satu minggu kemudian, tepat di hari jumat adalah hari terakhir Rony menyibukkan diri di rumah sakit. tugas nya telah di bagi dua dengan dokter spesialis bedah baru, nama nya dokter Diman.
Rony baru saja menyelesaikan mandi nya, dan orang yang paling sibuk pagi ini adalah Salma. dia kesana kemari menyiapkan apa saja yang di butuhkan oleh Rony.
~tes tes tes~
tetesan air dari rambut basah yang belum sempat di keringkan nya jatuh pada sprei kamar saat dia duduk diatas ranjang. menata beberapa baju yang telah di ambil nya dari lemari.
"sayang" panggil Rony.
"iya?" Salma berdiri menghampiri suaminya. Salma yang paham maksud Rony pun segera mengambil handuk kecil yang berada di gantungan handuk.
"duduk sana aja mas" Salma menunjuk ranjang nya.
Rony mengikuti langkah Salma, dia mendudukkan diri agar Salma lebih mudah meneringkan rambut nya.
"rambut kamu masih basah Sal" ucap Rony saat terkena tetesan air dari rambut Salma.
"iya, belum sempet aku hair dryer tadi. handuk nya juga jatuh, yaudahlah biarin aja, kesiangan juga si bangun nya" jelas Salma.
"ini hari terakhir aku sibuk sayang, nanti aku bakaln kerja 3 hari sesuai jadwal, dan selebih nya aku bakalan lebih banyak di rumah sama kamu"
"iya mas, apapun keputusan kamu, aku setuju" Salma menarik handuk nya, kemudian memegang rambut suaminya "udah keset, sana ganti baju"
Rony kembali berdiri, mengambil baju formal yangs udah di siapkan oleh Salma. tangan nya melepaskan lilitan handuk yang ada di pinggang, kemudian melempar handuk itu ke atas ranjang.
sembari memakai celana nya Rony kembali berucap "tapi itu nanti juga berpengaruh sama gaji aku pasti nya Sal, kamu ngga apa apa?"
"ya ngga apa apa dong mas, mau banyak mau sedikit yang penting itu halal" jawab Salma lewat tatapan dari cermin di depan nya.
"tapi nantikan juga di bagi dua sama mama" Rony mendekat pada Salma yang sedang mengeringkan rambut nya, meminta tolong pada istrinya agar mengancingkan baju kemeja nya.
"terus masalah nya dimana? menafkahi aku itu tugas kamu, berbakti sama ibu itu kewajiban kamu sampai kapan pun. mas, gaji kamu dalam satu kali melakukan operasi bedah saja sudah cukup buat aku, buat kita sehari hari"
"sudah"
"makasih ya sayang" Rony mencium kening Salma "sini aku bantu hair dryer"
"ngga usah" tolak Salma "ayo sarapan saja, nanti kamu telat, kata kamu kan jam 8 ada operasi usus buntu. kalau kamu kelamaan di rumah, kasian pasien kamu"
"iyaa iyaa"
Rony mengikuti langkah Salma menuju meja makan, dengan sangat telaten Salma mengambilkan makanan untuk Rony, kemudian menuangkan air putih pada gelas yang berada di depan nya.
"ini sarapan nya mas, aku ambil tas kamu dulu ya"
"makasih sayang"
"sama sama" jawab Salma sembari mengusap pipi Rony.
di dalam kamar nya Salma berganti baju lebih dulu, dia yang tadinya masih menggunakan daster tanpa lengan, kini berganti dengan setelan rok berwarna putih dan baju berwarna biru muda.
"mana ya kunci mobil nya" gumam Salma yang sedang kebingungan mencari kunci mobil suaminya.
setelah ketemu dan mendapatkan nya, Salma kembali keluar dari kamar untuk sarapan bersama.
"mas sarung nya udah aku taruh di dalam tas ya, ada parfum nya juga buat sholat jum'at nanti" tutur Salma.
"iya sayang, kamu mau aku suapin nggak?" tawar Rony.
"ngga usah mas, lupa lagi kalau ada operasi usus buntu? dua pasien loh mas"
"hahah iya iya, padahal aku juga mau manjain kamu sayang"
"kan udah" jawab Salma dengan senyuman nya.
"kapan? perasaan dari tadi aku terus yang manja sama kamu"
"semalem kan aku yang udah manja"
mata Rony menyipit, bibir nya melengkung ke atas "itukan aku kita lagi sama sama manja sayang"
"hahah, udah selesai belum sarapan nya?"
"sudah"
"yaudah ayo aku anterin kamu kedepan ya, setelah itu aku sarapan"
"aku mau tungguin kamu sarapan dulu"
"engga usah mas Rony"
"Sal"
"iya iyaa" Salma pun akhirnya mengalh, mengambil nasi dan mulai sarapan dengan di temani oleh suami nya.
"telur bali nya enak" ucap Rony sembari mengunya apel yang tadi sudah di potong oleh Salma.
"oh iya?" Rony hanya mengangguk menjawab nya.
Salma pun tergerak dia mengambil telur bali yang masih tersisah dua itu. tadi selama masak, Salma belum sempat mencicipi nya sama sekali.
"kok bisa pas sih, padahal tadi aku ga nyicipin sama sekali lo" suapan demi suapan Salma masukkan ke dalam mulut nya.
"perfect, apasih yang nggak ajaib sama diri kamu? sekali ketemu aja kamu udah bikin aku jatuh cinta. cintaaaaa banget malah"
"gombal"
"ngga gombal sayang alu serius"
"im not perfect mas, aku belum bisa kasih kamu keturunan" Rony berhenti mengunyah apel nya. lalu meneguk air yang tersisah dalam gelas nya.
~tak~ suara gelas yang di letakkan di atas meja.
"aku berangkat dulu" raut wajah Rony berubah, yang tadi nya sumringah menjadi seidikit terlihat marah.
"m-mas aku-"
"lanjutin sarapan kamu, ngga usah nganterin aku kedepan ya" perkataan Rony masih terdengar sangat lembut, dan di akhiri dengan kecupan do kening.
harus nya Salam menahan ucapan nya, karena hal ini sudah dia sepakati bersama Rony untuk tidak membahas nya. karena mereka berdua sepakat untuk berjuang dan berdoa, tanpa ada yang merasa tidak sempurna di dalam nya.