Zavier berdiri diantara dua sel dan menatap tajam kelima pria didalamnya. Zavier mengepalkan kedua tangan menatap geram ke arah mereka.
"Jangan berpura-pura tidak saling mengenal." Teriak Zavier marah, kelima pria itu tersentak dan menundukkan kepala mereka.
"Kalian berdua juga dikirimkan Lundo bukan?" Teriak Zavier bertanya kepada dua pria itu, tapi mereka tetap memilih untuk bungkam.
"Iya tuan, kami semua kiriman Lundo." Jawab salah satu pria yang berada di dalam sel sebelahnya, Zavier tertawa licik menganggukan kepala.
"Saya sudah menduganya." Balas Zavier.
Pria yang menjawab pertanyaan Zavier tadi kembali menundukkan kepalanya, dia bukan bermaksud mencari simpati Zavier tapi itu cara dia mengungkapkan terima kasih karena Zavier memperlakukannya mereka dengan baik selama disana. Makan cukup tiga kali sehari dan luka-luka mereka juga diobati, walaupun sebenarnya mereka yakin suatu hari nanti Zavier pasti akan menghabisi mereka semua.
Zavier kembali ke ruangannya setelah menemui kelima pria itu, Zavier mendudukkan badanya di sofa.
"Apa yang kamu temukan?" Tanya Zavier kepada Aro, Aro meletakkan beberapa alat penyadap diatas meja.
"Jadi Lundo mengetahui rencana kita?" Tanya Zavier lagi.
"Sepertinya iya." Jawab Aro.
Demian dan Lois masuk kedalam ruangan Zavier dan juga duduk disofa setelah mereka berkeliling memastikan kalau semua alat penyadap telah dimusnahkan.
"Kita tunda rencana malam ini, pasti Lundo juga sudah bersiap menunggu kedatangan kita. Saya tidak mau ada anggota yang terluka, makanya lebih baik disaat dia tidak siap." Ucap Zavier, Demian, Aro dan Lois menganggukkan kepala mereka setuju.
Di markas Lundo, anak buahnya kebingungan karena tiba-tiba sistem mereka error. Alat penyadap yang terpasang di markas Zavier tidak bisa lagi diakses, dia yakin kalau semua alat penyadap itu tidak berfungsi lagi.
Lundo masuk kedalam ruangan, dia sudah bersiap untuk menanti kedatangan Zavier yang rencananya nanti malam. Semua anak buahnya juga bersiap dengan semua peralatan perang mereka, bahkan beberapa orang sniper handal juga dibayar Lundo untuk membantunya.
"Bos semua alat penyadap kita tidak berfungsi." Ucap anak buah Lundo.
"Apa?" Teriak Lundo terkejut dan langsung melihat kelayar monitor.
"Brengxxx, apa Zavier telah mengetahuinya?" Tanya Lundo marah, Anak buah Lundo terlihat ragu menjawab karena takut menerima amukan kemarahan Lundo.
"Sepertinya sudah bos."
"Brengxxx,,, kenapa sulita sekali berusan dengan mereka. Semua rencana saya selalu gagal, hubungi teman kalian yang berada disana." Ucap Lundo berbalik menuju meja kerja, pria itu menekan pelipisnya sakit.
Anak buah Lundo berusaha menghubungi temannya yang dikirim ke markas Zavier sebagai mata-mata, tapi sudah setengah jam tidak juga ada sahutan dari mereka. Dia juga mulai cemas dan yakin kalau temannya itu pasti ketahuan dan mereka bernasib naas dengan ketiga teman sebelumnya yang ditangkap oleh Zavier.
"Bagaimana? Apa kata mereka?" Tanya Lundo.
"Sepertinya mereka juga sudah ditangkap oleh Zavier ,bos."
"Sepertinya...sepertinya..dari tadi kamu selalu menjawab sepertinya. Apa tidak ada jawaban pasti dari kamu." Teriak Lundo marah melempar asbak rokok kepada anak buahnya itu, untungnya pria itu dengan sigap menangkapnya dan tidak melukai kepalanya.
"Keluar." Teriak Lundo mengusir, pria itu langsung keluar sebelum Lundo semakin murka dan dia akan babak belur pastinya.
"Zavier Brengxxx." Teriak Lundo menggelegar di dalam ruangannya, dia sangat marah dan juga merasa ketakutan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...