acara sakral telah berjalan dengan lancar, Paul dengan lantang nya mengucapkan ijab atas nama Nabila dalam satu kali tarikan nafas.
banyak air mata haru disana, yang tak bisa di bendung karena betapa bahagia nye melihat dua sosok yang kini saling menyatu.
acara pernikahan di lakukan secaca outdor, dengan pemandangan yang sangat menyejukkan mata. namun penandangan indah itu, tidak membuat kalah indahnya seorang dokter Nabila.
"mas" Salma mengusap lengan Rony yang ada di sebelah nya untuk menenangkan. Rony tak henti hentinya menangis setelah menjadi saksi atas pernikahan mereka, begitu juga dengan Edo.
meski sering kali tidak akur dengan Paul, Edo juga tidak dapat membohongi perasaaan nya bahwa dia benar benar bahagia meelihat Paul akan menepati janji nya.
"heskk heskk" isak tangis Rony masih saja terdengar.
Salma juga menangis, namun itu hanya sekedar linangan air mata, tidak di sertai suara seperti Rony dan Edo.
Salma paham, kedua laki laki ini mungkin merasa kehilangan, adik kecil yang sejak dulu mereka jaga, mereka sayangi, kini telah menjadi perempuan dewasa yang akan mencari surga yang ada pada diri suaminya.
"mereka udah bahagia sayang" bisik Salma di telinga Rony, dan Rony pun mengangguk menyetujui nya.
Salma mengambil tisu di dalam tas nya, lalu membersihkan air mata yang membuat wajah suami nya itu jelek.
"kak" Salma memberika dua lembar tisu pada Edo yang berada di sebelah Rony, Edo menerima nya, lalu mengusap air mata nya seorang diri.
mata Salma menatap ke depan, pikirannya menerawang jauh saat menatap senyum lebar Nabila.
sesungguhnya, kebahagiaan pernikahan itu di mulai dari laki laki, sang suami. jika seorang istri merasakan kelembutan suaminya, rasa cinta dari suaminya, dan penghormatan dari suaminya. maka dia akan memberika kepada suaminya, seluruh apa yang dia miliki.
menikah itu bukan hal tentang aku cinta kamu atau kamu cintaku lalu bisa menikah, karena banyak sekali hal yanh harus dipersiapkan sebelum menjalani pernikahan.
kesiapan usia, kesiapan fisik, kesiapan sosial, kesiapan moral, kesiapan emosional, kesiapan finansial dan beberapa lain nya. dan yang paling penting adalah sikap dewasa nya, termasuk sikap menghadapi, dan memecahkan masalah.
menikah jika di lihat dari sisi agama islam minimal memiliki akidah yang bagus, akhlak bagus, fiqihnya bagus, maka sudah bisa dikatakan jika dia siap menikah.
setelah menatap Nabila yang ada di depan, Salma menoleh dan menatap wajah suaminya yang sudah memerah dan sembab.
~aku sudah memiliki semua nya ya Allah, laki laki yang berakidah, yang paham fiqih serta akhlak nya mulia. laki laki dewasa, dalam sikap dan sifat nya. yang bisa menyelesaikan segala masalah tanpa menimbulkan masalah baru, isnyaAllah~
~suami ku sudah cukup dari kata sempurnya yaAllah, dia adalah laki laki yang siap dari segala aspek kehidupan, siap finansial, serta emosional. bahkan moral serta jiwa sosial nya tidak perlu di ragukan~
~aku mencintainya ya Allah, sebagai engkau mencintai nya. jaga dia ya Allah, lindungi dia, murahkan rejekinua, sehatkan badan nya. dia adalah suamiku, calon ayah dari anak anak ku. jika dia ridho dan menghalalkan surga untuk ku. maka aku juga ridho terhadap dia. pertemukanlah kami dalam surga di kehidupan abadi mantinya, aamiin~
"Sal"
"iya mas"
"kedepan yuk, di panggil Nab sama Paul itu"
"iya ayo"
Salma Edo dan juga Rony berjalan ke depan, lagi lagi tangis tak dapat Rony bendung. dia kembali menangis dalam pelukan Paul dan Edo. begitu juga Salma yang terisak dalam pelukan Nabila.
sampai pada akhirnya mereka saling melepaskan, Rony tatap mata Paul dalam "tugas lo sudah bertambah, Nabila sudah menjadi tanggung jawab lo. bahagia nya dia, ada di tangan lo sekarang"
"Ul, adek gua seorang independent women. tapi gua harapa saat dia sama elo, dia akan mengeluarkan sisi yang selama ini dia sembunyikan. jadi tempat yang nyaman buat dia ya. selamat atas pernikahan kalian berdua" Rony kembali memeluk Paul dan mengusap punggung nya.
"makasih Ron" ucap Paul dengan suara bergetar.
kinj berganti dengan Edo "nggak ada yang berubah setelah ini, lo bakalan tetap menjadi Paul yang kita kenal. lo cuma berubah status menjadi suami Nabila. Ul, gua memang belum pernah menjalani sebuah pernikahan, tapi gua minta, apapun yang terjadi nanti di dalam nya, jangan pernah menjatuhkan tangan kepada dia" Edo menarik nafasnya.
"jangan sentuh kulitnya dengan kekerasan, bahkan kekasaran. gua mati matian jaga dia, Rony mati matian sehatkan mental nya, lo juga mati matian untuk selalu melihat tawa nya. dari sini, gua harap pernikahan tidak menjadi penyebab air mata nya. selamay Ul" Edo menarik Paul dan memeluk nya erat.
dua laki laki itu berganti menatap Nabila yang sudah sedikit sesenggukan dalam rangkulan Salma, dai begitu bahagia mendengar ucapan ucapan yang keluar dari mulut kedua abang nya. dia merasa di cintai, dan di sayangi oleh banyak orang.
"bukan hanya Paul yang akan berperan, tapi lo juga Nab" Nabila mengangguk mendengar ucapan Edo "kalau Paul mengusahakan bahgia buat lo, sebisa mungkin lo harus turut serta dalam perjuangan nya. bahagia ya, lo nggak harus berubah jadi orang lain setelah ini. lo, harus tetap jadi Nabila yang sejak dulu gua kenal" ucap Edo dengan usapan di kepala Nabila.
"aaa hiks hiks Pah Ul hiks boleh peluk ngghak" tanya Nabila pada Paul.
"boleh sayang"
Nabila langsung melesak ke dalam pelukan Edo setelah mendapat jawaban dari Paul, tidak lama, itu hanya sebentar. Nabila hanya ingin menumpahkan segala rasa terimakasih nya kepada Edo.
"ciee udah gede" Rony mengusap kepala Nabila dengan cengiran, meski air mata nya tetap meluruh.
"Nab, jantung rumah tangga yang sesungguhnya itu adalah istri. jika hatimu bahagia, maka sesisi rumah akan merasakan bahagia dan kenyamanan di dalam nya. jika hati mu sedih, maka seisi rumah akan terasa seperti neraka. gua nggak akan ikut berperan di dalam nya, tapi gua pastikan, Paul adalah laki laki yang baik buat lo"
"luaskan hati lo, untuk hal hal yang nggak pernah terbesit dalam pikiran lo dalam rumah tangga nanti. jadi istri yang baik, yang nurut sama Paul, selamat ya Nab, gua sangat bahagia" ucap Rony diakhiri dengan penaman mata untuk meluruhkan seluruh air mata nya.
"Nab nggak mau peluk?" tanya Salma pada Nabila.
Nabila menoleh menatap Salma, dan Nabila menggeleng, dia tau posisi nya. dia dan Rony sudah sama sama saling berumah tangga, sedang Edo masih lajang.
"mas, peluk ade nya" ucap Salma pada Rony.
"hahaah" Rony tertawa samar, lalu merangkul pundak Nabila dan diusap nya pelan. hanya itu, empat detik kemudian rangkulan itu terlepas.
Nab, bahagia sudah kamu temukan, semoga, setelah ini giliran Edo.
sakinah mawaddah warahmah, aamiin