Arsena Salma Emilya, wanita berparas manis dan ayu itu saat ini berusia 21 tahun. Sena melanjutkan pendidikan di sebuah Universitas di negara Italia. Sena berasal dari Indonesia, wanita yang selalu menutup kepalanya itu dengan hijab tidak sendirian di sana. Dia bersama saudara sepupunya Amelia yang juga sama-sama kuliah di Universitas yang sama.
Siang ini Sena dan Amel, sapaan untuk sepupunya mengunjungi salah satu toko buku yang berada di pusat kota, karena kebetulan weekend dan ada waktu senggang jadi mereka kesana.
Di pusat kota terdapat sebuah taman, taman yang ramai oleh muda mudi untuk bersantai dan menikmati berbagai macam makanan yang di jual di toko-toko kecil atau kontainer yang berada di sekelilingnya.
Setelah selesai membeli buku yang mereka cari, Sena dan Amel memutuskan untuk bersantai di taman itu, mereka duduk di salah satu kursi di sana.
"Beli apa ya? Semuanya terlihat enak." Ucap Sena melihat sekeliling, kebetulan perutnya sudah mulai terasa lapar.
"Burger saja yuk, terlihat menggiurkan." Balas Amel, Sena menganggukkan kepala setuju.
Sena segera berdiri dan memesan dua buah burger beef ukuran jumbo untuk dirinya dan juga Amel, dia juga membeli dua botol minuman mineral.
Sena kembali mendatangi Amel setelah membayarnya, untuk pesanan mereka akan diantarkan setelah selesai. Sena dan Amel sama-sama membuka Tablet, sembari menunggu mereka berdua ingin melanjutkan tugas yang belum selesai karena suasana disana juga sangat sejuk dan tenang.
Sena dan Amel saat ini fokus dengan pendidikan mereka, mereka ingin cepat selesai dan bekerja. Karena biaya di negara itu sangat mahal, jadi mereka tidak mau terus-terusan membebani orang tua di kampung.
Di lain tempat....
Zavier dan Aro di dalam perjalanan menuju Markas, mereka saat ini masih menunggu informasi dari Demian tentang keberadaan Malik, sang penghianat.
Handphone Aro berdering, pria itu langsung melihat nama di layar depan dan mengangkat panggilan itu
"Demian." Panggil Aro, Zavier mengalihkan pandangannya menatap Aro.
"Tuan, Malik saat ini berada di pusat kota."
"Apa? Di pusat kota?"
"Iya tuan"
Zavier langsung meraih handphone di telinga Aro dan berbicara dengan Demian.
"Jangan sampai kamu kehilangan dia lagi Demian, habisi sekarang." Perintah Zavier, Demian menganggukkan kepalanya.
"Baik tuan Zavier."
"Kirim lokasi kalian saat ini." Ucap Zavier
segera mengakhiri panggilan dari Demian.
"Kita ke pusat kota sekarang, kalau Demian
gagal lagi saya tidak akan memaafkannya." Perintah Zavier sembari memberikan handphone Aro, Aro segera memutar arah dan melaju dengan kecepatan maksimal menuju pusat kota.Malik pria berusia 35 tahun yang berani mempermainkan Zavier, saat ini terlihat sedang duduk seorang diri di taman. Sebenarnya pria itu akan bertemu dengan seseorang yang juga merupakan salah satu pemimpin Mafia, tujuannya untuk meminta perlindungan. Tanpa Malik sadari kalau Demain sedang memperhatikan gerak geriknya, Demian telah mengintai Malik beberapa hari ini.
Demian duduk didalam mobil, beberapa anggota memencar di sekitar Malik. Malik terlihat gelisah, matanya selalu melihat ke semua arah dengan kaki yang selalu bergerak. Karena dia yakin Zavier tidak akan tinggal diam dan nyawanya saat ini sedang terancam.
Malik terkejut ketika sudut matanya menangkap seseorang yang dia kenal, pria itu salah satu anggota Zavier. Malik segera berlari untuk menyelamatkan diri tapi pergerakannya di ketahui oleh semua anggota Zavier. Kejar-kejaran dan suara tembakan terdengar di taman, semua orang berhamburan untuk menyelamatkan diri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...