~brak~ Nabila membuka pintu ruangan Edo dengan kasar, lalu duduk di depan Edo dengan raut wajah yang penuh emosi.
"lo kenapa?" tanya Edo.
"gue nggak bisa biarin ini lama lama" ucap Nabila.
"apanya? Nab, lo kalo ngomong yang jelas dong" Edo menaruh bulpoin yang ada di tangan nya ke atas meja.
"hmhh" Nabila menghembuskan nafas nya kasar "gua udah nggak bisa biarin ini lama lama. gua mau bilang aja ke dokter Anita kalau Bunga itu dapat pendanaan pribadi dari Zulfikar"
"lo nggak bisa buru buru Nab" sanggah Edo.
"kenapa?"
"karena kita belum kumpulin semua bukti nya"
"Do, kalau dokter Anita tau, pasti beliau juga bakal ada di pihak kita. dia bakalan bantu kita cari tau kebenaran nya"
"belum tentu Nab" jawab Edo dengan tatapan menerawang "Zulfikar itu sangat picik. kalau kita terlalu gegabah, yang ada kita bakalan kalah sebelum maju" tatapan Edo berpindah pada Nabila "kenapa lo jadi emosi kaya gini?"
"gua habis di panggil sama dia, dia udah tau kalau gua masuk ke dalam ruangan nya dan buka buka rahasianya" jawab Nabila.
mimik wajah Edo sedikit terkejut, namun dia sudah sangat siap jika hal ini memang akan terjadi.
saat Nabila datang ke masjid kemarin, dia baru mengingat jika di rungan Zulfikar banyak sekali kamera tersembunyi yang tidak sengaja pernah dia lihat saat masuk ke dalam nya.
"kita lakukan langkah berikut nya" titah Edo.
"lo mau ke bandung? cari dokter Diman?"
"iya Nab"
"jangan lama lama, kita nggak biss biarin ini terlalu lama Do"
"iya gua tau Nab, tapi nasib lo gimana?"
"ngga tau, yang udah pasti, gua bakalan keluar dari sini, tapi gua mau ngobrol dulu sama Paul" jawab Nabila.
Edo melihat jam di pergelangan tangan nya "bentar lagi pasti dateng"
"jangan libatin Rony dalam hal ini, gue nggak mau Salma masuk terlalu dalam lagi ke permainan bejat nya"
"iya, kita selesaiin ini bertiga saja" Nabila pun mengangguk untuk mengiyakan.
~ceklek~
Rony dan Paul masuk secara bersamaan, mereka mengabil posisi duduk di atas brankar.
"lo udah lama di sini Nab?" tanya Rony.
"udah"
"lo kenapa sih Nab? lo masih maarah sama gua?" perntanyaan Rony mendapat tatapan nanar dari Nabila.
"lo masih tanya Ron?"
"ya lo kan tau sendiri gimana sikap gua ke Bunga Nab, gua nggak bisa merlakuin dia kaya gua merlakuin Salma. gua rasa, itu udah nunjukin kalau gua....nggak ngelakuin itu"
"ya itu kalo lo sadar, lo kan ngga sadar" ucapan Nabila membuat Rony diam seribu bahasa.
"Nab" tegur Paul.
"hmm, gua mau keluar dari cita raya" ucapan Nabila membuat Rony membelalakkan mata nya.
"kenapa? lo nggak ada ngomong sama gua soal apapun, apalagi keluar dari cita raya. Nab, lo ingetkan? kalau ini bagian dari cita cita lo? dari perjuangan kita berempat?"ucap Rony dengan nada keheranan nya
"gua bukan nggak mau cerita ke elo Ron, gua cuma nggak mau nambahin beban lo, lo itu udah cukup mumet karena istri lo ada dua"
"Ron, Nabila kan mau gue nikahin. jadi, kalaupun dia buka praktek mandiri di rumah juga ngga apa apa" sahut Paul.