bab 46

4.3K 521 36
                                    

Mateo tersenyum sambil melambaikan tangannya, dia melepaskan kepergian Casey sang adik tercinta dan juga anak cucunya yang kebetulan juga mengikut sertakan keluarga besan mereka. Zavier yang masuk paling terakhir membalas lambaian tangan Mateo dan segera menutup pintu bus.

Zavier yang menginginkan kalau mereka semua ke Bandara lebih baik menggunakan Bus besar saja, semua muat disana dari pada pakai mobil malah merepotkan banyak anggota mengantarkan ke Bandara. Zavier segera duduk disebelah Arsena dan menggenggam tangan istrinya, sekarang tidak ada lagi larangan baginya untuk menyentuh Arsena.

"Akhirnya kita kembali juga ke Roma." Ucap Arsena, Zavier menganggukkan kepala.

"Kamu senang?" Tanya Zavier.

"Pastilah sayang, Roma punya tempat tersendiri di dalam hatiku." Jawab Arsena, Zavier Membalas dengan senyuman.

Sesampai di Bandara, bus masuk lewat jalur khusus dan langsung berdiri disebelah pesawat milik keluarga Zavier. Mereka semua segera turun dari Bus dan naik keatas pesawat.

Abah dan Abi tidak henti-hentinya berucap syukur atas apa yang saat ini mereka rasakan, pesawat yang mereka naiki saat ini sangat besar dan juga di dalamnya sangat luas.

Baru pertama kali liburan keluarga dan naik pesawat, malah langsung ke luar negeri. Abah dan Abi bahkan tidak pernah membayangkan seumur hidup mereka akan berada di dalam pesawat yang semewah ini.

Pesawat Zavier bukan seperti pesawat biasa, interior di dalamnya sangat mewah dan juga lengkap. Selain itu, semua makanan dan minuman juga tersedia disana, di pastikan penerbangan mereka tidak akan membosankan.

Sebelum tinggal landas, semua orang memasang seatbelt sesuai dengan peraturan yang memang harus dipatuhi baik bagi pesawat pribadi maupun komersial, nanti setelah berada di ketinggian berpuluh ribu kaki baru boleh untuk dilepaskan.

"Pak Abdullah, pak Ali kalau mau istirahat bisa di kamar lantai atas." Ucap Roma, Opanya Zavier.

"Iya Opa, nanti kalau kami sudah mulai bosan atau lelah. Saat ini kami masih ingin menikmatinya dulu." Balas Abi Arsena.

"Oh..ya sudah, kalau begitu saya duluan istirahat ya. Perjalanan kita masih sangat lama, mata saya mengantuk." Ucap Roma segera berdiri dan berjalan ke arah kamar, Casey juga segera menyusul suaminya.

Arsena tersenyum kepada Uminya, wajah Umi terlihat sedikit tegang. Mungkin karena ini pertama kalinya bagi Umi, jari wajar Umi merasa cemas.

"Umi, semua akan baik-baik saja." Ucap Arsena berpindah duduk disebelah Siti.

"Umi cemas Cen, takut kita kenapa-kenapa."

"Berdoa, jangan malah pikiran kemana-mana. Perbanyak zikir." Sela Abdullah memperingati istrinya.

"Tapi tetap saja takut." Balas Siti.

"Itu makanya berserah diri, serahkan semuanya kepada tuhan." Jawab Abdullah lagi.

"Abi, wajar atuh Uminya cemas. Jangan dimarahin terus." Tegur Arsena, Abdullah tertawa mengangguk kan kepala.

"Masyaallah, benar-benar menakjubkan." Ucap Abah melihat keluar, dimana langit senja sedang berubah warna menjadi Jingga, Abdullah pun ikut melihat keluar.

"Iya bang cantik sekali ya."

"Iya Dul, nikmat mana lagi yang engkau dustai tuhan." Ucap Ali bersyukur.

Ketika malam semua orang memutuskan untuk beristirahat di dalam kamar yang telah disediakan, Arsena dan Zavier juga ikut istirahat. Berbeda dengan Amelia, dia memilih untuk tetap duduk sembari menemani Aro bekerja.

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang