bab 36

3.8K 327 32
                                    

Arsena terkejut ketika sampai di depan gang rumahnya, Aro membelokkan mobil masuk kedalam kawasan perkampungan rumah Arsena. Mobil keluarga Zavier yang di belakang juga mengikuti dan semua warga di sekitar rumah Arsena terpana melihat mobil-mobil mewah masuk kedalam kawasan perkampungan mereka.

"Vier." Panggil Arsena.

"Kita mampir dulu sayang." Sahut Zavier yang paham dengan panggilan kekasihnya.

Aro menghentikan mobil tepat di depan rumah Arsena, Zavier dan Arsena saling berpandangan ketika melihat ada Alif bersama dengan Abinya duduk di beranda rumah Arsena.

"Muka badak." Ucap Aro seperti ibu ibu julid, Zavier menganggukkan kepala.

Hisyam yang duduk sendirian di luar segera berlari masuk kedalam rumah, kebetulan di ruang tengan ada Abah, Ibu, Umi dan juga Amelia.

"Bah, ada mobil mas Vier. Tapi banyak mobil di belakangnya bah." Ucap Hisyam, semua orang terkejut mendengarnya.

Abah buru-buru mengambil baju yang digantung di kamar, karena gerah sepulang sholat id abah membuka baju dan hanya memakai kaos singlet saja.

Amelia yang lebih dulu berlari keluar, Amelia tertegun melihat Aro di dalam balutan baju jubah selutut, sangat berbeda dengan penampilannya selama mereka saling mengenal. Pria yang sudah mengisi hati Amelia itu terlihat sangat tampan, berkali-kali lipat dari sebelumnya.

Zavier segera turun dan membukakan pintu untuk Arsena, Arsena terlihat ragu untuk turun. Perasaannya bercampur aduk, antara gugup dan takut keluarga Zavier tidak akan diterima oleh Abinya.

"Ayo sayang, mari kita hadapi bersama-sama." Ucap Zavier, Arsena menganggukkan kepala keluar dari mobil.

Ibu dan Umi krasak-krusuk membereskan ruang tengah rumah Amelia, kedua wanita itu meminta abah untuk membawa ke rumah Amelia karena di rumah Arsena tidak ada persiapan apa-apa dan juga takutnya Abdullah menolak.

Abah terlihat lebih panik, pria itu memperbaiki sarungnya sebelum keluar rumah. Bahkan saking paniknya abah sampai lupa mengganti sarungnya dengan celana.

Mateo turun dari mobil, pria bertubuh tegap itu berdiri sejenak dan melihat ke sekeliling rumah Arsena dan Amelia bahkan sampai ke ujung jalan dan juga rumah-rumah para tetangga Arsena.

Satu persatu keluarga Atala juga turun, mereka semua menarik perhatian warga sekitar. Mulai dari mobil yang bagus dan mahal, sekarang mereka juga terpana melihat wajah-wajah keluarga Zavier yang seperti segerombolan bule di dalam balutan baju muslim dan juga postur tubuh yang tinggi-tinggi.

"Ayo sayang." Ajak Oma Gaby merangkul tangan Opa Mateo, Opa Mateo menganggukkan kepalanya.

Abdullah terdiam duduk di kursi, dia sedikit bingung dengan apa yang harus dilakukan. Berbeda dengan Alif yang menatap tajam kearah Zavier dan Arsena.

"Bi, Alif pamit dulu ya." Ucap Alif langsung berdiri dan keluar dari rumah Arsena, Alif naik keatas motor dan tanpa menyapa semua orang dia pergi dari sana. Aro dan Zavier tersenyum mengejek saling bertatapan.

"Pria itu siapa?" Tanya Opa Mateo pada Zavier.

"Dia yang memaksa Arsena untuk menikah." Jawab Zavier, Opa Mateo menganggukkan kepala.

"Assalamualaikum." Ucap Opa Mateo mengulurkan tangan begitu Abah sampai didepan mereka.

"Waalaikumsalam." Jawab Abah menyambut tangan Opa Mateo, seumur hidup baru pertama kali Abah bertemu dengan Opa Mateo.

Selama ini Abah hanya melihat wajah Opa Mateo di televisi atau di spanduk yang terpajang di sepanjang jalan kalau ada acara tertentu di kota. Semenjak kematian para orang tua, Opa Mateo memang mengambil alih semua tanggung jawab di bisnis keluarga termasuk menghadiri undangan di televisi dan acara-acara penting.

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang