bab 9

3.5K 222 3
                                    


Aro dan Demian membantu pelayan toko menurunkan kulkas dua pintu di depan rumah Flat Arsena, beberapa orang penghuni yang duduk bersantai di luar heran melihat mereka. Kebetulan disana juga ada Amelia dan dia masih teringat dengan wajah Aro, wanita itu segera menghampiri Aro.

"Signore, bukannya pria yang di taman itu ya. Signore mau apa kesini?" Tanya Amelia sipan, Perinterlihat berpikir dan dia akhirnya ingat dengan Amelia.

"Kamu temannya Signora Arsena?" Tanya Aro, Amel menganggukkan kepala.

"Kebetulan saya mengantarkan icebox ini untuk Signora Arsena, apa kamu bisa membantu saya memberitahukan dimana kamarnya?" Ucap Aro, Amelia terpana mendengarnya.

Amelia melihat kearah kulkas dua pintu itu, dia penasaran kenapa Arsena membelinya dan untuk apa kulkas sebesarnya ini.

"Bagaimana?" Tanya Aro lagi, karena Amel hanya diam dan malah melihat ke arah kulkas.

"Bisa Signore, tapi kita juga tidak bisa masuk karena kamarnya dikunci sama Arsena." Jawab Amel, Aro dan Demian sama-sama menghela nafas kasar. Berarti kesimpulannya, mereka harus menunggu sampai Zavier dan Arsena sampai di sana.

Sembari menunggu, Demian dan Aro duduk di salah satu kursi dan Amelia di depannya mereka. Sedangkan pelayan toko sebanyak 6 orang, memilih duduk didalam mobil box pengangkut kulkas itu.

Aro menggoyangkan kakinya melihat ke segala penjuru arah, pasangan Demian lebih asyik dengan ponselnya. Terlihat dua orang wanita berjalan ke arah mereka, kedua wanita itu berpakaian minim layaknya pakaian para wanita di sana, sangat jauh berbeda dengan pakaian Amel yang tertutup dan berhijab.

"Siapa Mel?" Tanya Maya dan juga Mia, kedua wanita bule itu.

"Bukan siapa-siapa, mereka mengantarkan kulkas untuk Arsena."

"Memangnya muat di dalam kamar Arsena kulkas sebesar ini?" Sahut Mia tertawa, terlihat dari cara bicara mereka mengejek Arsena.

Amel diam tidak menanggapi tapi mimik wajahnya melihatkan kalau dia kesal mendengarnya.

Maya dan Mia saling tersenyum melihat ke arah Pero dan Demian, dua pria tampan itu menarik perhatian mereka.

"Kamu kenal sama Signore berdua ini Mel?" Tanya Maya berjalan ke arah Amel, Mia menyusul dari belakang.

"Tidak, lagian kalian mau apa ikutan duduk disini." Balas Amel menggeser duduk karena Maya dan Mia duduk disebelahnya.

"Pelit banget sih kamu Mel, masa kamu mau keduanya." Ucap Maya tersenyum genit ke arah Aro, Aro melotot horor melihat tingkah Maya.

"Iya nih Amel, mau di lahap keduanya. Bagi-bagi juga lah sama kita." Sambung Mia yang juga tersenyum menggoda ke arah Demian.

Demian tersenyum kecil menyenggol lengan Aro, Aro langsung menatap tajam kearah Demian. Aro risih dengan kedua wanita itu, dia bukan anti perempuan tapi selama ini Aro tidak pernah berurusan atau berpacaran. Wanita hanya sebagai pemuas saja baginya, mereka hanya bertemu diatas ranjang panas Aro.

"Signore, bisakah kita berkenalan?" Tanya Maya mengulurkan tangan ke arah Aro, Aro langsung menarik tangan Demian dan memberikan ketangan Maya.

Maya terkejut melihatnya, wanita itu tersenyum dan berpikir kalau Aro adalah pria yang sangat lugu.

"Tuan." Ucap Demian terkejut, Amel tersenyum kecil melihat tingkah lucu Aro yang terang-terangan menolak Maya.

"Untuk kamu keduanya, silahkan." Sahut Aro langsung berdiri dan akhirnya pria itu bernafas lega setelah melihat Zavier dan Arsena berjalan bersama dari kejauhan.

Arsena hanya bisa pasrah dan tidak bisa lagi berkata-kata dengan tingkah laku Zavier. Sesampai di kasir, satu persatu belanjaan mereka dikeluarkan oleh pegawai di sana. Mereka memisahkan satu persatu sesuai dengan jenisnya dan memasukkan ke dalam kantong belanjaan. Setelah selesai, mata Arsena terbelalak melihatnya. Bukan hanya satu atau dua kantong tapi terdapat 6 kantong penuh.

"Ya allah Zavier, kenapa jadi sebanyak ini? Lalu bagaimana cara membawanya, kita hanya berdua ataudan juga berjalan kaki. Apa aku harus bolak balik untuk menjemputnya lagi." Omel Arsena, semua pegawai yang mendengar omelan wanita berhijab itu tertawa kecil.

Zavier tidak akan kehilangan akal, dia juga tidak mungkin membiarkan Arsena bolak balik untuk menjemput belanjaan mereka.

"Apalah kalian menjual troli ini, saya." Tanya Zavier, Semua pegawai terkejut dan menggelengkan kepala.

"Tidak Signore, kami tidak bisa menjualnya. Kami harus bertanya dulu kepada bos kami, dan itu akan membutuhkan waktu yang lama. Kalau Signore mau menunggu, maka akan kamu tanyakan." Jawab salah satu pegawai swalayan.

"Kalau begitu kalian utus salah satu pengaman di aini, ikuti saya dan setelah itu bawa kembali troli kalian. Kalau kalian masih menolak, saya tidak segan-segan untuk menutup Swalayan ini." Ancam Nathan, Arsena langsung memukul lengan pria itu.

"Kamu ini, jangan asal mengancam. Mereka juga butuh pekerjaan, lalu mereka akan bekerja dimana kalau kamu menutupnya." Umpat Arsena kesal.

"Atau aku beli saja Swalayan ini." Sahut Zavier, Arsena menggelengkan kepala pasrah.

"Jangan Signore, biar petugas keamanan kami mengantarkan semua belanjaan Signore." Jawab Salah satu pegawai tertinggi di sana, Zavier menganggukkan kepalanya setuju.

Seorang petugas keamanan segera datan
Masukmembawa troli yang lebih besar, pria itu segera memasukkan semua kantong belanja ke dalamnya.

"Mau diantar kemana Signore?" Tanya pria Itu, Arsena langsung menyebutkan alamatnya.

Petugas keamanan menganggukkan kepala setuju, ternyata tidak terlalu jauh dari Swalayan mereka, hanya berjarak tiga buah gedung dari

Swalayan mereka.

Arsena dan Zavier mengiringi dari belakang, selama perjalanan Arsena memilih untuk diam. Dia sedikit kesal dengan sikap Zavier, yang semena-mena dan sesuka hatinya saja.

"Astaga, ya allah." Ucap Arsena menutup mulutnya.

Arsena dan Zavier telah sampai di depan Flat yang ditempatinya, Arsena sangat terkejut melihat kulkas dua pintu yang berukuran sangat besar berdiri didepan flatnya.

"Tuan, kami akan memasukkan ke kamar Signora, tapi pintu kamar terkunci." Lapor Demian, sedangkan Aro berdiri memangku tangan menatap sinis kepada bosnya itu.

Aro sangat kesal dengan pekerjaan sore ini, membuang-buang waktu ke hal yang tidak berguna. Padahal dia memiliki banyak pekerjaan, tapi malah terabaikan karena perintah bosnya Itu.

"Arsena." Panggil Zavier, Arsena memasang wajah tajam menatapnya.

"Kenapa?"

"Zavier, untuk apa kulkas sebesar ini? Mau diletakkan dimana Zavier, kamar aku itu kecil." Jawab Arsena.

"Coba saja dulu, kalau tidak muat ya letakkan di luar saja." Sahut Zavier santai, Arsena menggelengkan kepalanya.

"Aku harus minta izin sama penjaga Flat dulu, kalian tunggu di sini." Perintah Arsena, Zavier tersenyum menganggukkan kepalanya.

Aro dan Demian heran melihat tingkah Zavier yang menurut saja dengan perintah Arsena, padahal selama ini tidak ada yang berani mengendalikannya.

"Sen, kamu beli kul...?" Amelia tidak jadi melanjutkan perkataannya ketika melihat Zavier berdiri di dekat Aro dan Demian.

"Sen." Amel kembali memanggilnya, Arsena menggelengkan kepala sambil mengedipkan mata. Meminta Amel untuk diam, nanti dia akan menjelaskan semuanya.

"Bagaimana? Boleh?" Tanya Zavier ketika Arsena kembali ke depan.

"Iya, silahkan masuk." Jawab Arsena.

"Oke, Aro dan Demian bawa masuk icebox ini." Perintah Zavier tertawa kecil mengedipkan matanya, pria itu berjalan masuk mengiringi langkah Arsena kedalam.

"Brengxxx, walaupun badan saya besar tapi tetap saja kesusahan kalau berdua saja." Umpat Aro didalam hati, dia meminta semua pelayan toko segera memasukkan kulkas itu kedalam Flat Arsena.

Bersambung...

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang