22.

2.6K 228 4
                                    

sekembali nya Edo yang pergi dengan Anggis tadi, dia lebih banyak berdiam diri. padahal mereka berlima sedang menonton film bersama di ruang tengah.

"lo ngga apa apa?" tanya Rony yang merasa khawatir. Edo hanya melihat sekilas, lalu menggeleng pelan.

mata Rony mengedar, dia melihat Paul dan Nabila secara bergantian. Nabila hanya menggeleng sebagau jawaban bahwa dia tidak tau harus berbuat apa.

"mm kak Edo maaf jika ini terkesan lancang" Salma memecahkan keheningan yang terjadi "aku tau ini sakit buat kak Edo, juga Anggis. tapi lebih baik seperti ini di awal dari pada larut dalam hubungan yang salah" Edo mengangguk paham, namun dia hanya diam.

"bukan nya gua nggak mau elo bahagia, tapi lo tau sendiri di agama kita di ajarkan bagaimana, menikahlah dengan yang seagama, bukan dengan yang beda agama" Paul pun ikut menasehati Edo.

"iya" jawab Edo singkat.

"jangan larut larut sedih nya, mending lo sholat isya' dulu sana. aduin sama Allah, keluarkan semua apa yang ada dalam hati lo. siapa tau, jalan terbaik setelah ini bakal segera tiba" tutur Rony pada Edo.

"hidup itu ngga melulu di rundung masalah, ada kala nya bahagia. hidup tidak akan pernah monoton, karena Tuhan telah menciptakan yang nama nya takdir. Do, hari lo boleh sedih, kecewa, atau apapun yang lo rasain. tapi lo jangan pernah lupa, Allah sudah menyiapkan bahagia di ujung sana, sesuai dengan janji nya" Nabila pun ikut menyadarkan Edo.

"kalau gitu gua sholat dulu" pamit Edo meninggalkan mereka semua.

"gua ngga tega" celetuk Paul.

"lo pikir gua tega? sekali nya dapet yang tulus, malah beda keyakinan" timpal Rony.

Salma mengusap lengan suami nya "mungkin belum jodoh nya kak Edo. kayaknya, dia harus lebih bahagia lagi deh buat diri nya sendiri" ujar Salma.

"kalau misal Anggis mau masuk islam? gimana pendapat lo Ron?" tanya Nabila.

"awsh sayang ih, jangan di cabut" Rony merintih karena Salma mencabuti bulu kaki nya. sedangkan Salma hanya melayangkan tawa tanpa dosa.

"yaelah" keluh Nabila.

"hahahah" Paul tertawa melihat ekspresi Nabila karena tidak di hiraukan oleh Rony.

"sakit sayang" Rony masih fokus pada kaki nya, dia mengusap usap pelan dengan terus menggerutu.

"mas, itu di tanya sama Nabila"

"udah ngga usah, pertanyaan gua udah expired" ucap Nabila dengan dongkol.

"wah kacau sih lo Ron" timpal Paul.

"iya apa apa, apa Nabila apa?"

"nggak males"

"hahaha, jangan lah ngambek Nab. maaf deh" Salma pun ikut meminta maaf.

"kalau misal Anggis mau masuk islam, gimana tanggapan lo?" Nabila pun akhirnya bersedia mengulangi pertanyaannya.

"ya ngga apa apa, asal bukan karena Edo" jawab Rony dengan lugas dan mantap "kalau dia mau masuk ke agama kita, ya biarkan dia memantapkan diri karena dia percaya dengan adanya islam. bukan karena mau bersatu dengan Edo. gua nggak bakal setuju, apapun itu, kalau pindahnya berkaitan dengan cinta" mereka bertiga hanya memanggut manggutkan kepala mendengar jawaban Rony.

usia Rony memang paling tua diantara mereka, maka dari itu mereka selalu menghargai apapun yang di arahkan oleh Rony. meski mereka sebaya, tapi selama merantau di jakarta Rony benar benar menempatkan diri menjadi abang mereka bertiga.

yaa, Nabila Paul dan Edo bukan asli dari jakarta. mereka hanya seorang anak perantau yang akhir nya berhasil meniti karir di jakarta. sedangkan Rony, sejak lahir hingga dewasa dia berada di jakarta.

Muhasabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang