"Siapa pria tadi Sen?" Tanya Amel, saat ini mereka telah berada di dalam taxi menuju flat yang mereka tempati."Entahlah, aku juga baru pertama kali bertemu dengan pria angkuh itu." Jawab Sena kembali mengingat perkataan Sena tadi kepadanya.
"Sepertinya dia berasal dari negara yang sama dengan kita."Ucap amel
"Tidak juga, mungkin dia memang menguasai bahasa kita. Kan kamu lihat sendiri perawakannya, dia sama seperti bule kebanyakan." Sahut Sena, Amel menganggukkan kepala membenarkan perkataan saudaranya itu.
"Aku sangat takut Sena, setelah tiga tahun kita menetap disini. Ini pertama kalinya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, padahal biasanya kita hanya mendengar atau membaca di media sosial saja."Ucap amel
"Aku juga, tapi di Negara ini bukannya hal seperti ini sudah biasa. Kita saja yang terlalu berani memilih tinggal di negara ini, jadi bagaimanapun kita harus siap." Jawab Arumi tertawa kecil, Amel juga tertawa membenarkan perkataan Sena.
Sena dan Amel segera keluar dari mobil ketika telah sampai di flat.
Flat atau rumah yang disewa Sena bersama Amel dan juga beberapa orang mahasiswa lainnya, terletak sangat dekat dari kampus, hanya dengan berjalan kaki mereka telah sampai di kampus.
Amel dan Sena segera masuk kedalam kamar masing-masing, Sena segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Sena menatap dirinya di depan cermin kamar mandi, bayangan wajah Zavier kembali teringat olehnya.
"Pria yang tampan, umurnya juga tidak terlalu tua tapi sayang dia tidak sopan." Gumam Sena menggelengkan kepalanya.
......
Wajah Zavier masih terlihat senang ketika berada di dalam mobil, saat ini mereka kembali melaju ke Markas. Malik dipastikan telah tiada dan jasadnya di urus oleh Demian bersama anggota yang lain.
"Sepertinya wanita tadi masih mempengaruhi mood kamu." Ucap Aro, pria itu dari tadi berusaha menahan diri untuk tidak menanggapi sikap aneh Zavier, tapi akhirnya di utarakan juga.
"Aku masih teringat dengan wajah kesalnya, itu sangat menghibur."
"Dasar aneh, padahal dia biasa saja. Hanya hijabnya saja yang berbeda dari kebanyakan wanita di sini." Omel Aro, senyum di wajah Zavier menghilang, pria itu menatap tajam asisten sekaligus sahabatnya.
"Disitulah letak keistimewaannya." Balas Zavier kasar, Aro menghela nafasnya dan memilih untuk diam karena Zavier terlihat kesal dengan perkataannya.
..........
Hari demi hari berlalu, Sena sibuk dengan kegiatan pendidikannya, begitu juga dengan Zavier yang fokus dengan organisasinya. Namun pria itu masih tetap seperti semula, kebiasaan bermain dengan seorang wanita dan berakhir di ranjang panas sebuah hotel.
Malam ini ada acara seminar di hotel ternama, kebetulan pembicara di seminar itu orang yang sangat penting dan juga berhubungan dengan tugas akhir sena.
Walaupun harus mengeluarkan biaya dengan sangat mahal, Sena mengikuti seminar itu. Dia juga harus menginap di sana, karena seminar berlangsung selama empat jam dan selesai di tengah malam. Malam ini dia tidak datang bersama Amel, karena mereka berbeda jurusan. Sena datang bersama teman-teman satu jurusannya di kampus.
Sena terlihat gelisah berdiri di depan ruangan seminar, para pembicara belum juga hadir padahal seharusnya seminar telah dimulai satu jam sebelumnya. Jam telah menunjukkan pukul 9 malam, jadi berkemungkinan nanti seminar akan selesai di jam 1 atau jam 2 dini hari.
"Bukannya mendengarkan kita malah akan tidur pulas di dalam." Ucap Jesy, teman Sena yang saat berdiri di sebelahnya.
"Kenapa lama sekali ya?" Tanya Sena.
"Entahlah, namanya juga orang penting." Balas Jesy menggelengkan kepalanya.
Pembicara sebanyak tiga orang itu pun datang, Sena dan sahabatnya yang lain segera masuk kedalam ruangan.
