bab 10

4K 254 7
                                    


"Stop, cukup sampai disitu saja." Cegah Arsema ketika Zavier sampai didepan Flat dan akan masuk kedalam kamar Arsena.

"Oke, baiklah." Sahut Zavier melihat kedalam.

Pria itu tersenyum kecil, ternyata kamar Arsena sangat bersih, rapi dan juga wangi. Walau luas kamar Arsena sangat jauh berbeda dari kamarnya, Luas kamar Zavier dua kali lipat dari kamar Arsena.

"Mau diletakkan dimana tuan?" Tanya Demian dengan nafas naik turun karena ikut membantu pelayan toko.

"Didalam lah, masa diluar. Milik umum dong jadinya." Jawab Zavier santai, Demian hanya bisa menghela nafas mendengarnya.

"Cie...Sena. Beli kulkas baru ya, besar sekali. Kamu yakin sanggup membayar biaya listriknya tiap bulan, sekarang tagihan kamu berbedalah dari kita-kita. Iya kan Mia?" Ucap Maya mengejek Arsena, mereka berdua tertawa.

"Bukan urusan kalian, bahkan saya bisa membeli Flat ini dan mengusir kalian." Sela Zavier, tawa di wajah Maya dan Mia perlahan menghilang.

"Kasar banget sih, kan kita cuma bercanda." Sahut Maya, Zavier menatap tajam ke arahnya.

"Kamu pikir saya pelawak, mengajak saya bercanda. Lihat dulu dengan siapa kamu berbicara, jangan sembarangan berbicara seperti itu." Balas Zavier, Arsena yang malas berurusan dengan Maya mencubit lengan Nathan.

"Kenapa di gubris, biarkan saja." Omel Arsena.

"Yuk Mia, percuma saja wajah tampan tapi mulutnya pedas." Umpat Maya kesal menarik tangan Mia pergi dari sana.

"Apa kata kamu?"

"Zavier sudah... masih saja dilawan." Omel Arsena lagi, Zavier dengan wajah memerah menatap tajam punggung Maya dan Mia.

Amel berusaha menahan diri untuk tidak tertawa, sikap Zavier sangat lucu di matanya. Sedangkan Demian dan Aro menggelengkan kepala kepala, mereka tidak menyangka kalau ternyata tuan mereka kalau sudah bucin, wibawanya langsung hilang.

"Tapi mereka menghina kamu."

"Biarkan saja, buat apa juga di lawan. Berarti kamu sama saja dengan mereka."

"Masa disamakan, ya bedalah."

"Makanya diam, jangan bicara terus. Aku semakin pusing." Balas Arsena meninggalkan Zavier dan masuk kedalam kamar, dia memberitahukan dimana posisi kulkas itu akan diletakkan.

Setelah Kulkas masuk kedalam kamar dan di nyalakan, semua pelayan toko meminta izin untuk segera kembali ke toko mereka. Nathan memberikan beberapa lembar Euro sebagai tips, terlihat kebahagian di wajah para pelayan itu.

"Kamu jangan kuatir, nanti biar aku yang bayar listriknya tiap bulan. Atau kalau kamu merasa tidak nyaman tinggal di kamar kecil ini dan juga bergaul dengan kedua wanita tadi, aku akan mencari Apartemen yang lebih luas dan nyaman."

"Jangan Vier, aku mohon jangan melakukan apa-apa lagi. Ini saja aku sudah shock, masalah listrik biar aku yang membayarnya." Bantah Arsena memegang kepalanya, dia tidak berbohong, kepalanya benar-benar pusing menghadapi Zavier yang sangat keras kepala.

"Demian kamu cari tahu siapa pemilik gedung ini, dan katakan kalau saya akan membelinya."

"Astaga Zavier, apalagi ini." Teriak Arsena kesal.

"Kan kamu tidak mau saya membayarnya, jadi lebih baik saya beli saja gedung ini dan kamu tidak perlu lagi memikirkan masalah tagihan listrik."

"Ya allah, kamu ini kenapa sih Zavier. Dari tadi kamu selalu saja ingin aku mengikuti kemauan kamu, bahkan kamu tidak mendengarkan pendapat aku."

"Karena kamu akan selalu menolak, aku tidak suka ditolak Arsena. Masa cuma membayar listrik perbulan saja aku tidak boleh, ya sudah lebih baik aku..."

"Oke..oke..aku akan memintanya tiap bulan ." Sela Arsena kesal, dia langsung memotong perkataan Zavier.

