pagi sekali, Edo menjemput Anggis di apartemen nya. mereka ada rencana untuk pergi ke rumah sakit bersama. karena hari ini, adalah hari kepulangan Salma dari rumah sakit.
"sudah siap?" tanya Edo di sertai dengan senyuman pada Anggis yang baru saja masuk ke dalam mobilnya.
"sudah"
"kita berangkat ya"
"he'em" Anggis mengangguk lucu.
satu detik kemudian Edo mulai menjalankan mobilnya dengan sangat hati hati dan pelan.
"Anggis, kamu? nggak ada terpaksa kan? menjadi seorang muslim?" pertanyaan Edo langsung pada mode serius. dia tidak ingin basa basi terlalu lama lagi, mengingat umurnya kini sudah menginjak kepala tiga.
Anggis menatap Edo sejenak, kemudian kembali menatap jalanan di depan "nggak ada keterpaksaan untuk aku mengenal Allah, apalagi dengan niatan agar bisa kembali sama kamu, sama sekali enggak ada, demi Allah"
"Do, menjalani kehidupan sebagai seorang muslim adalah hal yang paliiiiinggg bahagia dalam hidup aku. paliiiiiinggg indah yang nggak akan pernah bisa dibandingkan dengan keindahan apapun"
"kamu tau? aku memang menjadi seorang mualaf karena jatuh cinta. tapi jatuh cinta ku ini pada agama islam, bukan kepada manusia yang beragama islam. aku tidak akan pernah kecewa, dan tidak akan pernah meninggalkan agama yang saat ini ku bawa" lanjut Anggis dengan air mata haru.
"Do, kalau kamu memang ada niatan baik sama aku. mohon di segerakan, aku juga butuh bimbingan untuk menjalani iman islam yang sempurna"
hati Edo berdebar, dia sangat bahagia sekali mendengar ucapan Anggis, dia tidak pernah menyangka, jika akhirnya ada jalan untuk menuju ke surga yang sama.
"nanti aku bilang ke Rony dulu ya, aku...sudah nggak punya orang tua, aku cuma punya kerabat yang jauh di sumatera utara. boleh? jika abang ku yang datang untuk melamar kamu buat aku?"
Anggis tersenyum menunduk "boleh" jawabnya lembut.
"kalau begitu, nanti kita bilang ke Rony sama Paul ya" lagi lagi Anggis hanya mengangguk. mereka berdua sama sama tersenyum menatap jalanan ke depan.
*^*^*^*^*^^^^^^^^^^*^**^*^*^**^*^*^^^^
"seger banget sii istri ku maasyaAllah" Rony membernarkan jilbab istrinya.
"hehe, kan udah di mandiin sama kamu" jawab Salma dengan wajah mengembang lucu.
"mas, aku seneng banget udah bisa keluar dari sini" lanjut Salma sembari menggenggam kedua tangan suaminya.
"aku juga Sal" Rony menarik tangan kanan nya, kemudian mengusap kepala Salma.
"kenapa kamu lucu banget sih sayang?" ucap Rony merasa gemas dengan Salma.
"setelah ini, aku bakalan jaga kamu dengan baik. aku bakalan lebih ekstra lagi buat merhatiin kamu dan calon anak kita. aku nggak mau, hal kaya gini terjadi lagi sama kamu" ucap Rony penuh harap.
"mas, kita jaga dia sama sama ya. pastinya, hal ini terjadi juga ada kelalaian dari aku, aku yang gabisa jaga diri baik baik" sesal Salma.
Rony tersenyum, dia mengusap penuh kasih kepala Salma "iya sayang, makasih yaa, sudah mau membuka mata kamu lagi"
"kemarin, aku sudah sangat takut Sal. aku hampir menyerah" jujur Rony pada Salma. posisi mereka tetap sama, Salma yang duduk di atas brankar, dan Rony yang berdiri di sebelahnya.
Salma tersenyum, dia mengusap sebelah lengan Rony "kalau aku nggak buka mata aku lagi? gimana mas?"
Rony tampak diam, dia hanya menatap manik indah milik Salma "mas" Salma menggoyangkan lagi lengan suaminya.