malam pun tiba, semua orang masuk le dalam kamar masing masing. melaksanakan sholat maghrib, sebelum melakukan makan malam bersama.
"mas, ngga bawa sarung ya?" tanya Salma sembari membongkat tas nya, mencari keberadaan sarung milik Rony.
"ngga tau sayang, kan kamu yang siapin" jawab Rony yang baru saja keluar dari kamar mandi. wajah basah nya, dia usap menggunakan telapak tangan.
"kalau ngga ada ngga apa apa Sal" ucap Rony.
Salma mengembungkan pipi nya, kemudian meniupkan nafas nya.
"maaf ya, ternayata nggak kebawa" Salma mengahdap pada Rony, kemudian mengambil dua sajadah yang berada di atas kasur.
"aku pake celana aja" Rony pun menempatkan diri nya di atas sajadah. kemudian menoleh kebelakang untuk memastikan Salma sudah siap untuk sholat.
setelah menunaikan ibadah sholat maghrib nya, mereka pun berdoa, dengan isi doa yang sama. selalu, dan akan terus seperti itu.
meminta di perluas sabar nya, di perkuat iman dan islam nya, dan di perlancar jalan menuju ke akhirat nya.
Salma menyalimi tangan Rony yang sudah menoleh kebelakang, setelah mencium kening Salma, Rony merebahkan kepala nya di pangkuan Salma.
"ngapain?" tanya Salma.
"usapin kepala ku Sal" pinta Rony, dengan senang hati Salma pun menuruti keinginan suaminya.
Salma terus mengusap, dan menandang dalam wajah laki laki yang kini mata nya terpejam. hembusan nafas lembut denger di telinga Salma. dia tersenyum, dia bahagia, dan dia sangat beruntung memiliki suami seperti Rony.
"sayaangggg ah" Rony menepis tangan Salma yang tiba tiba saja masuk ke dalam lubang hidung nya.
"hahaha, gemes banget sih lubang hidung nya" Salma menyogrokkan sekali lagi jari telunjuk nya.
"Saaall" Rony mendongak, menatap Salma yang sedang tertawa penuh kepuasan.
"segemes apa sih?" tanya Rony dengan nada khas nya.
"segemes apa ya?" Salma tampak berpikir "segemes kendi beras hahah"
Rony hanya tersenyum mendengar jawaban Salma, dia membiarkan saja istrinya menghayalkan tentang wajah nya yang kata nya mirip kendi beras.
Setelah puas dengan tawa nya, Salma mengusap kening Rony yang berkerut. lalu menundukkan kepala nya dan mengecup nya dalam.
"di balik dahi yang berkerut ini, ada ribuan ilmu yang tersimpan. ada pemikiran yang luar biasa dan sangat dewasa. mas, kerutan ini, adalah bukti kesungguhan kamu dalam segala hal. dalam mencari ilmu, dan dalam memecahkan segala masalah yang ada dalam rumah tangga kita" Salma berujar sembari mengusap usap nya, sedangkan yang di ucap dia terpejam sembari mendengarkan.
"kerutan ini sama sekali nggak menambah ketampanan kamu, malah terlihat semakin berwibawa sebagai seorang dokter bedah. mas....apapun yang menjadi pekerjaan mu, semoga berkah dan menjadi amal jariyah"
"aamiin" Rony mengaminkan dengan lirih, Rony mengambil tangan Salma kemudian mencium telapak nya.
"kamu udah telfon mana belum?" Rony tidak menjawab, dia hanya diam dan terus memejam.
"mas" Salma mencolek hidung suaminya "jangan menghindari mama terus terusan, mama pasti kangen sama kamu"
"Sal, sesekali kamu boleh marah. kamu boleh menentang keinginan mama. ini rumah tangga kita Sal, dan hanya kita berdua pemeran utama nya. ngga boleh ada siapapun, termasuk mama sekalipun. mama boleh ada, dan seharus nya jadi pensehat karena mama sudah lebih dulu berpengalaman. bukan malah seperti sekeran"