Tiga hari lamanya Zavier dirawat intensif di rumah sakit, walau luka bekas tembakan di dadanya masih basah tapi Zavier sudah diperbolehkan untuk pulang.
Casey dan Roma, Opa dan Oma Zavier yang menetap di daerah Grindelwald juga datang ke Zurich untuk menjenguk cucunya, dia juga merasa kasihan melihat kondisi Zavier.
"Kenapa bisa separah ini sih vier?" Tanya Casey menyambut Zavier di rumahnya.
"Biasa saja Oma, namanya juga perperangan ." Jawab Zavier tertawa memeluk Casey.
"Alaaa...perasaan kamu cedera terus. Belum lama ini kamu juga terluka dibagian tangan dan sekarang malah semakin parah." Balas Casey menggoda cucunya, Zavier kembali tertawa dan mengajak Casey masuk kedalam rumah.
Zavier duduk di sofa, walau dia sudah berjalan seperti biasa tapi dadanya masih terasa nyeri kalau terlalu banyak bergerak.
"Jadi bagaimana dengan rencana kita mi? Apa mami setuju?" Tanya Nicola, Zavier melihat kearah Nicola dan Casey.
"Rencana apa pi?"
"Tapi kamu ingin kita lebaran di Mansion, papi sudah mengatakan kepada Oma kamu. Jadi sekarang tinggal menunggu keputusan Oma." Jawab Nicola, Zavier tersenyum senang mendengarnya.
"Oma sama Opa mau-mau saja, tapi bagaimana dengan pekerjaan kalian. Aman tidak kalau ditinggal?" Jawab Casey, Nicola dan Zavier saling bertatapan.
"Aman Oma, kan masih banyak anggota yang berjaga. Lagian kalau memikirkan pekerjaan terus, kapan akan memikirkan masa depan." Ucap Zavier, Nicola mencibir kearahnya.
"Sok mikirin masa depan, pikirin dulu itu kesehatan kamu. Siap terbang jauh atau tidak?" Ucap Nicola menggoda anaknya.
"Aku mah kalau pulang ke mansion pasti siap, aku kan punya tujuan lain." Balas Zavier, Syila dan Nicola tertawa mendengarnya.
"Ya sudah kalau memang aman dan bisa ditinggal dalam waktu yang lama, Opa dan Oma setuju. Kita semua pulang ke Indonesia dan lebaran disana." Ucap Casey, Zavier tersenyum bahagia mengedipkan matanya kepada Demian dan Aro.
Aro juga tersenyum senang, dia juga tidak sabar bertemu dengan Amelia. Wanita yang selalu mengganggu pikirannya belakangan ini, walau belum jadian tapi mereka saling mengirim pesan dan bertukar kabar.
Zavier terlihat sangat bahagia dan tidak sabar untuk segera pulang ke Indonesia, sedangkan Arsena terjebak dalam kehidupan yang sangat menjengkelkan dalam hidupnya.
Bagaimana tidak menjengkelkan, setiap malam Alif selalu mampir ke rumahnya. Pria itu sangat pandai menarik perhatian Abi Arsena, setiap malam dia datang jauh-jauh untuk sholat tarawih di masjid dekat rumah Arsena. Karena sungkan, maka Abi Arsena selalu mengajaknya untuk mampir.
Bukan hanya Alif, Syawal juga melakukan hal yang sama. Bertandang dengan alasan bersilaturahmi, padahal tujuan utamanya adalah untuk mendekati Arsena.
"Aku bisa pindah tidak sih dari rumah ini, kemana saja asalkan jangan bertemu lagi dengan kedua pria itu." Ucap Arsena mengeluh kepada Amelia, Amelia tertawa mendengarnya.
Jadi setelah selesai sholat tarawih, Arsena meminta izin kepada Abinya untuk tidur di kamar Amelia dengan alasan membuat tugas. Padahal tujuan utamanya adalah menghindari Alif, biasanya kalau Alif mampir, Abinya akan meminta Arsena untuk menyajikan minuman.
"Kak Alif wajah badak juga ya sen, tidak tahu malu. Padahal jelas-jelas kamu memperlihatkan wajah masam kamu, kalau aku mah langsung tersinggung."
"Entah apa yang dia inginkan, apa dia mau menikah dengan wanita yang tidak mencintainya. Kalau aku mah ogah, untuk apa hidup dengan pria yang tidak aku sukai. Bukannya mendapat pahala, malah mencari dosa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...