Rony tiba di rumah tepat pukul empat sore, dia duduk di sofa dalam kamar sembari melonggrkan dasinya.
hari ini, banyak sekali pekerjaan yang menguras pikirannya di rumah sakit. menjadi manager operasional bukanlah hal yang mudah. tidak seperti keahliannya yang menjadi dokter bedah.
"ini mas lemon angetnya" Salma memeberikan lemon hangat yang biasa di minum oleh Rony sepulang kerja. karena itu adalah minuman kesukaannya.
Rony bukan perokok, bukan juga pecandu kopi. laki laki yang gagah, tampan, dan mapan ini begitu sempurna menjadi suami dan calon ayah.
"makasih Sal"
"sama sama mas" jawab Salma di sertai dengan senyuman. kemudian Salma kembali beranjak dari sisi Rony. dia hendak ke kamar mandi.
"mau kemana sayang?"
"mau pipis mas, akhir akhir ini sering banget pipisnya" jawab Salma sembari mengusap perutnya yang begitu besar.
Rony mengangguk, sembari meletakkan cangkir pada meja di debelahnya "hati hati ya, atau mau aku temenin"
"heeeh" Salma memutar matanya malas "yang ada malah aku pipis berkali kali kalau kamu temenin"
"hahahah" Rony tertawa mendenger ucapan Salma.
beberapa saat kemudian, setelah Rony mandi dan sudah kembali segar dan juga sudah melakukan sholat ashsar, Rony menghampiri Salma yang terbaring di atas kasur sambil bersandar.
"mhhhhppp" Rony menghirup dan mencium aroma wangi tubuh Salma melalui perutnya.
"ayah sayaaaaanggg banget sama kalian, kalian juga sayang sama ayah nggak?" tanya Rony, dia mendongak menatap Salma. namun kepalanya masih menempel di perutnya.
tangan Salma tergerak, dia mengusap usap lembut rambut suaminya "kita juga sayang sama ayah, sayaaaang banget"
Salma tersenyum, melihat ada sedikit guratan di sekitar mata. memang, laki lakinya kini sudah semakin berumur. karena kerja keras juga yang membuatnya semakin terlihat matang "kamu sehat sehat ya mas, kamu harus bisa jagain anak kita sampai dia besar nanti"
Rony mengambil tangan Salma, lalu di ciumnya telapak tangannya "kamu juga harus sehat Sal, karena cuma kamu, yang akan mendidik anak anak aku dengan kedua telapan tangan mu ini"
"kamu timang"
"kamu beri makan"
"kamu beri kasih sayang"
"kamu adalah ibunya Sal, dan anak kita, akan selalu bergantung sama kamu"
"tapi anak kita juga akan sangat bergantung sama kamu mas" ucap Salma.
"ya, dia harus bergantung sama kita berdua Sal" setelah mengatakan hal ini, Rony pun merebahkan tubuhnya di sebelah Salma. mencari kenyamanan kepalanya diatas bantal.
"Sal, saat ini, kamu telah menjadi wanita yang begitu di muliakan" ucap Rony sembari menatap langit langit kamar.
sementara Salma, dia hanya menengokkan kepalanya.
"karena para malaikan sedang beristighfar untuk perempuan yang sedang hamil" Rony menambahi lengannya untuk mengganjal kepala. dan kini turut menatap mata Salma.
"sholatnya lebih utama di bandingkan dengan perempuan yang tidak hamil"
"sama dengan jihad di jalan Allah"
"dapat pahala di siang hari, dan ibadah di malam hari meski kamu sedang terpejam karena tidur"
"mendapat pahala seperti telah memeerdekakan tujuh puluh hamba"