bab 19

3.4K 240 15
                                    


Antara tega dan tidak tega, itulah yang dirasakan Arsena saat ini. Dia yakin Zavier kecewa dengan penolakan, tapi Arsena benar-benar belum siap untuk bertemu dengan Zavier.

Dengan berderai air mata Arsena mengunyah makanan di mulutnya, dia masih berusaha untuk sahur walau selera makannya menghilang.

"Astagfirullahaladzim, ya allah beri aku kekuatan untuk menjalani ini semua. Beri petunjukmu ya allah, apa dia ditakdirkan untukku atau tidak." Doa Arsena, wanita itu membaringkan tubuhnya di atas sajadah setelah selesai sholat subuh dan berdoa.

Bukan hanya Arsena yang pikirannya kacau saat ini, Zavier juga. Pria itu memutuskan untuk pulang ke Apartemennya, untuk menenangkan diri.

Sesampai di dalam Apartemen, Zavier meletakkan semua barang bawaan ke atas meja dan berbaring di sofa. Zavier menatap langit-langit apartemen, bayangan wajah sedih Arsena masih teringat jelas olehnya.

"Arsena, aku yakin kamu saat ini sangat kecewa setelah mengetahui siapa aku. Tapi entah kenapa hatiku memilih kamu, ini pertama kalinya hatiku bergetar kepada seorang wanita." Ucap Zavier lirih, perlahan mata Zavier terpejam dan terlelap disana.
   
     .................

Dret...

Ponsel Zavier berdering, pria itu terkejut dan langsung meraih ponselnya.

"Hmmm."

"Er, mas kembali ke Indonesia sekarang. Kamu jaga diri ya, tetap waspada."

"Iya mas, mas langsung berangkat dari Paris

"Iya, karena ada urusan mendadak."

"Oke baiklah, safe flight." Ucap Zavier.

"Thank you." Balas Genta mengakhiri panggilannya. Zavier segera membuka mata dan mendudukkan badannya, dia melihat kearah jam di layar ponsel.

Jam 3 sore hari, Zavier terpana karena tertidur sangat lama.

"Astaga, Arsena apa sudah pulang dari kampus ya." Ucap Zavier segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Arsena meregangkan tubuhnya, dia sangat lelah karena jadwal kuliahnya padat hari ini. Arsena segera keluar dari ruangan kelas, dia ingin segera sampai di Flat untuk istirahat sejenak.

Zavier tersenyum kecil melihat Arsena berjalan ke arahnya, pria itu segera keluar dari mobil.

Tapi tinggal beberapa langkah lagi, senyum di wajah Nathan memudar karena melihat Alif mengejar Arsena.

"Sen."

"Arsena." Panggil Alif berdiri di depan Arsena, Arsena terkejut karena dia tidak mendengar panggilan Alif.

"Kak Alif, ada apa?" Tanya Arsena.

"Kaka akan mengantarkan kamu pulang, kakak tidak suka kamu bertemu dengan dia." Jawab Alif, Arsena heran mendengarnya.

"Dia, dia siapa?" Tanya Arsena, Alif mengalihkan pandangan ke arah Zavier.

Arsena mengikuti arah pandangan Alif, jantung Arsena berdetak melihat Zavier yang tersenyum hambar kepadanya.

"Yuk jalan." Ajak Alif, Arsena mengikuti Alif dan berjalan di sebelahnya.

Zavier mengepalkan kedua tangan marah, dia segera masuk ke dalam mobil dan melaju pergi dari sana. Zavier berbelok ke arah yang berbeda, bukan ke arah Flat Arsena. Arsena menghela nafas lega menghentikan langkahnya dan melihat kepada Alif.

"Terima kasih kak, tapi kak Alif tidak perlu mengantarkan Arsena."

"Tapi Sen."

"Maaf kak, Sena ingin segera sampai di flat.Sena  sangat lelah." Sela Arsena meninggalkan Alif yang terpaku di tempatnya berdiri.

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang