bab 26

3.4K 229 11
                                    

Arsena segera menghapus air matanya sebelum masuk kembali ke ruangan Zavier, dia berusaha bersikap tenang dan membentuk sebuah senyuman di wajahnya.

Arsena berjalan mendekati Zavier, Zavier juga menatapnya tapi tatapan Zavier terlihat berbeda.

"Arsena." Panggilnya pelan, Arsena menganggukkan kepala mendekati ranjang Zavier.

Ketika Zavier akan membuka mulutnya lagi untuk bertanya, dokter masuk dengan beberapa orang perawat setelah diberitahukan oleh Aro, sehingga pertanyaan itu tertahan di mulutnya.

"Dokter akan memeriksa pasien, jadi tolong keluar dulu." Ucap perawat meminta Arsena keluar.

"Baik." Jawab Arsena membalikkan badan keluar, Zavier tidak melepaskan pandanganya dari Arsena

Arsena bernafas lega melihat alat yang terpasang di tubuh Zavier satu persatu di lepaskan, Arsena melihat Nathan dibalik jendela ruangan.

"Tuan Zavier selamat anda telah berhasil melewati masa kritis, sekarang anda akan saya pindahkan ke ruangan perawatan." Ucap Dokter setelah memeriksanya.

"Terima kasih dok." Sahut Zavier menganggukkan kepala.

Aro membantu Zavier pindah ke kursi roda, dia sendiri yang akan mendorong Zavier menuju kamar perawatan. Nathan bukan pria yang lemah, walah dadanya tertembak tapi ketika dia telah sadar maka dia tidak akan terus berbaring. Buktinya belum sampai satu jam membuka mata, dia tidak mau lagi berbaring dan memilih untuk duduk di atas ranjangnya. Beruntungnya yang tertembak bagian dada, jadi tidak menghambat dirinya untuk bergerak. Tapi tetap saja, terlalu banyak gerak dadanya masih terasa nyeri.

"Dimana Arsena?" Tanya Zavier kepada Aro.

"Di luar."

"Sama siapa? Jangan biarkan dia seorang diri, nanti dia diculik."

"Tidak, banyak anggota berjaga di luar sana. Arsena juga bersama Demian."

"Minta dia masuk." Perintah Zavier, Aro menganggukkan kepala setuju dan segera keluar ruangan.

Arsena tertawa kecil masuk kedalam kamar sedangkan Zavier menatap sinis kepadanya.

"Ngapain di luar?"

"Cemberutnya, aku tidak mau saja mengganggu mereka memindahkan kamu." Jawab Arsena menggoda Zavier.

"Seharusnya kamu di sini dekat aku, bukan didekat Demian. Aku yang membutuhkanmu, bukan dia."

"Iya...aku paham Zavier Rony Atala. Maaf ya." Bujuk Arsena, Zavier mengulurkan tangannya.

Arsena dengan sedikit ragu menyambut tangan Zavier dan mendekatinya.

"Duduk disini saja." Ucap Zavier membawa Arsena duduk di ranjangnya.

"Jangan, aku di kursi saja." Sahut Arsena menarik kursi dan duduk disebelah ranjang Zavier.

"Kan aku sudah duduk disini, tangan aku dilepas dong."

"Tidak mau, aku mau tetap menggenggamnya." Balas Zavier menggelengkan kepala, Arsena tersenyum pasrah membiarkannya.

Zavier menatap kedua mata Arsena, walau kekasihnya itu berusaha terlihat bahagia tapi matanya tidak berbohong. Mata Arsena menyiratkan kesedihan dan kegelisahan.

"Arsena." Panggil Zavier, Arsena menganggukkan kepalanya.

"Iya."

"Aku merasakan kegelisahan kamu, jadi aku ingin kamu untuk membaginya kepadaku."

"Tidak, aku baik-baik saja." Bantah Arsena.

"Jangan berbohong sayang, aku bisa merasakannya."

"Besok-besok aku menceritakannya, sekarang kamu baru siuman. Aku tidak mau kamu drop lagi, kesembuhan kamu yang terutama saat ini." Ucap Arsena, Zavier menggelengkan kepalanya.

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang