Extra Part 10

3.7K 118 7
                                    

"Vivian, kamu berhak marah pada anakku. Luap kan, dia ada di hadapanmu sekarang."

Sejak sang Ibu mengajaknya pergi ke sebuah restoran untuk bertemu dengan Vivian, Aysele sudah di serang rasa tak nyaman dihatinya. Dia terus menunduk menautkan jemarinya, begitu tak sanggup jika harus mendongakkan kepala. Apalagi, Amareia memberi ruang untuk Vivian meluapkan kemarahannya pada Aysele.

Vivian, wanita yang sudah tak lagi muda, dia seusia Amareia. Jika saja Damian normal, mungkin mereka juga sudah memiliki anak yang usianya tak jauh dari putri bungsu Amareia, Drasteia. Tapi melihat Aysele dan mengingat kembali skandal antara anak temannya dengan suaminya, hati Vivian kembali perih.

"Rei, aku rasa tidak ada manfaatnya terus meluapkan kemarahan. Aku tak ingin membuang energi sia-sia,"

"Vivian," Amareia menatap tepat pada mata Vivian.

"Kita sama-sama dewasa Amareia, paham bagaimana perjalanan terjal kehidupan. Mungkin, semua ini timbal balik dari apa yang pernah aku lakukan di masa lalu. Bukankah hidup itu melalui proses tanam tuai? Aku memahaminya,"

"Maafkan anakku, Vivian. Aku tak bisa membenarkan perbuatannya, jika kau ingin menghukumnya, aku mengizinkan tapi tolong, jangan lukai anakku terlalu jauh, sebagai seorang Ibu, aku tak sanggup."

"Jangan khawatir, Rei. Cukup anakmu menyadari kesalahannya dan tidak lagi melakukan yang sama," Vivian tersenyum tipis. "Aku harap, tidak ada antagonis di kisahku atau pun di kisah anakmu. Semoga Aysele bahagia dengan kehidupan barunya bersama Damian,"

Barulah, Aysele mendongakkan kepala. "Tante, aku mohon maafkan aku. Maafkan aku,"

Vivian mengangguk, "Semua sudah terjadi, Aysele. Saya mau marah juga tidak ada fungsinya, berbahagialah bersama dengannya. Saya akan datang ke acara pernikahan kalian nanti,"

Aysele ingin menangis, dia merasa menjadi antagonis di sini. Di mana dia mendapat peran sebagai perebut, sebagai orang ketiga. Andaikan Tuhan memberinya kesempatan, Aysele bersumpah, dia akan melewati liburan musim panas 5 tahun lalu, dia tidak akan ke pantai yang membuatnya bertemu Damian untuk kali pertama memulai kesalahan besar.

"Tante, bentak aku saja, maki-maki aku saja, jangan terlalu baik, Tan."

"Saya akan malu mengingatnya jika pernah memaki anak kecil, Aysele."

Aysele menatap sang Ibu yang juga menatapnya sembari tersenyum tipis, "Renungi kesalahan kamu. Mommy tidak mendukung apalagi membenarkan, Mommy hanya mengikuti jalan takdir yang kamu lalui. Terlepas dari bagaimana kalian bisa bersatu, teruslah berjuang untuk masa depan."

Ibunya begitu bijak dan baik, kenapa dirinya sangat berantakan seperti ini? Tidak bisakah dia memperbaiki takdirnya?

***

Takdir akan tetap takdir.

Bagaimana pun rumitnya kehidupan, pasti akan menemukan jalan keluar yang diharapkan.

Menuruni anak tangga menuju altar pernikahan, Aysele terus menahan tangis melihat situasi acara pernikahannya dengan Damian. Dia melihat Damian menunggunya, menerima dirinya diserahkan sang Ayah pada pria tersebut.

"Damian, jaga anakku. Dia aku besarkan dengan penuh kasih sayang, jangan kau buat dia merasakan sakitnya diperlakukan. Jika kau tak ingin memilikinya seumur hidup, kembalikan dia padaku. Aku akan selalu menerima kepulangan anakku ke rumahku,"

"Jangan khawatir, Dexter. Aku akan melimpahkan semua yang aku miliki padanya, aku akan merenungi semua kesalahanku."

"Ya, semoga Tuhan memberimu pencerahan untuk memperbaiki diri tanpa melukai anakku."

Acara pernikahan ini berlalu dengan megah dan meriah, Vivian datang memberikan ucapan selamat. Vivian juga menyampaikan, dia resmi mengadopsi bayi kembar dari sebuah panti asuhan. "Tante, apa Tante tidak berniat menikah lagi?" Aysele menatap gemas bayi laki-laki di gendongan Vivian.

Dia sudah berdamai dengan takdir yang rumit itu, dia berani meminta maaf, bahkan rela menurunkan egonya yang tinggi demi kedamaian hidupnya. Dan Vivian pun ikut berdamai meski tak ada minat dalam hatinya untuk kembali membina rumah tangga. Dia merasa, sudah cukup puas mengarungi bahtera rumah tangga, waktunya bahagia dengan anak-anak yang lucu meski bukan anak kandungnya.

"Tidak, Aysele. Saya lebih memilih untuk fokus mengurus anak-anak,"

Aysele tersenyum manis, "Bahagia selalu ya, Tante."

"Amin, kalian juga."

***

Kelanjutannya ada di karya karsa yaa! Endingnya ada di karya karsa, jadi cus kalian cek!!

Hanya 5k loh😍

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang