bab 11

3.7K 206 0
                                    


Seminggu berlalu, bulan Ramadhan telah tiba dan Arsena melaksanakan kewajibannya. Berpuasa di siang hari dan berbuka di malam hari. Di Roma mereka berpuasa selama 15 jam, lebih lama 2 jam dari Indonesia, sedangkan di Indonesia akan berpuasa selama 13 jam.

Arsena memasak opor ayam dan juga goreng tempe beserta sambal cobek kesukaannya sore ini untuk makan malam mereka setelah berbuka puasa nanti, sedangkan untuk menu takjil cukup dengan kurma dan segelas sirup dingin.

"Akhirnya selesai juga." Ucap Arsena tersenyum puas, untuk memasak semua ini dia melakukan di dapur bersama karena di kamar tidak ada fasilitas dapurnya.

"Wangi sekali Sen." Ucap Maya memuji masakan Arsena, Arsena terkejut dan membalikkan badannya.

"Terima kasih May, kamu mau? Silahkan di cicipi."

"Tidak usah, bukannya ini semua untuk kamu berbuka. Oh..iya Sen, kenapa Signore tajir kamu itu tidak pernah kelihatan lagi?" Tanya Maya, Arsena menggelengkan kepalanya.

"Mungkin dia sedang sibuk, lagian saya tidak memiliki hubungan apa-apa dengan dia. Jadi dia tidak seharusnya selalu kesini, kami hanya kebetulan berasal dari negara yang sama." Jawab Arsena, dia juga sekalian menjelaskan kepada Maya biar wanita itu tidak terus menggodanya.

"Kamu yakin dia sibuk bekerja? Atau..." Maya menjeda perkataannya dan tersenyum kecil.

"Atau apa Maya, jangan buat saya penasaran." Ucap Arsena bertanya.

"Jadi begini ya Arsena, kamu itu jangan terlalu baik sama orang lain. Saya bukan iri sama kamu karena kenal dengan Signore kaya itu, tapi saya malah curiga. Jangan-jangan dia seorang Mafia, karena kamu tahu sendirikan kalau banyak Mafia di negara ini. Apalagi melihat dari tampilan dia dan juga teman-temannya, mereka memiliki tubuh yang tegap dan juga bagus. Kalau pengusaha biasa pasti tidak akan seperti itu, lagian memakai pakaian serba hitam saja sudah membuat aku yakin siapa mereka." Jawab Maya Menjelaskan, Arsena sedikit terpana mendengarnya

"Mafia..?" Tanya Arsena, Maya menganggukkan kepalanya.

"Saya harap kamu lebih waspada ya, ini hanya pendapat saya. Tapi entah kenapa saya sangat yakin, saya hanya ingin mengingatkan kamu. Saya ke kamar dulu, selamat berbuka puasa Arsena." Jawab Maya pergi, Arsena menganggukkan kepalanya tapi dia mulai terlihat gelisah.

Ingin rasanya Arsena mengabaikan perkataan Maya, tapi sekuat hati ingin melupakan perkataan Maya malah selalu terngiang-ngiang di telinga.

Waktu berbuka pun tiba, Arsena dan Amelia berbuka di kamar Arsena. Amelia menatap heran sepupunya itu, Arsena lebih banyak melamun dan kalau diajak bicara akan sangat lama responnya.

"Cen." Panggilan ketiga dari Amelia, Arsena terkejut dan melihat ke arah Amelia.

"Iya Mel, Ada apa?"

"Kamu yang ada apa Arsena? Dari tadi kamu melamun saja, apa yang kamu pikirkan? Kamu rindu Abi dan Umi?" Tanya Amelia sembari mengunyah kurma.

"Kalau rindu abi dan umi sudah pasti itu, tapi bukan mereka yang aku pikirkan saat ini."

"Lalu apa Arsema, Alif?" Tanya Amelia tertawa lepas, Arsena yang kesal memukul paha sepupunya.

"Untuk apa aku memikirkannya, kamu ini." Jawab Arsena menatap sinis Amelia.

"Iya habisnya dia nanyain kamu terus, Arsena dimana Mel? Kenapa tidak ikut sholat di sini? Kapan-kapan ajak Arsena shalat tarawih di sini ya? Pusing aku menjawabnya, memangnya aku pengawal kamu Sen. 24 jam selalu bersama kamu, Alif sepertinya sangat menyukai kamu ya Sem." Ucap Amelia panjang lebar, Arsena tertawa kecil mendengarnya.

"Kamu cukup jawab seadanya saja Mel."

"Atau kita malam ini tarawih di kampus yuk, sekalian cuci mata. Jenuh juga kan setiap malam tarawih berdua saja, disana pasti sangat ramai. Mau ya Sen?" Ucap Amelia mengajak Arsena, Arsena terlihat berpikir dan setelah itu menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah, berarti habis sholat kita langsung ke kampus ya. Makannya nanti saja pulang dari sana." Amelia terlihat sangat antusias, Arsena tersenyum melihatnya.

—————

Di Markas milik Zavier.

Genta membersihkan luka tembak di bahu dan di lengan Zavier, kakak nya itu cukup. cekatan untuk mengobatinya.

Genta adalah kakak sepupunya, anak dari Gunner yang juga merupakan saudara sepupu dari papinya Nicola. Genta dan Zavier sama-sama mengikuti jejak opa buyut mereka Baraja Atala, menjadi seorang Mafia. Genta melanjutkan organisasi keluarga Atala di Indonesia bersama dengan papinya Gunner.

"Lukanya cukup dalam, kenapa kamu bisa seceroboh ini Zav." Ucap Genta, Zavier tertawa kecil mendengarnya.

"Entahlah mas, pikiranku kacau. Tapi untung saja aku cepat menyadarinya, padahal mereka mengincar dada dan kepalaku."

"Para bajak laut brengxx, kalau kita terlambat pasti semua barang-barang kita sudah lenyap dari sana." Umpat Genta kesal, Zavier menganggukkan kepalanya setuju.

  Flashback.

Pagi ini Zavier bangun dengan tubuh yang segar, tidurnya sangat lelap dan puas. Setelah sarapan di Apartemen, Zavier langsung menuju Markas miliknya.

Sesampai disana terlihat ketegangan di wajah Aro dan juga Demian, kedua pria itu telah menunggunya di depan Markas

"Kalian kenapa? Lapar?" Tanya Zavier tertawa mengejek.

"Kamu ini masih bisa bercanda disaat genting seperti ini, kenapa ponsel kamu mati Zavier." Umpat Aro marah, Zavier pun terkejut melihat sikap Aro.

"Ada apa Aro? Katakan." Teriak Zavier.

"Kapal yang mengantarkan barang kita ke Indonesia dibajak di sekitar Samudera Hindia dan mereka membawanya ke sebuah pulau kecil ." Jawab Aro, Zavier mengepalkan kedua tangannya.

"Brengsek, siapkan Heli sekarang juga. Kita langsung menuju kesana." Ucap Zavier.

"Tuan Genta juga sudah menuju kesana, dia dari semalam menghubungi tuan tapi tidak ada jawaban." Sahut Demian.

"Ponsel saya mati, jadi setelah di cas saya lupa menghidupkannya. Demian persiapkan semua anggota, kita harus kesana secepatnya." Jawab Zavier memerintah Demian.

Zavier segera masuk ke dalam Markas dan menuju ruangannya, pria itu langsung menuju lemari besar dan membukanya. Dengan cepat Zavier segera mengganti pakaian, dia memakai baju yang dilapisi dengan anti peluru di bagian dada sampai ke pusat bagian bawah tubuhnya. Zavier juga menyelipkan dua buah senjata terbaik miliknya, bahkan dia juga telah memastikan senjata miliknya itu terisi penuh dan siap dipergunakan.

"Ini." Aro masuk ke dalam dan memberikan ponselnya kepada Zavier, Zavier segera mengambil dan berbicara dengan Genta kakaknya.

"Mas sudah menuju pulau itu, kamu juga harus segera kesana. Karena sebaiknya kita bergabung untuk melawan mereka, semakin banyak maka kekuatan kita juga semakin kokoh ." Ucap Genta

"Baik mas, aku juga sudah bersiap.

"Oke, waspada ya Vier."

"Baik mas, mas juga." Balas Zavier, Genta langsung memutuskan panggilannya.

Zavier keluar dari ruangan dan mengembalikan ponsel Aro, dia juga memberikan beberapa instruksi kepada semua anggota yang ikut dalam misinya kali ini sebelum mereka semua terbang menuju pulau itu.

"Fokus dan saling membantu, ingat keluarga kalian tunggu di rumah." Teriak Zavier menggelegar disana.

"Siap." Jawab semua anggotanya.

"Jalan sekarang." Perintah Zavier, semua anggota berlari menuju Helikopter dan segera terbang meninggalkan Markas.

Sebelum Zavier juga masuk ke dalam heli, dia lebih dulu berpesan kepada Dion salah satu anggota yang dia percaya akan menjaga Markas selama Zavier pergi. Dion tidak seorang diri, dia tinggal dengan semua tim miliknya, Dion merupakan salah satu pemimpin dari salah satu tim milik Zavier.

"Kamu juga tetap waspada Dion, saya tidak mau mendengar hal buruk terjadi disini selama saya pergi."

"Siap tuan, saya pastikan markas akan baik-baik saja."

"Baiklah, saya pergi dulu." Balas Zavier segera berlari ke arah Helikopter, Demian dan Aro telah menunggunya di dalam.

bersambung....

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang