Bab 70

269 22 4
                                    

"Maaf Hans, ak-akuu.. pulang saja.. seperti nya aku tidak diinginkan disini."ucap wanita itu ber alasan. Anita hanya ingin cepat pergi dari sana. Walau bagaimana pun yang dikatakan Alexsa itu sebuah kenyataan. Tapi yang membuat dia bingung. Dari mana gadis itu tau.

Alexsa semakin menatap tajam padanya. Bibir tersenyum tipis.

"Katakan tantee! Tante berniat menculik kuu! Tapi anak buah Tante yang bodoh, malah salah culikk! Dan mengakibatkan Salena seperti ini!" Kali ini Alexsa berkata dengan penuh amarah dan juga kebencian. Bahkan dirinya tidak perduli lagi dengan pemikiran sang suami.

"Alexsaaa!!" Bentak Hans berteriak. Pria tampan itu menatapnya dengan tajam. Seketika Alexsa menoleh sang suami. Tapi kali ini dengan tatapan yang sama seperti Hans.

"Kenapa mass? Kamu masih mau belain wanita ini?" Sinis Alexsa.

"Berhentilah mengkambing hitamkan seseorang, Karna itu belum tentu benar!" Hans masih dalam pendiriannya. Dia masih menganggap Anita seorang malaikat.

Disinilah kesempatan Anita. Wanita itu memasang wajah tertindas seketika air mata buaya pun keluar.

"Maaf Hans, aku tak pernah mengharapkan ini dari istrimuu! Bahkan dia tidak sungkan melemparkan kesalahan padakuu.. hisk..hikss..hikss.."

Alexsa sudah muak melihat semua itu diraihkan tangan Anita kemudian diseretnya keluar.

"Ini urusan keluarga kami! Sebaiknya orang luar tidak usah ikut campur!" Tegasnya kemudian Alexsa melemparkan tubuh Anita kelantai. Kembali memasuki kamar dan menutup pintu.

Tak disangka dna tak diduga. Hans melangkah untuk keluar kamar mengecek keadaan Anita.

"Mau kemana!?" Tanya Alexsa dengan nada menggeram. Gadis itu sangat paham apa yang akan dilakukan suaminya saat ini.

Seketika langkah kaki Hans terhenti. Dia diam sejenak meraup udara sebanyak mungkin.

"Alexsa, dia adik kuu.. aku akan memeriksa keadaanya dulu, dan akan kembali setelah itu.

Alexsa melangkah dengan besar kehadapan Hans dengan penuh amarah.

"Apa yang ada dipikiran mu mass? Salena lagi membutuhkan ku saat ini, dan juga akuu.."

"Sudahlah Alexsaa.. tidak bisakah kita tidak bertengkar?"

"Bertengkar?" Alexsa tertegun sejenak. Hans hanya bisa mengangguk kaku.

Kali ini Alexsa semakin kesal, darahnya mendidih. Ingin rasanya dia berteriak mendengar ucapan sang suami tapi kembali dia masih memiliki kewarasan, hingga mengurungkan niatnya.

"Apa kamu tidak sadar mas? Kita sering bertengkar penyebabnya wanita ituu. Aku tidak akan keras kepala jika kamu tidak termakan tipu muslihat darinya. Wanita itu jahat mass.. " lirih Alexsa menatap sedih.

"Sudah lah Alexsa, jangan menjelekan Anita dihadapan kuu! Karena dia bukanlah wanita seperti itu!" Tegas Hans dingin.

Alexsa terperangah tak percaya. "Maksud kamu mas? Aku saat ini sedang mengada-ngada?" Seketika air mata gadis itu menganak sungai.

"Aku tidak punya banyak waktu, Karena saat ini Anita membutuhkan aku!" Tanpa menoleh Alexsa Hans kembali melangkahkan kakinya.

"Lalu gimana dengan ku mas? Aku dan anakmu, baru saja mengalami musibah. Apa menurutmu kami tidak membutuhkan kamu saat ini?" Lirih wanita itu sedih.

Hans membalikan tubuh menghadap sang istri hal pertama yang dia lihat adalah kesedihan dan air mata di wajah sang istri yang membuat hati nya teriris.

"Sayang.. mas hanya sebentar, mas harus mengecek keadaan Anita.." ujar Hans mengelus lembut puncak kepala gadis itu.

Sejenak Alexsa tertegun kemudian berkata.

"Seperti biasa, mas selalu mementingka wanita itu. Sebenar nya kamu anggap apa aku mas? Aku saat yang lebih membutuhkan mu mas. Aku lebih berhak dari wanita ituu!"

Hans hanya menanggapi dengan senyuman. "Wanita itu jahat mas! Dia yang telah mencelakain kami. Aku, Salena dna juga calon bayi kita.. apa kamu tidak bisa mempercayaiku sekali ini saja mas??" Lirih Alexsa dengan penuh harap. Hans masih menatap lembut wanita itu. Membelai pipi gadis itu dengan penuh kasih sayang.

