Perlahan obat bius mulai menghilang, sehingga membuat Demian dan Aro gelisah karena rasa sakit yang mereka rasakan. Walau hampir sama dengan rasa sakit ketika mereka rasakan setelah mendapatkan luka tembak.
"Tuan yakin saya akan baik-baik saja, kenapa rasanya sakit sekali." Ucap Demian meringis.
"Sakit? Obat biusnya telah habis itu makanya mulai terasa sakit." Sahut Zavier.
"Kamu juga mulai merasakannya Aro?" Tanya Zavier melihat kepada Aro, Aro menganggukkan kepala.
"Mau saya panggilkan Dokter?" Ucap Zavier lagi.
"Tidak usah, saya masih mampu menahannya." Jawab Aro, Zavier menganggukkan kepala.
"Memangnya tuan tidak pernah merasakannya?" Tanya Demian yang terlihat sangat tidak tenang.
"Tidak, saya belum 40 hari sudah sunat. Jadi mana saya ingat."
"Wah enak itu, beda sama kami." Sahut Demian, Zavier tertawa mendengarnya.
Zavier, Aro dan Demian sama-sama melihat kearah pintu ketika pintu itu di bukan oleh seseorang. Mateo pun muncul dari balik pintu dan tersenyum kepada mereka bertiga.
"Assalamualaikum." Ucap Mateo, Abi dan juga abah.
"Waalaikumsalam." Jawab Zavier.
"Kamu ngapain ikutan juga Demian?" Tanya Mateo tertawa, Mateo tidak datang sendiri. Dia membawa banyak rombongan, keluarga Arsena juga ikut dan pastinya ada Medy juga.
"Perintah tuan, ya saya tidak bisa menolak." Jawab Demian, Mateo berjalan ke arahnya.
"Demi kebaikan kamu juga." Sahut Mateo, Demian menganggukkan kepala dan mencuri-curi pandang melihat kepada Medy yang tersenyum kepadanya.
"Bagaimana Aro? Amankan?" Tanya Mateo.
"Sampai saat ini aman Opa." Jawab Aro, Amelia tersenyum mendekatinya.
"Tidak dipotong habiskan?" Tanya Mateo lagi sembari tertawa.
"Hampir Opa, tapi Dr. Budiman tidak tega ." Zavier yang menjawabnya, dia juga ikut tertawa menggoda Aro dan Demian.
"Ya jangn sampai habis lah Opa, itu masa depan saya." Sela Demian memanyunkan wajahnya.
"Ya kalau habis, saya minta Medy cari pria lain saja. Untuk apa lagi bersama kamu, tidak bisa diharapkan." Balas Mateo, Demian semakin kesal mendengarnya.
"Sudah makan belum?" Tanya Amelia kepada Aro.
"Belum." Jawab Aro.
"Makan dulu, kebetulan Ibu tadi masak buat kamu dan juga Demian. Kata ibu ini masakan khusus biar cepat sembuh dan kering."
"Apa?"
"Sup ikan." Jawab Amelia, Aro menganggukkan kepala setuju.
"Abah, Abi. Nanti mereka berdua pemulihannya di rumah saja, kasihan Demian kalau di markas. Tidak ada yang akan memperhatikannya." Ucap Zavier.
"Iya boleh, biar kita juga bisa merawatnya bersama." Sahut Abah, Abi juga menganggukkan kepala setuju.
"Memangnya sudah boleh pulang sayang?" Tanya Arsena, Zavier menggelengkan kepala.
"Belum, besok baru boleh." Jawab Zavier.
"Oh.." Sahut Arsena.
"Kenapa? Pasti kamu kesepian ya nanti tidur sendirian?" Tanya Zavier menggodanya, Arsena melototkan mata malu karena ucapan polos suaminya. Maklum disana ada semua keluarga dan tidak seharusnya Zavier berkata seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Fiksi Remaja"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...