Arsena kembali keluar dari kamar membawa mukena, dia akan segera berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat tarawih.
"Sen." Panggil Alif yang masih duduk di beranda, Arsena menghentikan langkahnya.
Abdullah telah masuk kedalam rumah, mengganti pakaian dan berencana akan ke masjid bersama Alif.
"Ada apa lagi sih kak?" Tanya Arsena kesal.
"Abi sudah setuju menerima lamaran kakak, jadi kamu tolong jangan dekat-dekat lagi dengan pria itu."
"Kak...yang menjawab setuju abi bukan saya."
"Arsena seharusnya kamu itu menuruti perkataan orang tua kamu." Bentak Alif meninggikan suaranya.
Abi yang akan keluar segera di tahan oleh Umi, Umi dan Abi terkejut mendengar bentakan Alif.
"Kita dengarkan dulu pembicaraan mereka." Ucap Siti menahan Abdullah.
"Arsena tidak pernah melawan perintah abi selama ini kak, Arsena selalu menuruti semua perkataan abi. Bahkan menerima lamaran kakak saja Abi tidak bertanya kepada Arsena, tapi langsung menyetujui Arsena juga tidak memarahi Abi. Tapi yang menjalaninya Arsena, bukan Abi. Kak keluarga seperti apa yang kakak inginkan? Sedangkan pasangan kakak memiliki hati kepada pria lain. Pernah kakak memikirkan itu? Atau kakak hanya mengikuti ego kakak? Arsena marah kepada kakak, karena kakak telah berbohong kak. Kakak bilang kita dekat dan saling mengenal, itu bohong. Kita tidak dekat, kakak Arsena anggap sebagai senior Arsena di kampus dan berasal dari negara yang sama. Apa yang kakak ketahui tentang Arsena, tidak ada kak. Kakak selama ini hanya memaksakan keinginan kakak, kakak bertindak sesuka hati kakak."
"Jaga bicara kamu Arsena, kakak calon suami kamu. Tidak seharusnya kamu berkata kasar seperti itu, apalagi membahas pria lain." Alif kembali berkata kasar kepada Arsena, Arsena tersenyum lirih memalingkan wajahnya.
"Ini sudah kedua kalinya kakak membentak Arsena, Arsena mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Arsena tidak memiliki hati kepada kakak, oke kalau Arsena Egois dan tidak belajar untuk menerima kakak. Semua itu juga karena kakak, belum apa-apa sudah berani mengatur bahkan sampai membentak. Arsena semakin yakin tidak menerima kakak dan yakin menolak lamaran kakak."
"Tapi Abi telah menerimanya, jadi kamu tidak bisa lagi mengelak. Kamu akan menjadi milik aku Arsena." Ucap Alif tertawa, Arsena semakin muak melihatnya.
"Silahkan kakak bermimpi, tapi nanti ketika kakak bangun cepatlah sadar kalau itu hanya khayalan semata." Balas Arsena juga tertawa menatap sinis Alif.
"Arsena." Tegur Abi keluar dari rumah, Arsena menghela nafasnya menatap Abdullah.
"Abi pasti telah mendengar semuanya, itu jawaban Arsena. Arsena tidak menerima lamaran kak Alif, tapi sebagai anak yang baik Arumi menyerahkan semuanya kepada abi." Ucap Arsena segera berjalan keluar, kebetulan Amelia telah menunggunya dan semua pembicaraan Arsena dan Alif bukan hanya didengar oleh Abi dan Umi, tapi juga didengar semua keluarga.
"Sabar ya Cen." Ucap Amelia menenangkan saudaranya itu.
"Kalau aku boleh meminta Mel, aku ingin Zavier kembali membawaku ke Roma. Aku lelah dengan perjodohan ini, aku tidak menyukai kak Alif Mel." Sahut Arsena lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Iya aku paham, kamu tenang ya. Tapi kalau kamu sudah tidak bisa lagi menahannya, aku akan segera menghubungi Aro supaya menjemput kamu. Bukankah semuanya mudah oleh mereka, tidak sesulit kita." Balas Amelia, Arsena menganggukkan kepala setuju.
.............
Zavier dan Aro telah sampai di mansion, Zavier segera menemui omnya Haris untuk memeriksa lukanya. Setelah selesai Zavier segera masuk kedalam kamar dan melihat Aro berbaring santai di sofa asyik dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
أدب المراهقين"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...