~drep drep drep~ deru langkah cepat dari Rony dan Salma di lantai rumah sakit bunda. mereka berdua saling menggenggam erat dan sedikit melangkah cepat agar bisa melihat Edo secepat nya.
"Rony, istrinya jangan di tarik mulu" omel Santi saat melihat Salma yang berusaha menyesuaikan langkah nya agar sama dengan suami nya.
"tau ih, lo lupa kalo Salma lagi hamil" sahut Rana dengan nada kesal.
"astagaa, maaf sayang" Rony melirihkan langkah nya serta menatap pada Salma.
"nggak apa apa mas, aman kok" jawab Salma di sertai senyuman.
setelah itu, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan nya yang sempat terhenti. meski dengan tergesah, Rony sudah sangat memelankan jalan nya.
~ceklek~
dua orang yang sudah berada di dalam ruang kamar rawat inap Edo menoleh. Nabila yang tersenyum pada Salma, dan Paul yang mencium tangan Santi juga Rana.
"tante sehat?" tanya Paul.
"alhamdulillah nak" balas Santi dengan senyuman. lalu Nabila melakukan hal yang sama.
"Do" Rony mendekat pada Edo, lali laki itu sudah bisa tersenyum sedikit, namun masih tidak bisa menoleh. saat ini, posisinya tengah duduk dan bersandar.
Rony menarik bahu Edo untuk dia dekap, tak terasa air mata juga kian meluruh "hal yang paling bahagia hari ini adalah ngelihat mata lo terbuka, setiap hari, bahkan setiap jam gua selalu cemas dengan keadaan lo di dalam ruang icu. gua selalu takut dengan hal hal yang mudah sekali terjadi bagi Allah. tapi harini, gua bersyukur karena Allah masih terus mendengar doa gua, beliau mengabukan dengan kembali membuat lo sadar dari koma. Do, lo selalu bisa diandalkan. lo selalu menjadi tameng buat gua. lo selalu menjadikan gua sebagai perioritas tanpa melihat bagaimana keadaan lo kedepan nya"
"tolong, setelah ini waktunya elo yang harus bahagia. jangan lagi ngutamain gua ataupun yang lain nya. udah cukup Do, udah cukup jangan buat diri lo sendiri celaka lagi hiks hikshiks, gua sayang sama lo" inilah Rony, laki laki itu sama sekali tidak ada gengsi untuk mengungkapkan rasa sayang nya pada orang orang di sekitarnya. hingga membuat Nabila juga Paul mengikuti diri nya.
"lo terlalu berharga buat gua" lanjut Rony.
mereka yang saling menyayangi, saat ini tengah saling memeluk satu sama lain. Paul yang sejak tadi hanya diam, kini sudah berada di sisi ranjang Edo yang lain, dia juga turut memeluk pundak Edo hati hati.
sedangkan Nabila, gadis itu berada di sisi Paul, dia berdiri sejajar, dan meletakkan kepala nya di bahu sang tunangan. tanpa ada nya sentuhan, dan tanpa ada nya pelukan.
mereka semua menangis, termasuk Edo sekalipun "maafin kita, yang tidak langsung bawa lo ke rumah sakit waktu itu" ucap Paul lirih dengan mata terpejam "maaf karena kita terlalu takut, jika akan terjadi hal yang jauh lebih buruk. gua nggak mau gegabah, sampai dimana waktu bener bener bisa bawa lo ke jakarta. Do....lo pasti tersiksa banget ya, maafin gua Do, maaf. gua juga sayang banget sama lo"
"hiks hiks heessnghh hekks" Nabila hanya mengeluarkan isakan tangis nya.
"gua sangat berterimakasih sama lo Do, makasih" Rony merentangkan tangan nya, dia mengajak istrinya untuk masuk ke dalam peluakan sejajar itu.
"gua sayang sama lo semua, jangan ada lagi yang sakit. ayo bahagia sama sama. setelah ini jangan lagi ada tangis" ucap Rony sembari mencium kepala Edo dan Salma secara bergantian.
~Tuhan, aku boleh kehilangan banyak hal, asal jangan mereka. mereka adalah peran keluarga, setelah mama dan papa meninggal, merekalah yang ada pada saat aku masih berjuang~ tutur Edo dalam hati nya.