di masukin obat dulu ya" interupsi Edo, dan Salma hanya mengangguk.
"permisi bu Salma" ucap perawat, lalu menyuntikan cairan obat melalui selang infus Salma.
"iya"
"obat nya gua ganti Ron, biar cepet pulih tubuh nya" jelas Edo pada Rony.
"iya Do" jawab Rony.
"awsh" rintih Salma.
"kenapa sayang?" panik Rony.
"mungkin nyeri tangan nya kemasukan obat" sahut Paul yang melihat ekspresi nyeri Salma. Rony pun segera mengusap usap tangan istrinya.
"mass, udah dong nangis nya, kan kak Edo udah bilang nggak apa apa"
"hiks hiks iyah" jawab Rony masih dalam isakan.
"kamu tau Sal, nggak ada hal yang paling menguntungkan selain kamu membuka matamu hari ini"
"aku tunggu kamu Sal, aku nggak kemana mana"
"aku tungguin kamu di sini"
"jadi, jangan pernah kemana mana Sal"
"aku nggak akan kemana mana mas" jawab Salma. Rony menundukkan diriny, dia mendekap Salma dan mengusap usap perut nya.
saat Rony dan Salma saling berbincang, teman teman Rony memilih untuk mundur, dan duduk di sofa.
tangan Salma terangkat, dia memegang rahang suaminya "kenapa kopong pipi nya?" dan Rony hanya menggeleng.
"sekacau ini kamu tanpa aku mas?"
"iya Sal" Rony mengambil tangan Salma lalu mencium nya "jadi jangan pernah pergi dari aku ya"
"jangan tinggalin aku Sal" Salma hanya mengangguk, dia tersenyum, lalu mengusap air mata Rony.
sementara di sisi lain, ada Nabila yang menepuk bahu Edo "good job Do, lo emang dokter yang paling keren. makasih ya, lo udah selamatin Salma"
"sudah seharusnya kan Nab?"
"iya, tapi apapun itu, lo beneran hebat Do, gua bangga sama lo" Paul tersenyum melihat kedua teman nya.
indahnya, saling mengungkapkan rasa bangga tanpa ada nya gengsi.
![](https://img.wattpad.com/cover/356847749-288-k794962.jpg)