"Terima kasih atas kehadiran kalian, maaf kalau harus menggangu jam istirahat. Tapi ilmu ini sangat penting untuk masa depan kalian nanti. Sekian dan selamat beristirahat." Ucap Moderator seminar menutup acara setelah empat jam lamanya mereka mengikuti seminar.
Sena meregangkan badannya sebelum berdiri, Jesy tertawa menghapus sudut matanya yang basah.
Teman Sena itu dari tadi kerjaannya menguap terus, dia sudah sangat mengantuk dan berusaha untuk menahannya.
"Yuk sen." Ajak Jesy, Sena dan Jesy kebetulan satu kamar untuk menghemat biaya yang mereka keluarkan.
Sena dan beberapa teman melangkah keluar dari ruangan menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai kamar yang dihuni malam ini.
"Astaga." Teriak Sena menutup mata, dia terkejut begitu pintu lift terbuka melihat adegan tidak senonoh di depannya.
Semua sahabatnya juga terkejut termasuk sepasang pria dan wanita yang melakukan adegan tidak senonoh itu.
Pria itu adalah Zavier, dia dan wanitanya malam ini asyik berciuman dan tidak menyadari kalau pintu lift terbuka. Zavier dan pasangannya itu masuk lift langsung dari Basement di lantai paling bawah.
Zavier menatap tajam kearah Sena, dia mengenal wanita yang membuatnya terkejut dan langsung melepaskan bibir wanita di sebelahnya.
"Kalian mau masuk atau berdiri saja di sana." Ucap Zavier, Sena mengangkat kepalanya karena mengenal pemilik suara itu.
"Kamu." Ucap Sena pelan bersama
dengan Jesy yang menarik tangannya masuk kedalam, karena saking banyaknya teman sena, akhirnya Sena berdiri di sebelah Zavier.Sena sedikit risih karena bahunya bersentuhan dengan bahu Zavier, tapi karena ruangan itu terbatas dan juga penuh, dia hanya bisa pasrah.
"Kenapa kamu berteriak?" Bisik Zavier di telinga Sena,Sena sedikit menjauh dan tidak menjawabnya.
Zavier geram karena dicuekin oleh Sena, dia kembali bertanya tapi tangannya menyentuh tangan Arsena.
"Kenapa kamu diam saja?" Sena terkejut ketika tangannya disentuh Zavier, dia menatap tajam pria itu
"Jangan sembarangan menyentuh saya." Ucap Sena pelan.
"Kenapa tidak boleh?" Tanya Zavier angkuh, Sena menutup hidungnya karena bau Alkohol yang keluar dari mulut Zavier.
Sena menggelengkan kepala, dia tidak mau lagi berbicara dengan Zavier. Di dalam pikirannya saat ini pasti Zavier sedang mabuk dan wanita di sebelah Zavier sepertinya juga di bawah pengaruh alkohol.
"Kenapa lama sekali sayang, mana panas dan rame juga." Rengek wanita di sebelah Zavier menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.
Zavier tidak memperdulikan perkataan wanita di sebelahnya, dia malah fokus menatap wajah Sena yang terlihat risih dengan mereka berdua.
Ting..
Pintu lift kembali terbuka, Sena telah sampai di lantai kamarnya. Jesy melangkah lebih dulu dan Sena menyusul di belakang, tapi Sena terkejut karena pergelangan tangannya di cekal oleh Zavier.
Sena membalikkan badan dan menghempaskan tangan Nathan.
"Jangan sentuh saya dengan tangan menjijikan anda itu, berapa kali saya katakan. Jangan sembarangan menyentuh saya Signore." Ucap Sena marah menaikkan nada suaranya.
"Sena, ada apa." Panggil Jesy terkejut dan juga melihat kearah Zavier.
"Saya tidak suka diabaikan, apalagi kalau saya sedang bertanya." Sahut Zavier tersenyum licik kearah Sena.
"Saya tidak mengenal anda, jadi saya tidak harus mempedulikan Anda Signore." Balas Sena menatap tajam kepadanya dan segera pergi meninggalkan Zavier, Zavier mengepalkan kedua tangannya setelah mendengar perkataan Sena.
"Kamu akan segera mengenal aku Signora."Ucap Zavier didalam hati menahan kemarahan didirinya sembari menatap punggung Sena yang sebentar lagi menghilang karena pintu lift tertutup.
bersambung.....
bantu vote guys :)))
![](https://img.wattpad.com/cover/369143815-288-k806341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...