"Alhamdulillah." Ucap Arsena melipat mukena setelah selesai mengerjakan sholat subuh dan mengaji.
Sebuah notifikasi pesan masuk kedalam ponselnya, Arsena segera meraih di atas meja dan membaca pesan itu.
"Assalamualaikum Arsena, ini kakak Alif. Maaf mengganggu pagi kamu, apakah kamu sudah selesai sholat subuh? Alhamdulillah kakak sudah. Arsena kakak cuma ingin mengingatkan kamu, bukan maksud kakak lancang. Arsena sebeharga apapun pria itu dalam hidup kamu, tidak akan bisa menyaingi orang tuamu terutama abi. Apakah kamu lupa perjuangan abi untuk kamu selama ini, berjuang agar kamu bisa hidup dengan layak. Lebih baik kamu berpikir kembali Arsena, masih ada kesempatan untuk mengubahnya. Rumah tangga kalian tidak akan pernah bahagia tanpa restu dari kedua orang tua, tidak cukup dengan saling mencintai saja. Maaf kalau pesan kakak terlalu lancang, kakak hanya mengingatkan kamu sebagai seorang anak. Waalaikumsalam Arsena."
Air mata Arsena menetes membaca pesan dari Alif, dia membenarkan semua perkataan Alif. Walau Arsena tahu tujuan Alif bukan hanya menyadarkannya saja tapi juga untuk kembali memikirkan lamarannya yang disetujui oleh Abi.
Arsena segera berdiri dan membuka pintu balkon. Arsena duduk di sofa dan merasakan dinginnya udara pagi ini.
Arsena kembali teringat dengan masa-masa terindahnya bersama Abi dan Umi, disaat rumah mereka penuh dengan canda dan tawa.
........
Abdullah juga duduk termenung di beranda rumah, walau dia mengatakan tidak lagi menganggap Arsena sebagai anak tapi di hatinya masih sangat menyayangi Arsena.
Pov Abdullah.
Setelah tamat kuliah dan menyandang gelar sarjana pendidikan agama, Abdullah melamar pekerjaan menjadi tenaga honorer di sebuah Madrasah Tsanawiyah Negeri yang tidak terlalu jauh dari rumah. Abdullah juga pemuda yang bekerja keras, selain mengajar setelah pulang sekolah Abdullah akan bekerja menjadi kuli bangunan. Membantu mamangnya yang merupakan kepala tukang dan Abdullah akan menerima gaji dari pekerjaan itu, karena Gaji sebagai tenaga honorer tidak akan mencukupi kebutuhannya.
Disaat Ali menikah dengan Halimah, Abdullah bertemu dengan Siti yang merupakan saudara sepupu Halimah. Abdullah jatuh hati dan berniat untuk menikahi Siti, Abdullah semakin bersemangat bekerja dan mengumpulkan semua hasil jerih payahnya.
Setahun berlalu, akhirnya Abdullah memberanikan diri untuk meminta Siti menikah dengannya. Siti setuju dan pernikahan mereka digelar sangat sederhana.
Abdullah mengajak Siti tinggal di rumah peninggalan orang tua, kebetulan Ali sang kakak telah membangun rumah kecil di sebelah rumah orang tua mereka.
Tiga bulan menjalani kehidupan rumah tangga, Siti pun hamil, begitu juga dengan Halimah yang juga hamil menyusul Siti. Abdullah tetap bekerja sebagai kuli bangunan, karena dia ingin anak dan istrinya hidup berkecukupan.
9 bulan berlalu, Siti melahirkan seorang anak perempuan dan mereka beri nama Arsena Salma Emilya. Sebulan sesudahnya Halimah juga melahirkan anak perempuan yang diberi nama Amelia Taqiyah Putery. Arsena dan Amelia tumbuh bersama dan tidak terpisahkan sampai sekarang.
Arsena dibesarkan dengan kasih sayang yang penuh, apapun akan dilakukan Abdullah untuk membahagiakan anaknya. Ketika Arsena menginginkan sesuatu, maka Abdullah pasti memenuhinya walaupun harus meminjam uang kepada teman atau disekolah. Dia tidak pernah membiarkan Arsena menangis, dia akan sangat marah kepada diri sendiri ketika satu tetes air mata jatuh dari mata anaknya.
Disaat Arsena berumur 5 tahun, Abdullah mengikuti tes PNS. Alhamdulillah Abdullah berhasil dan menerima SKnya sebagai seorang ASN. Abdullah ditempatkan di sekolah yang sama sewaktu dia masih menjadi tenaga honorer, tapi Abdullah tetap bekerja sebagai kuli bangunan karena gajinya tidak akan cukup untuk biaya sehari-hari. Dengan uang dari hasil kerja kerasnya itulah, Abdullah merenovasi rumah mereka dan membuatnya lebih besar, begitu juga dengan Ali kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...