"Sunat?" Tanya Mateo, Zavier menganggukkan kepala.
Gelak Mateo pecah, begitu juga dengan abah dan abi. Mengetahui kalau ternyata Aro belum sunat malah terdengar lucu oleh Mateo, berbeda dengan Amelia yang wajah memerah karena malu.
Reaksi Amelia mendapat perhatian dari Arsena, dia tertawa kecil menatap Amelia. Amelia langsung memasang wajah cemberut membalas tatapannya.
"Jadi sepertinya ditunda dulu Opa." Ucap Zavier.
"Memangnya wajib?" Tanya Mateo melihat kearah Abah dan Abi.
"Sebagai pria muslim memang harus disunat tuan dan alangkah baiknya dilakukan sebelum dia resmi menjadi mualaf." Jawab Abah, Mateo menganggukkan kepala setuju.
"Ya sudah kalau begitu, tunda sajalah."Sahut Mateo.
Setelah selesai sarapan, Zavier segera menghubungi Aro di kamarnya.
"Hallo." Sapa Aro.
"Acaranya ditunda.
"Lah kenapa?" Tanya Aro heran, padahal dia sudah bersiap-siap.
"Sunat dulu bro." Jawab Zavier tertawa.
"Sunat?"
"Iya, punya kamu dipotong dulu ujungnya, dibuang."
"Ha? Jangan bercanda. Masa dipotong, terus tidak ada lagi dong." Tanya Aro sambil meringis ngeri membayangkan.
"Iya mau gimana lagi, memang aturannya seperti itu."
"Kalau dipotong, tidak berfungsi lagi dong. Mana Amelia mau sama saya, tidak ada lagi yang akan membahagiakannya."
"Kan bisa dengan cara lain."
"Terus saya bagaimana? Tidak bisa merasakannya lagi? Menyesal juga tidak dari kemarin-kemarin, karena selamanya saya tidak akan pernah merasakannya lagi." Ucap Aro sedih, Gelak Zavier kembali pecah.
"Brengxxx kamu bercanda ya?" Umpat Aro kesal mendengar suara teryawa Zavier yang keras.
"Tidak, memang aturannya seperti itu. Tapi tidak semuanya Aro, ujungnya saja. Bukannya di awal tadi saya bilang, ujungnya saja."
"Kamu yakin? Pasti sakit sekali itu. Masa dipotong sih? Jangan-jangan ini cuma akal-akalan kamu saja."
"Astagfirullah Ro, untuk apa juga saya bermain-main sama kamu. Memangnya saya tidak ada kerjaan penting. Buruan datang, kita kerumah sakit sekarang. Jangan lupa katakan alasannya kepada orang tua kamu." Ucap Zavier kesal, tapi Aro masih terlihat berpikir.
"Nanti kalau ternyata habis bagaimana?"
"Tidak, Bangsat. Buruan." Teriak Zavier.
"Oke." Balas Aro dengan suara yang masih sangat pelan.
..........
Aro kembali mengganti pakaiannya, yang awalnya dia memakai kemeja berwarna biru muda dan celana berbahan dasar kain, sekarang berganti menjadi pakaian santai. Celana Levis yang dipadu padankan dengan kaos Polo berwarna senada, warna kebangsaan mereka hitam.
"Ma, pa." Sapa Aro ketika bertemu dengan orang tuanya.
"Jam berapa kata Zavier nak?" Tanya Wilona, Aro tersenyum hambar menggelengkan kepala.
"Ditunda ma."
"Kenapa?"
"Hari ini Aro di jadwalkan untuk sunat dulu." Jawab Wro dengan wajah yang datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...