"Sayang kamu saat ini sedang marah, mas janji hanya pergi sebentar. Memastikan Anita baik-baik saja itu adalah tanggung jawab mas. Dia dititipkan oleh ayahnya pada mas. Mas janji akan kembali secepatnya." Hans menyeka lembut air mata yang membasahi pipi Alexsa. Tapi gadis itu tak bergeming bahkan hingga Hans telah meraih gagang pintu hendak membukanya.

"Dengar Hansdoko! jika kamu melangkah dari pintu ituu! Maka kau tidak akan menemui ku setelah ini. Anggap ini pertemuan kita yang terakhir. " Ucapan Alexsa berhasil membuat bulu Roma Hans berdiri Ntah kenapa dadanya tiba-tiba bergemuruh. Ucapan Alexsa bahkan bisa menimbulkan rasa ketakutan di dirinya.

"Aku yakin kamu bukanlah orang yang gampang meninggalkan ku sayang.. kamu pasti tau, jika kamu meninggalkan kuu, aku akan gila seperti apa.."

"Tapi untuk saat ini aku tidak peduli mas! Hal terbesar yang kamu lakukan sepanjang sejarah kehidupan kita. Ya ituu.. Anita! Aku tidak akan bersaing dengan wanita itu sampai kapan pun! Mungkin lebih baik aku pergi dari kehidupan muu!"

Hans masih tertunduk diambang pintu yang saat ini mulai terbuka. Dia meraba dadanya yang saat ini dibagian itu jantungnya berdebar dengan cepat disertai darah yang berdesir.

"Aku hanya sebentar sayang.. aku janji akan kembali secepatnya.." lirih pria itu segera berlalu.

Melihat Hans melangkah pergi, Alexsa semakin kecewa bahkan gadis itu meredam airmata dna menyekanya.

"Dengar Hanss.. aku tidak main-main dengan ucapankuu! Jika kau tidak berbalik badan. Aku akan pergi membawa anak mu yang ada di perutku ini! Jangan harap aku akan membawanya kembali padamu!!" Teriak gadis itu dengan nada bergetar.

Hans yang berjalan beberapa langkah tertegun. Diam sejenak disana tanpa menoleh Alexsa.

"Aku yakin, kamu tidak akan melakukan apapun sayang. Anggap ini tanggung jawab terakhirku untuk Anita, setelah ini aku tidak akan melakukan hal ini lagi. Aku akan meninggalkan dia dan melepaskan tanggung jawab ku darinya.."

Alexsa bahkan tidak menangis lagi. Karna percuma, toh Hans pun tak merubah niatnya. Dia masih melangkah meninggalkan Alexsa disana berserta airmata nya.

Seiring dengan langkah Hans pergi, Alexsa menutup pintu dengan kecewa.

"Jangan ada airmata lagi Alexsa.. Karena dia tidak layak untuk kamu tangisi.." gumamnya sembari menyeka airmata. Saat ini kekecewaan Alexsa telah memuncak.

Tanpa pikir panjang, gadis itu meraih ponsel diatas narkas. Dia melakukan panggilan untuk Justin. Meminta pria itu datang menjaga Salena. Dia berdalih ingin pulang mengambil sesuatu. Justin pun tak menolak, pria itu segera bergegas kesana dimana saat ini sang tunangan berada.

Alexsa mendekati sang sahabat. Tangan mengusap lembut puncak kepala sang sahabat. Kemudian mengecupnya dengan beberapa detik.

Ditatapnya Salena dengan dalam.
" Maafkan aku Salena.. aku sudah tidak kuat, jika ini diteruskan, hanya akan membuat aku kecewa berkali-kali. Semoga kamu baik-baik saja ketika aku pergi.." lirihnya menatap pilu.

"Aku mencintainya lebih dari diriku sendiri.. tapi jika dia selalu menyakiti perasaan kuu.. untuk apa aku bertahan. Aku sudah lelah Sal.. aku tidak bisa bersabar lagi.." sehabis berucap. Justin pun datang. Buru-buru gadis itu menyeka air matanya.

"Bunda boleh pulang sebentar, tapi cepat kembali ya Bun. Aku tidak mungkin berada dalam satu kamar dengan Salena. Karna belum masanya." Ujar Justin

Alexsa tersenyum, "Tenang saja Justin. Aku percaya sama kamu. Aku pergi yaa. Titip salam untuk keluarga mu.. sampaikan permintaan maaf ku, siapa tau aku ada salah kata pada beliau."

"Belum lebaran Bun, ngapain pake acara minta maaf bagai?" Ujar Justin bercanda.

Alexsa hanya menanggapi dengan senyuman. Kemudian berlalu.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang