45.

2.7K 192 10
                                    

~kamu gimana Paul? aku nggak bisa tenang di sini, Rony kenapa nggak bisa di kabarin?~

"kamu tenang ya Nab, aku di sini baik baik aja. Rony nggak sadarkan diri juga Nab, seperti nya dia habis berantem dengan orang. tapi aku nggak tau siapa" jawab Paul.

~ya Allah, berarti kamu ngurusin mereka sendirian? apa aku harus ke bandung, aku mau bantu kamu~

"kalau kamu ke sini, Salma sama siapa disana Nab?" tanya Paul.

~Salma biar tinggal di rumah bibi nya untuk sementara, atau sama tante Santi. Paul, Salma bisa jaga dirinya sendiri buat sementara ini. ijinin aku bantu kamu ya disana~ Nabila terus saja memohon pada Paul agar di ijinkan untuk membantunya di bandung.

mendengar kabar tak mengenakkan, membuat Nabila semakin khawatir dengan calon suaminya.

"kamu boleh ke sini, tapi jangan beri tahu siapapun keadaan di sini. kamu boleh pergi, setelah Salma kamu pastikan aman di sana"

~iya Paul, kamu tunggu aku ya~

"iya Nabila, hati hati, kabarin aku terus ya"

Paul memasukkan kembali ponsel nya ke dalam saku, lalu mengambil stetoskop yang berada di atas nakas.

Paul mendekat pada Edo, membuka dua kancing teratas nya, lalu memeriksanya. setelah itu, dia mengambil tensimeter untuk mengukur tekanan darah Edo.

"lo harus secepetnya membaik Do, jangan betah merem" ucap Paul dengan lirih.

setelah mengembalikan tensimeter juga stetoskop nya, Paul mengambil kotak besar yang berisikan banyaknya obat juga alat alat steril yang di siapkan oleh Diman.

Paul menarik badan Edo, dengan pelan dia sandarkan pada headboard "gua ganti perban lo dulu ya" pamit Paul meski tak mendapat jawaban dari Edo.

dengan pelan, cekatan, dan juga telaten Paul mengganti perban yang ada di kepala sahabat nya. sebelum menutupnya kembali, Paul membersihkan terlebih dahulu luka bekas jahitan yang di kerjakan Diman sebagai dokter bedah.

"gua nggak tau kalau bukan Diman yang nemuin lo, mungkin lo udah pergi hari itu juga. gua harap, setelah ini kita berlima bahagia, lo harus cepet bangun, lo harus cepet pulih" tak terasa Paul pun mengeluarkan air mata nya. melihat dua orang sahabat nya yang tengah memejamkan mata secara bergantian.

bayangan nya kembali pada masa masa mereka masih remaja. belajar dan bermain untuk meraih cita cita. sebelum mereka menjadi sedewasa ini sekarang.

Paul kini beralih pada Rony, dia juga melakukan hal yang sama pada abang tertuanya ini. memerika juga menensi tekanan darah nya.

"bangun Ron, gua percaya sama lo. itu bukan anak lo Ron, maafin gua waktu itu pernah marah dan hampir hajar lo. ayo bangun, perjuangin lagi rumah tangga lo, yang utuh, hanya sama Salma"

meski tidak pernah mendapatkan jawaban dari kedua nya, Paul terus saja mengajak mereka berdua berbicara. agar alam bawah sadar mereka merespon dengan baik.

*^*^**^*^***^*^*****^*^**^*^***^*^*^*****

"Bunga" Panggil Nabila saat tak sengaja bertemu dengan Bunga di stasiun.

"d-dokter Nabila" ucap Bunga dengan gugup.

"mau kemana lo?" Nabila sudah tidak lagi menggunakan kelembutan nya. karena rasa benci yanga ada di dalam hati nya.

"aku mau balik ke jakarta. suami aku kan ada di sana, jadi mau nggak mau aku harus bolak balik"

"lo nggak goblokkan? Rony ada di bandung"

"oh iya kemarin, tapi semalem Rony balik ke jakarta" jawaban Bunga membuat Nabila mwngernyitkn dahi nya.

kini Nabila paham, mungkin Bunga masih belum tau jika Rony berada di kosan Diman belum sadarkan diri.

Muhasabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang