"Zavier." Ucap Arsena pelan ketika jari-jari Zavier mulai nakal menelusuri tubuhnya.
"Kenapa sayang? Kamu belum siap?" Tanya Zavier, Arsena pun terdiam.
"Katakan Arsena, apa kamu belum siap?" Tanya Zavier lagi, Arsena akhirnya menganggukkan kepala pelan.
"Aku siap Vier, tapi geli." Jawab Arsena, Zavier tertawa kecil mendengarnya.
Pria itu segera melepaskan baju yang di pakai dan membuang ke lantai, Arsena terenyuh melihat bekas luka didada Zavier. Arsena menyentuh luka itu dan bertanya kepada suaminya.
"Masih sakit?"
Zavier menggelengkan kepala dan memegang tangan Arsena yang menyentuh dadanya, Zavier mencium tangan itu.
"Tidak sayang, sudah sembuh." Jawab Zavier.
"Jangan terluka lagi Vier, aku sedih."
"Iya sayang, tapi jangan sedih sekarang dong. Kan kita seharusnya malam ini bahagia." Ucap Zavier, Arsena tertawa mendengarnya.
"Bahagia?"
"Iya, aku akan membuat kamu bahagia dan merasakan yang tidak pernah kamu rasakan sebelumnya. Aku buka ya bajunya, boleh?" Jawab Zavier dan menunggu persetujuan dari Arsena.
"Boleh." Balas Arsena, Zavier tersenyum segera menaikkan pakaian Arsena dan meloloskan lewat kepala istrinya.
Sekarang tinggal dalaman yang menutupi dada dan bagian inti bawah tubuh Arsena, Zavier semakin tidak tahan ingin segera melahapnya.
"Apa kamu dari kecil tidak pernah digigit nyamuk sayang?" Tanya Zavier memeriksa tubuh Arsena sampai ke punggung.
"Memangnya kenapa sayang?"
"Karena tidak ada bekas luka sedikitpun." Jawab Zavier memegang pinggul Arsena.
"Kan ada creamnya, setiap terluka langsung di obati pakai cream itu makanya tidak berbekas "
"Oh..pantesan, beda sama aku banyak bekas lukanya."
"Iya, ini juga bekas tembakan ya?" Ucap Arsena menyentuh bekas luka di bahu Zavier, Zavier menganggukkan kepala.
Zavier mendekatkan wajahnya di leher Arsena dan mengecup singkat disana, setelah itu turun ke kedua bahu Arsena dan berakhir di tengah dada istrinya sehingga membuat tubuh Arsena kembali merinding. Cengkraman Arsena di lengan Zavier memberi tanda kalau wanita itu mulai merasakan gejolak di tubuhnya, Zavier tersenyum dan langsung mengerti.
Zavier mengakat Arsena dan membaringkannya di atas tempat tidur, ketika Zavier akan membuka sarung yang dipakai Arsena reflek memejamkan matanya.
"Masih pakai celana dalam sayang, kenapa kamu reaksinya seperti itu?" Tanya Zavier tertawa, Arsena memanyunkan wajah perlahan membuka matanya.
"Aaa aku kan belum pernah seperti ini sayang, jadi tubuhku masih shock." Rengek Arsena malu, Zavier semakin tertawa dan menaiki tubuh Arsena.
"Kamu lucu sayang, jadi begini ya rasanya kalau menjadi yang pertama ini." Ucap Zavier, Arsena yang malu karena ditertawakan Zavier memukul lengan suaminya itu.
"Jangan di ketawain sayang."
"Iya maaf, habisnya kamu menggemaskan." Sahut Zavier, Zavier kembali membelai wajah Arsena.
"Kepalanya nyaman tidak? Mau ditambah bantal lagi?" Tanya Zavier memastikan keadaan Arsena sebelum memulai yang sebenarnya.
"Aman."
"Syukurlah, sekali lagi aku bertanya sama kamu. Apa kamu sudah siap sayang?" Tanya Zavier, Arsena menganggukkan kepalanya.
"Nanti kalau kamu tidak kuat, bilang ya sama aku dan minta berhenti. Aku tidak mau menyakitimu, aku ingin pengalaman pertama ini berkesan tanpa ada paksaan." Ucap Zavier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Ficção Adolescente"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...