Setelah Janet sadar, Toni segera membawa istrinya dan anaknya Julia pulang. Mereka sangat malu kepada keluarga Robert, mereka bahkan masih tidak percaya kalau Julia dalam keadaan hamil. Mereka akan menyelesaikan permasalahan Julia dirumah, karena Robert dan keluarganya tidak ada hubungan dengan masalah mereka.
Robert menatap tajam Amelia dan juga Aro, Amelia semakin mempererat genggaman tangan Arsena. Amelia merasa takut dengan tatapan Robert yang seakan ingin memakannya saat ini.
"Aro." Panggil Robert.
"Hmm." Sahut Pero santai.
"Sudah 6 tahun lamanya kamu bersikap tidak sopan kepada papa, apa alasan kamu berbuat seperti ini?" Tanya Robert, Aro menghela nafas kasar sebelum menjawabnya.
"Aku tidak suka saja dengan kehendak papa, aku ingin hidup dengan pilihanku sendiri." Jawab Aro.
"Menjadi mafia itu yang kamu katakan pilihan hidup, pilihan hidup seperti apa itu nak. Kalian bertaruh dengan nyawa, apa kalian tidak terpikir sampai kesitu." Ucap Robert marah menaikkan nada suaranya.
"Buktinya kami masih hidup sampai saat ini ." Sahur Aro, Zavier bersama Arsena dan Amelia memilih untuk diam mendengarkan Aro dan Robert berbicara.
"Karena belum saja, belum tentu besok atau nanti-nanti." Balas Robert, Aro tertawa kecil menggelengkan kepala.
"Saya nyaman dengan pekerjaan ini."
"Bohong, mana mungkin kamu nyaman kalau setiap hari dalam kondisi waspada. Kamu benar-benar anak yang tidak patuh kepada orang tua, dari awal dulu sudah papa ingatkan jangan berteman dengan Zavier. Tapi kamu malah memilih dia dan meninggalkan kami."
"Pa, Aro tidak pernah meninggalkan keluarga ini. Kalian berdua dalam pengawasan Aro setiap hari, apa papa yakin bisnis papa itu juga aman. Tidak pa, musuh papa juga banyak dan mereka juga tidak segan-segan menyakiti papa. Sebenarnya pekerjaan kita tidak jauh berbeda, bertaruh nyawa setiap harinya."
"Papa putus asa menghadapi kamu." Ucap Robert pasrah.
Arsena menatap Zavier suaminya, dia merasa Zavier sedikit tersinggung dengan perkataan papa Aro. Zavier tersenyum kepada Arsena seakan mengatakan kalau semua tidak masalah baginya.
"Akhiri hubungan kalian." Ucap Robert lagi, semua orang yang berada didalam ruangan terkejut dan langsung menoleh kepada Robert.
Amelia menatap sendu Robert dan Aro secara bergantian, dia berusaha keras menahan air matanya.
"Tidak." Jawab Aro tegas.
"Kenapa? Tidak ada alasan bagi kalian untuk bersatu, keyakinan kalian berbeda. Daripada berlarut-larut, lebih baik akhiri secepatnya."
"Tidak, saya akan pindah keyakinan." Ucap Aro, Robert murka mendengarnya.
Robert langsung berdiri dan menampar Aro, Aro tetap duduk ditempatnya. Amelia dan Arsena shock melihat itu semua, air mata yang berusaha ditahan Amelia akhirnya jatuh juga.
"Katakan sekali lagi." Teriak Robert.
"Saya akan pindah keyakinan." Jawab Aro, Robert kembali menampar pipi satunya lagi.
Aro tidak melawan, selama ini walau pendapat mereka selalu berbeda tapi Aro tidak akan pernah membalas serangan dari papanya. Dia memilih untuk pasrah dan menahan kesakitannya.
"Tidak boleh, papa tidak mengizinkan."
"Saya sudah dewasa dan berhak menentukan pilihan."
"Brengxxx, apa untungnya kamu pindah keyakinan. Ingat apa keyakinan kamu bawa dari bayi, jangan menjadi penghianat." Teriak Robert dengan wajah memerah menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Ficção Adolescente"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...