Salma sedang menselonjorkan kaki nya diatas paha Rony. dan punggung nya ia sandarkan pada pinggiran sofa. dengen lembut, laki laki itu memijat kaki istri nya.
"udah mas" ucap Salma pada Rony yang tengah fokus menatap layar televisi.
"baru juga mijet nya"
"udaah, kamu kan juga cape sayang" ujar Salma.
"enggak, aku nggak capek kok" Rony terus memijat kaki itu dengan pelan.
"mas" panggil Salma, laki laki itu menoleh sebentar, lalu kembali pada berita yang sedang di siarkan di layar tv.
"hm?"
"kamu? jadi mau terima tawaran dokter Anita?" tanya Salma.
"apa udah kamu pikirin mas" pertanyaan Salma membuat Rony menyamankan duduk nya. dia menyerongkan sedikir badan nya untuk menghadap pada Salma.
"udah, tapi sekarang aku mau ngajak kamu diskusi" ucap Rony dengan tangan yang masih memijat kaki Salma.
"gimana mas?"
"menurut kamu, aku ambil apa enggak tawaran itu?"
"ya itu menurut mas Rony aja gimana enak nya"
"ya kan harus jadi menurut kamu juga sayang. aku mau kamu ikut ambil keputusan tentang kerjaan aku. aku nggak miskom sama kamu"
Salma tersenyum, dia menghentikan sebelah tangan Rony "jujur mas, sebenernya aku bangga banget sama yang kamu bilang kemarin. kamu di tawarin dokter Anita buat gantiin dokter Zulfikar sebagai manager operasional cita raya pusat. istri mana sih yang nggak seneng? apalagi itu jam kerjanya pasti, dari pagi sampe sore. terus hari minggu libur. kita bisa weekend bareng, quality time, apalagi sekarang aku lagi hamil"
"tapi mas, aku nggak mau karena kesenengan aku ini buat kamu jadi keberatan. kamu kan selalu bilang, kalau kamu itu mau terus berpraktek dan menerapkan ilmu yang kamu punya. jadi aku nggak memaksa mas, toh yang berkecimpung di dunia kerja itu juga kamu nanti nya"
"aku di sini cuma bisa berdoa dan mendukung. semoga, apapun yang di lakukan suami ku ini selalu menjadi berkah dalam keluarga nya"
"aamiin" ucap Rony lirih dengan senyuman.
"aku bakal terima tawaran itu Sal. aku mau banyak waktu sama kamu. aku nggak mau dapet panggilan malam mendadak karena aku juga mau jaga kamu"
"biar nanti pihak rumah sakit mencari dokter bedah baru, atau tetap mempertahankan dokter Rahman"
Salma tersenyum tangan terangkat lalu memegang rahang suaminya "suami ku ini keren banget sihh"
"ini karena istrinya jauh lebih keren, mangkanya suami nya jadi gini" balas Rony dengan cengiran yang memeperlihatkan deretan gigi nya.
"nak" Rony mengusap perut Salma "ibu mu ini buka. orang yang sempurna, tapi dia akan terlihat sempurna di mata kita berdua nanti nya. dia memang bukan seorang hafidzah, atau bahkan seorang pendakwah agama. tapi nak, ayah sudah pastikan, ilmu agama yang di miliki ibu ada banyak sekali ratusan hingga ribuan, atau bahkan miliaran. tapi dengan berkah dari setiap ayat alqur'an yang di baca nya, akan membuat nuansa rumah kita menjadi sejuk di dalam nya. dia akan menjadi al ummu madrasatul ula buat kamu nanti nya, tumbuh sehat ya nak, ayah tunggu kamu" Rony mengusap lembut perut Salma diakhir ucapan nya.
"bukan hanya al ummu madrasatul ula nak, tapi juga wa abu madiruha. mas, aku tanpa didikan kamu juga nggak akan bisa menjadi ibu yang baik. kita tanpa kamu juga nggak akan bisa baik baik saja. mau sehebat apapun kamu memperkenal aku pada dia. nyatanya, ayahnya lah yang jauh lebih hebat"
"aduuhbh istrii kuuu, bisa bisa banget nih bikin hati penuh" ucap Rony sembari menoel hidung nya.
"apaansi" ucap Salma dengan sedikit Salting.