Sore ini setelah pulang dari kampus, Arsena berencana untuk berbelanja di Swalayan dekat Flat. Wanita itu ingin membeli beberapa kebutuhan untuk menyambut bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari. Walau dia sedih karena menjalaninya hanya berdua saja dengan Amelia, tapi demi pendidikan dia harus kuat berpisah dengan kedua orang tua.Arsena sangat merindukan masa-masa Ramadhan di kampung halamannya, pergi tarawih bersama Abi dan Umi. Bertemu dengan teman-teman dan tadarusan setelah sholat tarawih. Tahun ini merupakan tahun kedua Arsena di negara ini, dia mengerjakan semua ibadahnya hanya didalam kamar dan sesekali di kampus.
Sebelum keluar dari Flat, Arsena lebih dulu membereskan kamarnya. Ketika akan mengambil buku catatan, Arsena kembali teringat dengan kejadian di kampus siang tadi. Arsena merasa sedikit aneh dengan sikap Alif, pria itu selalu menatapnya selama memberikan pengajian.
Beberapa jam sebelumnya.
"Arsena." Sapa Alif, mereka bertemu di depan ruangan yang dipakai untuk pertemuan mahasiswa sesama muslim siang ini.
Acara berlangsung setelah sholat zuhur, hingga sholat ashar.
"Kak." Balas Arsena.
"Terima kasih kamu telah hadir di pengajian saya." Ucap Alif, Arsena tersenyum menganggukkan kepala.
Sebenarnya Arsena heran dengan perkataan Alif, kenapa harus berterima kasih segala, padahal Arsena selalu mengikutinya walaupun bukan Alif yang menjadi penyaji materi di pertemuan. Tapi dia tetap tersenyum untuk menghargai pria di depannya itu.
"Saya masuk dulu ya kak."
"Ehhm... Arsena tunggu dulu." Ucap Alif manahan langkahnya.
"Iya kak, ada apa?"
"Nanti selama Ramadhan kamu tarawih di sini ya, kebetulan kakak yang menjadi imamnya ." Jawab Alif.
"Oh.. selamat ya kak, kakak terpilih. Tapi saya tidak janji setiap malam ya kak, mungkin hanya beberapa kali saya usahakan." Ucap Arsena , walau kecewa dengan jawaban Arsena tapi Alif tetap tersenyum menganggukkan kepalanya.
"Saya masuk ya." Ucap Arsena lagi segera masuk kedalam ruangan, Alif Pun menyusul di belakang.
Selama pengajian berlangsung, mata Alif tidak lepas menatap Arsena. Arsena menjadi sedikit risih, baginya itu adalah sebuah kesalahan dan menimbulkan dosa. Karena itu, selama pengajian Arsena lebih memilih menundukkan pandangannya.
Setelah pengajian Alif selesai, Arsena bergegas keluar, selain untuk menghindari Alif dia juga harus cepat sampai di Flat.
Kamar telah rapi dan bersih, Arsena pun juga telah selesai berpakaian rapi. Wanita itu segera meraih tas dan berjalan keluar, sebelum pergi dia lebih dulu mengunci pintunya.
Langkah Arsena berhenti di depan pintu rumah, dia tertegun melihat seseorang yang sudah dikenal beberapa hari ini, tersenyum manis menatapnya.
"Zavier."
"Selamat sore Signora, apa kabar?" Sapa Zavier ramah, bahkan terkesan sengaja dibuat sangat manis.
"Baik, kamu mau apa? Kenapa kamu bisa berada disini?" Tanya Arsena, tapi setelah melihat mobil di belakang Zavier, Arsena pun menganggukkan kepala mengerti.
"Jadi kamu yang semalam di dalam mobil ini? Tujuan kamu apa Zavier?" Tanya Arsena berjalan mendekatinya, Zavier tersenyum kecil menatap wanita itu berjalan ke arahnya.
"Sebenarnya bukan aku, karena aku semalam di Sisilia. Tapi yang berada di sini adalah anggotaku, Demian."
"Mau apa lagi Zavier, apa tujuan kamu?" Tanya Arsena memaksa pria itu, Zavier kembali tersenyum licik menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...