Zavier perlahan membuka pintu kamar, dia segera masuk kedalam dan melihat Arsena yang masih asyik duduk di meja rias membersihkan sisa riasannya.
"Lagi ngapain sayang, kenapa belum tidur?" Tanya Zavier menyandarkan tubuhnya di dekat pintu balkon dan melihat kegiatan Arsena.
"Tadi aku sholat dulu mas, belum sempat membersihkan wajahku." Jawab Arsena, Zavier tersenyum menatapnya.
"Padahal polos lebih cantik lo." Ucap Zavier, Arsena langsung menoleh kepada suaminya.
"Yang polos apanya ini? Wajah aku atau semuanya?" Tanya Arsena menyipitkan mata, Zavier langsung tertawa lepas.
"Wajah kamu sayang, natural saja dan tidak terlalu banyak riasan. Bukan polos dalam arti yang aku mau."
"Ohh." Sahut Arsena kembali melanjutkanaktivitasnya.
Zavier menggelengkan kepala tersenyum berjalan ke arah balkon, menikmati suasana malam ini.
Dret...
Ponsel yang sebelumnya diletakkan di meja rias berdering, Arsena melihat nama Demian di layar depan.
"Mas, Demian." Teriak Arsena , Zavier langsung berlari kedalam dan segera menjawab panggilan Demian
"Hallo,,, cepat banget. Kamu sudah menemukan tempatnya?" Tanya Zavier heran.
"Belum tuan."
"Terus ada masalah apa lagi?" Tanya Zavier.
"Jadi tadi ketika akan berangkat saya berpapasan dengan Eril, nah kebetulan kan Eril juga seorang mualaf. Jadi saya tanya tempat dia melakukannya dulu."
"Terus, masalahnya dimana? Lebih bagus dong, kamu tidak perlu pusing melalang buanakesana kemari."
"Iya tuan, tapi ada satu yang harus saya pastikan dulu."
"Apa? Biayanya?"
"Bukan tuan."
"Lalu apa Demian, jangan berbelit-belit. Cepat katakan."
"Jadi syaratnya itu sunat dulu tuan, apa tuan Aro sudah sunat?" Ucap Demian bertanya, Zavier terdiam dan segera menatap Arsena.
"Astagfirullah, kamu benar Demian. Aro harus sunat dulu, kalau belum berarti acaranya belum bisa diadakan besok." Sahut Zavier.
"Iya tuan, makanya sebelum saya kesana, saya ingin memastikan dulu."
"Ya sudah kamu tunggu kabar dari saya, jangan bertindak dulu."
"Baik tuan." Jawab Demian, Zavier langsung mengakhir pembicaraan mereka.
Arsena menatap Zavier, dia penasaran dengan pembicaraan Zavier dan Demian, sekilas dia mendengar kata sunat.
"Ada apa?" Tanya Arsena.
"Kan aku memerintah Demian untuk mencarikan masjid, sebelum kesana Demian bertemu dengan Eril. Eril salah seorang tim IT aku di markas dan kebetulan dia seorang mualaf. Jadi Eril bertanya, apakah Aro sudah sunat atau belum?" Jawab Zavier menjelaskan
"Astagfirullah sayang, kenapa kita semua lupa dengan masalah penting itu?" Ucap Arsena.
"Bagaimana kalau kita bertanya kepada Abi dulu, biar aku juga bisa memastikan untuk besok ." Sahut Zavier, Arsena menganggukkan kepala segera beranjak dari sana dan mengambil hijabnya.
Tok..
Tok..
"Abi." Panggil Arsena dari luar, Abi dan Umi yang akan segera berbaring saling bertatapan.
"Cena bi, ada apa ya?" Tanya Umi.
"Entahlah, biar Abi yang membukakan pintu." Jawab Abi segera turun dan berjalan ke arah pintu.
![](https://img.wattpad.com/cover/369143815-288-k806341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Novela Juvenil"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...