Nabila menggenggam erat jemari Salma, mereka berdua berlari menyusuri bibir pantai. kedua nya mengenakan gamis berwarna putih, dengan balutan hijab berwarna coklat susu.
"sayang, jangan jauh jauh" teriak Rony dari kejauhan.
ketiga pria yang setia menemani mereka pun hanya bisa memantau dari kejauhan. tanpa ada minat untuk bergabung dengan dua perempuan yang sedang menghibur diri di tepi pantai.
waktu begitu cepat berlalu, sudah seminggu sejak kejadian Santi yang mendorong Salma, dia tidak pernah menampakkan batang hidung nya. begitu juga dengan Rony, dia enggan menjenguk ibu nya, atau hanya sekedar menelfon nya.
"lo masih belum baikan sama tante Santi?" tanya Edo.
"emang lagi musuhan" jawab Rony dengan malas.
"Ron, tante Santi itu kan-"
"ibu gua" sahut Rony dengan cepat, tanpa menjeda perkataan Paul yang belum selesai "gua tau kalau itu mama gua, gua tau kalau posisi gua adalah anak" Rony terus menatap Salma yang sedak bahagia bermain dengan air.
"pernah nggak? ada istilah orang tua salah?" Rony menatap kedua teman nya secara bergantian "nggak ada kan? gua cuma mau ngasih mama waktu berpikir bagaimana seharus nya menjadi orang tua. mama memang berhasil jadi orang tua, dia mendidik aku dan kak Rana sedemikian rupa sampai kita jadi seperti sekarang. tapi Ul, ada sedikit dari keliru mama yang harus di kasih teguran dan di benarkan. karena sejati nya manusia tidak ada yang sempurna, semua berhak memperbaiki dengan menasehati satu sama lain, bahkan sekalipun yang menasehati itu lebih muda" ucap Rony panjang lebar.
"gua udah lebih dari berkali kali tegur mama, ngingetin mama, untuk nggak terus terusan nyakitin perasaan Salma. gua ini suami, dia ngga punya siapa siapa lagi selain gua. kalau bukan gua yang jadi pelindung nya,pada siapa lagi dia merasa aman?"
"yah" Paul memebenarkan posisi duduk nya dari yang sebelum nya bersila, kini menjadi selonjoran kaki dengan kedua tangan nya menyandar belakang.
"gua sekarang paham maksud lo, apapun keputusan lo. semoga tante Santi mengerti" lanjut Paul.
"tapi perasaan lo selama seminggu ini gimana?" Edo kembali bertanya.
Rony mengubah posisi nya, yang awal nya bersila juga, kini menekuk kaki kanan nya, dan membiarkan kaki kirinya selonjoran. kemudian melingkarkan tangan nya pada kaki nya yang tertekuk.
kepala Rony sedikit mendongak, tatapan nya masih terus tertuju pada Salma "sejauh ini, gua bener bener ngerasain tenang. pikiran gua sedikit meringan. jujur, gua ngerasa damai saat hanya berdua dengan dia" Rony menunjuk Salma dengan dagu nya.
"tapi dia juga nggak pernah tinggal diam, berkali kali dia udah ngingetin gua buat telfon mama, tapi gua cuma jawab iya"
"ya Salma juga tau posisi nya lah Ron, nggak mungkin dia ngebiarin lo terus terusan diemin mama lo kaya gini. yang ada malah tante Santi semakin mengecap Salma jadi menantu yang nggak baik" sahut Edo.
"tapi gua mau ini berjalan sedikit lama, gua beneran mau menata satu persatu kehidupan gua. gua mau tenang sebentaaaarrr aja. ngga apa apa kan?" pertanyaan Rony melemah, dia menatap satu persatu sahabat nya. kemudian Paul dan Edo menepuk bahu Rony.
"yang penting lo tau batasan, tau tanggung jawab, dan tau kalau lo masih jadi anak dan suami" pungkas Paul.
"oh iya, gimana kemarin? lamaran lo ke Nabila?" tanya Rony, dia tidak bisa menghadiri nya karena ada operasi di rumah sakit.
"ya seperti yang gua bilang di grup. semua berjalan lancar, dan pernikahan kita bakal di laksanain 5 bulan kedepan" jawab Paul.
"lo tau Ron?" ucap Edo.