empat hari sudah, perempuan itu memejamkan matanya di rumah sakit. empat hari juga, suaminya tidak pernah meninggalkan nya. bahkan urusah rumah sakit pun dia kerjakan di dalam ruangan inap istri nya.
selama Salma berada dalam rawat inap, orang orang pun bergantian mengantarkan Rony makanan atau bahkan pakaian. begitu juga Edo, dia terus fokus dan seriusn menangani keadaan Salma.
Rony, dia menatap Salma dengan mata sayu. dia tidak pernah berhenti menangis daat dia tengah sendirian. rasa takut dalam hati nya memburu, dia takut, takut sekali dengan keadaan istri nya saat ini.
"sayang" lirih Rony, dia mengambil tangan Salma yang tidak tertancap infus, lalu membawa nya ke ujung hidung.
"humhhhh" Rony mengendus tangan itu dalam dalam "kamu kapan bangun?" tanya Rony di sertai dengan air mata.
"Sal, aku kangen sama kamu, jangan tidur lama lama sayang"
"ayo bangun"
"aku rindu"
Salma koma selama empat hari, dengan diagnosa preeklamsia yang sudah di ucapkan oleh Edo sebagai dokter spesialis kandungan. tekanan darahnya yang begitu tinggi, membuat Salma tak bisa sadarkan diri.
preeklamsia adalah kondisi ketika seorang ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan yang di tandai dengan tekanan darah tinggi dan tingginya protein yang terkandung dalam urin.
preeklamsia kerap sekali terjadi pada usia kehamilan dua puluh minggu ke atas dengan salah satu pemicunya adalah ibu hamil berusisa di bawah dua puluh tahun, dan empat puluh tahun.
terjadinya preeklamsia masih belum di ketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang di duga menjadi penyebab terjadinya preeklamsia. seperti faktor genetik, kehamilan pertama, gangguan pembuluh darah, obesitas, dan autoimun.
tubuh Salma semakin menggemuk saat memasuki usia kehamilan ke enam bulan, semakin ke sini, semakin bertambah juga nasfu makan dan berat badan Salma. meski Rony terus mengontrol tensi nya, tidak dapat di pungkiri jika Rony juga hanya seorang manusia biasa.
"bangun Sal hiks hiks hiks"
"maafin aku ya, aku nggak bisa jagain kamu sayang"
~ceklek~
Edo datang, dia membawa sesuatu di tangan nya, kemudian meletakkan nya diatas meja lalu menghampiri Rony dan Salma.
"gua mau periksa Salma" ucap Edo pelan, dan rony pun mengangguk.
"Ron" Rony menoleh "mending lo makan dulu, gua bawain sarapan" Edo menunjuk papperbag nya diatas meja.
"iya nanti" selalu seperti ini, selama menunggu istrinya di rumah sakit, dia hanya makan dua kali dalam empat hari.
"hmmhh" terdengar helaan nafas dari Edo, dia tidak lagi mendebat Rony, karena dia sudah ingin sekali tahu kondisi Salma saat ini.
Edo memasangkan stetoskopnya ke telinga, kemudian mulai memeriksa Salma dari dada nya hingga ke perut.
setelah itu, Edo sendiri yang menensi tekanan darah Salma, tanpa di bantu oleh perawat sekalipun. Edo benar benar menangani pasien istimewahnya dengan tangan nya sendiri.
sembari menensi, Edo menatap layar monitor yang menunjukkan detak jantung istri sahabat nya.
"gimana?" pertanyaan Rony terdengar sangat lemah sekali. dia sudah tidak ada tenaga untuk bringas, semua tenagaa nya, habis terkuras karena menangis setiap hari.
"tensi nya udah normal, harus nya ini sudah jadi lebih baik. tinggal menunggu kesadaran Salma aja. 115/100 di batas normal"
"kalau malam itu telat ke rumah sakit, gua nggak tau harus bagaimana, karena tekanan darah istrilo 165/100. untung calon bayi lo nggak keracunan, dia memberikan perkembangan sangat baik sampai saat ini"