"Begitu dong, jangan selalu bilang tidak." Sahut Zavier tertawa sumringah.

"Vier terima kasih atas semua bantuanmu, aku bingung harus membalasnya dengan cara apa. Semua sangat mendadak dan diluar nalarku, tapi aku tetap bersyukur atas ini semua. Berhubung sudah gelap, lebih baik kamu dan teman-temanmu pulang ya. Insyaallah aku dan Amel akan baik-baik saja di sini." Ucap Arsena, Zavier memanyunkan bibirnya setelah mendengar perkataan Arsena.

"Kamu mengusir aku?" Tanya Zavier.

"Zavier, bukan mengusir tapi sudah malam. Memangnya kamu apa lagi, mau tinggal lebih lama? Ya jangan lah, kan kita tidak muhrim." Jawab Arsena menghela nafasnya, dia benar-benar pusing meladeni pria didepannya ini.

"Signora Arsena benar tuan, lebih baik kita pulang. Sebelum bertemu lagi dengan dua wanita tadi." Ucap Demian mengajak Zavier, Arsena heran dengan perkataan Demian, dia langsung melihat ke arah Amelia.

"Nanti aku ceritakan." Ucap Amelia pelan yang paham dengan tatapan dari Arsena.

"Ya sudah, kalau begitu aku pulang ya."

"Oke, kalian semua hati-hati." Balas Arsena, Zavier menganggukkan kepalanya.

Arsena mengantarkan Zavier sampai ke depan Flat, Nathan segera masuk kedalam mobilnya. Di saat akan melaju, Zavier dengan reflek melambaikan tangan, Arsena terkejut dan melotot horor kearahnya. Zavier tertawa lepas melihat reaksi lucu Arsena, dia benar-benar sangat terhibur sore ini.

Sesampai di dalam kamarnya, Arsena langsung disambut oleh gelak tawa ejekan dari Amel. Arsena pun tertawa kecil dan melempar sepupunya itu dengan hijab yang baru saja dia lepaskan.

"Kalian berpacaran?" Tanya Amel, Arsema menggelengkan kepalanya.

"Tidak Amel, kan kamu tahu sendiri kalau aku tidak mu berpacaran."

"Lalu ini semua?" Tunjuk Amel kearah kantong belanjaan dan juga kulkas didepan mereka.

"Entahlah, aku juga bingung. Awalnya dia tiba-tiba sudah muncul didepan Flat, kami masih terlibat cekcok. Tapi dia mengikutiku sampai ke swalayan dan setelah aku mengatakan kalau mau berbelanja bahan untuk selama bulan Ramadhan, dia berubah dan seperti inilah akhirnya. Dia membeli semuanya, bahkan aku juga bingung bagaimana cara menghabiskannya".

"Kalau menghabiskan semua ini kamu tidak perlu cemas, kan ada aku." Sahut Amel, Arsema tertawa sembari melempar Amel dengan Apel didepannya.

"Bantuin aku beres-beres ya, habis itu baru kita sholat dan masak untuk makan malam."

"Oke." Sahut Amel mengajungkan jempolnya.

————

Zavier tidak kembali ke markas, pria itu langsung menuju Apartemen untuk beristirahat. Wajah Zavier terlihat lebih bersinar, dia selalu tersenyum bahagia. Arsena memberikan warna tersendiri dalam hidupnya, walau mereka selalu cekcok tapi dia sangat mengagumi kesabaran Arsena menghadapi keras kepalanya.

"Kamu lucu juga ya Sen, semua tingkah lakumu membuatku terhibur." Ucap Zavier menatap dirinya di depan cermin, pria itu baru selesai mandi.

Zavier merasa berbeda dengan tubuhnya malam ini, dia merasa sedikit rileks dan ingin langsung membaringkan tubuh. Padahal malam-malam sebelumnya dia termasuk manusia yang susah memejamkan mata, makanya dia suka melelahkan diri dengan minum-minuman dan berakhir di ranjang dengan seorang wanita. Ketika tubuhnya merasa sangat lelah, barulah dia bisa tertidur dengan lelap. Tapi malam ini di tidak perlu melakukan itu lagi, karena tubuhnya sendiri meminta untuk segera berbaring dan tanpa menunggu lama matanya pun terpejam dengan cepat.

"Selamat malam Zavier, semoga mimpi indah."

Zavier tersenyum di dalam tidurnya, dia bermimpi mendengar suara merdu Arsena di telinganya.

Bersambung...






makasih ya udah baca cerita ku

love you all🤍🤍🤍

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang