"Arsena." Panggil Abdullah dari beranda rumah, Arsena yang sudah selesai mandi sore ini segera keluar menyahuti panggilan Abinya.
"Iya bi.." Langkah Arsena langsung berhenti sesampai di pintu, terlihat keluarga Alif turun dari mobil.
"Ada apa bi?"
"itu ada ayah sama ibu Alif, di sambut dong nak." Jawab Abdullah tersenyum kepada tamu mereka.
"Aduh pak abdullah, maaf ya kami datang tanpa memberitahu dahulu." Ucap Ayah Alif mengulurkan tangannya, Abi Arsena langsung menyambut dan mempersilahkan tamunya duduk di kursi.
Umi Arsena juga bergegas keluar rumah untuk menyambut tamu mereka, Alif tersenyum bahagia melihat Arsena.
"Nak Arsena semakin cantik, Ibu jadi terpana." Ucap Ibu Alif, Arsena tersenyum menyalami ibu Alif.
"Terima kasih bu."
"Maaf ya Umi, kami mengganggu istirahat sorenya." Ucap Ibu Alif berbasa-basi.
"Tidak Ibu Alif, kami juga sudah bersantai sore." Sahut Umi Arsena ramah.
"Berhubung sudah mau buka, bagaimana kalau buka disini saja Pak."
"Tidak merepotkan ini." Sahut Ayah Alif.
"Ya tidak lah, Yuk Cen kita siapkan menu berbukanya." Ajak Umi Arsena membawa anaknya masuk kedalam.
Sesampai di dalam rumah Arsena tidak mengajak ibunya berbicara, yang ada dia malah memanyunkan wajahnya.
"Cen, kenapa wajah kamu terlihat sangat kesal. Tidak baik nak." Tegur Uminya.
"Ada acara apa sih mi?" Tanya Arsena, Siti menggelengkan kepala tidak mengetahui.
Azan magrib berkumandang, keluarga Alif segera masuk kedalam rumah dan duduk di meja makan bersama keluarga Arsena. Setelahmenyantap menu berbuka para pria sholat di masjid dan para wanita di rumah. Setelah selesai sholat dan makan malam, sebelum pergi tarawih ke masjid orang tua Alif mengutarakan maksud mereka datang hari ini.
"Pak Abdullah sebenarnya kami punya maksud tertentu datang hari ini." Ucap Ayah Alif.
"Katakan sajalah pak haji." Sahut Abi Arsena, Abi Arsena mengubah panggilan karena dia baru mengetahui kalau Ayah Alif sudah melaksanakan rukun islam yang ke 5, mengerjakan ibadah haji.
"Jadi kami datang untuk memenuhi permintaan Alif, Alif ingin segera melamar Arsena sebagai calon istrinya. Kalau inginnya saya mereka langsung menikah saja, karena berhubung mereka juga sama-sama berada disana. Biar Arsena dilindungi oleh Alif dan Alif juga ada yang mengurusnya." Ucap Ayah Alif tertawa kecil, Alif dan ibunya juga ikut tersenyum.
Arsena meremas ujung bajunya, dia tidak suka dengan maksud kedatangan Alif dan kedua orang tuanya.
Abdullah menatap Arsena, Uminya juga. Abdullah heran dengan reaksinya anaknya, Arsena bukannya bahagia malah memanyunkan wajahnya.
"Saya menyambut hangat tujuan pak haji, tapi tetap saja keputusan ada di tangan Arsena. Saya menyerahkan semuanya kepada anaknya saya, saya takut salah mengambil keputusan."
"Oh itu benar pak Abdullah, kita tidak memutuskan sepihak. Harus sesuai dengan keputusan anak-anak kita, tapi kalau menurut perkataan Alif kepada saya mereka selama ini telah dekat dan saling mengenal. Makanya Alif berani untuk melamar nak Arsena, saya berharap jawabannya nanti tidak mengecewakan kami." Sahut Ayah Alif, Arsena semakin kesal mendengarnya.
Alif mengarang cerita kalau mereka dekat dan saling mengenal, padahal beberapa waktu dekat ini mereka sudah seperti anjing dan kucing. Selalu berdebat dan Arsena menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Fiksi Remaja"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...