"menikahlah dengan Bunga mas" ucap Salma pada Rony yang sudah menggeram menahan emosinya.
"aku ngga mau Salma" jawab Rony dengan wajah garang yang sejak tadi dia perlihatkan.
Salma yang duduk di atas ranjang pun menghampiri suaminya. lalu menggenggam kedua tangan suaminya.
"mas Rony, aku mohon. ikuti keinginan ku mas hiks hiks. isnyaAllah, aku ridho" Salma berdiri di depan suaminya, menangis sesenggukan sembari memohon agar Rony mau menikahi bunga.
"aku hanya mencintai kamu Salma, aku ngga mau ada orang lain dalam rumah tangga kita"
"aku percaya, aku percaya dengan cinta yang mas Rony berikan. aku percaya dengan semua yang mas Rony perjuangkan sama aku hiks hiks hengss. tujuh tahun mas, tujuh tahun bukan waktu yang sebentar, dan keluarga mas sudah menantikan kehadiran bayi kecil, darah daging dari mas Rony"
"Salma, tujuh tahun memang bukan waktu yang sebentar, tapi aku ngga mau mendapatkan anak dari wanita lain Salma. kita berdua sama sama sehat, tidak ada yang kurang diantara kita, Tuhan hanya belum memberi kepercayaannya pada kita sayang" Rony menangkup kedua pipi Salma, seolah olah memberikan kepercayaan agar Salma tidak menyuruhnya menikah lagi.
"jika tidak dengan rahimmu, maka tidak dengan rahim siapapun" lanjut Rony dengan deraian air mata.
"tapi mashh hikss hikss"
"sstttt" Rony meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Salma, agar Salma tidak lagi membahas hal yang tidak penting menurutnya.
Rony menarik Salma ke dalam pelukannya, mereka saling menangis sambil berdiri. Rony sangat mengeratkan pelukannya pada Salma, seakan akan memberitahu, jika Rony tidak ingin membagi dua cintanya.
*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^**^*^*^*^*
Arisan keluarga sedang di laksanakan di rumah orang tua Rony. Rony, adalah anak semata wayang dari pasangan Hendrik dan Santi. karena Rony adalah anak tunggal, Santi terus terusan mendesak Salma agar memberikan cucu kepadanya.
"duh senengnya lihat anak kecil ya mbak Nur" ucap Santi pada Nur, kakak dari suaminya.
"iyalah, kamu buruan deh minta cucu, biar ada yang momong" jawab Nur dengan bangganya.
"sebenernya sih gitu, tapi belum hamil juga, mau gimana?" ucap Santi dengan wajah sinis. Salma yang juga berada di sana pun merasa tak enak dengan suasanannya.
demi menjaga ketentraman acara, Salma memilih untuk meninggalkan tamu tamu yang ada di ruang tamu, dia lebih memilih membantu pekerjaam mok Sri di dapur.
"mbok, saya bantu ya" ucap Salma smebari meraih piring kotor dan mencucinya.
"loh jangan non, non Salma di depan aja. ini biar saya yang kerjakan"
"ngga apa apa mbok" Salma tersenyum pada mbok Sri "saya juga ngga ngapa ngapain kok di depan" lanjut Salma.
selalu begini, Salma lebih memilih untuk menjauh dan berada di belakang, demi menghindari caci makian orang orang.
"lo, Saaall. kok cucii piring sih" tegur mbak Nur budhe Rony.
"iya budhe, bantuin mbok Sri"
"kenapa ngga di depan aja sih Sal, di sana banyak anak kecil loh, rame. kamu itu jangan menghindar terus, harus sering sering deket dan main sama merka mereka, biar cepet ketularan hami. atau jangan jangan,.... kamu mandul yah?" ucapan dari Nur benar benar menyakiti hati Salma, mata Salma mulai berkaca kaca, namun dengan cepat Salma menghindari tatapan dari budhenya.
"Rony sih, bandel banget ga dengerin omongan mamanya. kalau aja dulu dia mau nikah sama Bunga, mungkin sekarang sudah gede anaknya" setelah mengatakan ini, Nur berlalu dari hadapan Salma, dia berjalan seolah olah tidak memiliki salah.
Salma menangis, meneteskan air mata yang sudah tidak dapat dia tahan lagi. Salam menangis sembari mencuci piring.
"non" mbok Sri datang menghampiri Salma, lalu memeluknya memberikan kekuatan.
"jangan di dnegerin yo cah ayu. jangan di lebokne ati" tutur mbok Sri pada Salma.
"semua orang punya waktunya masing masing. nanti, pasti giliran kamu"
"i-iya mbok hiks hiks"
"sudah jangan nangis, nanti den Rony tau malah jafi rame"
"iyah" dengan cepat Salma mengusap air matanya, lalu tersenyum paksaa menatap mbok Sri di sebelahnya.
~Tuhan, sampai kapan aku harus berusaha kuat?~ batin Salma dalam hatinya.
18.19