bab 44

4.6K 387 26
                                    

Menjelang Magrib pesta telah usai, semua tamu undangan dan juga para tetangga telah kembali kerumah mereka, begitu juga dengan Aro dan Demian telah pergi ke hotel keluarga Atala.

Setelah selesai sholat Magrib, Zavier dan Arsena makan malam bersama termasuk keluarga Amelia di ruang tengah rumah Arsena.

Zavier terlihat sangat menikmatinya, tidak masalah baginya makan duduk dilantai dengan menu masakan kampung asalkan bisa bersama dengan istri tercinta. Kalau di lihat keadaan Zavier seperti saat ini, tidak akan ada yang menyangka kalau dia ternyata seorang pemimpin Mafia yang selama ini hidup bergelimangan harta.

"nak, kenapa kamu menambah maharnya dengan mobil?" Tanya Abi Arsena.

Semua orang juga penasaran, padahal sebenarnya juga terserah Zavier mau memberikan mahar apapun tapi karena abi pernah mengatakan tidak mau apapun,makanya abi penasaran.

"Biar abi tidak kehujanan lagi pergi ke sekolahnya." Jawab Zavier santai.

"Tapi kan itu mahar kamu untuk Arsena."

"Iya bi, tapi kami kan tidak akan tinggal disini. Kami akan kembali, jadi ya pakai saja sama abi." Ucap Zavier tersenyum kecil.

"Tapi kebanyakan juga kalau dua mah." Sela Abah.

"Zavier sengaja beli dua bah, biar abah dan abi tidak berebutan nanti." Jawab Zavier tertawa kecil, Abah dan Abi juga ikut tertawa.

Padahal belum sampai 24 jam Zavier menjadi menantu mereka, tapi pria ini sudah berani menggoda kedua mertuanya itu.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Zavier. Uang abah tidak jadi keluar deh untuk beli mobil, bisa ditabung lagi." Sahut Abah.

"Memangnya abah mau beli mobil?" Tanya Rasyid sibungsunya abah.

"Iya tapi 10 tahun lagi, sekarang uang belum cukup." Jawab abah.

"Iiii kirain uangnya sudah ada." Omel Rasyid kesal, semua orang tertawa mendengarnya termasuk Arsena.

Zavier tersenyum kecil melihat ke arah Arsena yang juga ikut tertawa, Zavier tidak henti-hentinya mengucap syukur karena telah menikah dengan Arsena, wanita yang membuat dunianya yang dulu kelam sekarang menjadi lebih terang dan berwarna.

Selesai makan malam, Zavier masih duduk mengobrol bersama Abah dan Abi di beranda depan sedangkan Arsena dan Amelia berberes piring kotor di dapur.

"Pasti deg-degan ya Cen?" Tanya Amelia tertawa kecil menyenggol lengan saudaranya, Arsena menganggukkan kepala.

"Rasanya aku pengen ngungsi saja tidur di kamarku Mel."

"Ya jangan atuh Cen, nanti dikira kamu mengelak lagi."

"Tapi aku beneran gugup Mel, apalagi tadi siang pas Zavier kebelet. Dia malah curi-curi kesempatan buat meluk aku, jantungku tidak karuan." Ucap Arsena, Amelia tertawa lepas mendengarnya.

"Sekarang lewati saja, nikmati prosesnya. Besok cerita ya sama aku." Sahut Amelia kembali tertawa

"Husss....masa masalah itu diceritain, jangan aneh-aneh deh." Sela Arsena menyiram sedikit air ke wajah Amelia dan mereka kembali tertawa bersama.

......

Setelah selesai membereskan dapur, Arsena dan Amelia berjalan keluar. Tapi suasana rumah sudah terlihat sepi, Abah, Abi dan Zavier tidak lagi duduk didepan rumah.

"Sepertinya Zavier sudah masuk kamar Cen." Ucap Amelia.

"Kenapa harus buru-buru sih." Protes Arsena, Amelia kembali tertawa.

"Mungkin saja Zavier capek, kamu saja yang pikirannya kesana terus."

"Iya kali Zavier capek, aku tidak yakin. Ya sudah sana pulang, pasti ponsel kamu sudah sibuk dari tadi. Aro pusing cariin kamu, jangan sampai dia datang lagi kesini." Ucap Arsena mengusir Ameli

"Idih..yang mau malam pertama, pakai alasan bawa Aro segala. Ya sudah, selamat menikmati Arsena." Bisik Amelia segera berlari ke arah rumahnya.
........

Arsena terdiam cukup lama didepan pintu kamarnya, jantungnya berdetak dengan kencang. Arsena menghela nafasnya beberapa kali, setelah tenang barulah dia membuka pintu kamar dan melihat Zavier baru saja selesai sholat isya.

"Aku sholat duluan, kamu kelamaan main sama Amelia di dapur." Ucap Zavier menyapa Arsena.

"Kata siapa main, kan nyuci piring dan beres-beres juga."

"Kata Abi sama Abah, Arsena kalau sama Amelia jangan di tungguin. Mereka kerja sambil main itu, bisa saja nanti keluar baju sudah basah-basah keduanya." Sahut Zavier tertawa, Arsena memanyunkan wajah.

"Memangnya anak kecil, main air sambil nyuci piring."

"Sudah sana wudhu, bersih-bersih juga. Habis kamu sholat isya, kita sholat sunnah juga." Ucap Zavier, Arsena menganggukkan kepalanya.

Zavier tetap duduk di sajadah berdzikir sembari menunggu Arsena sholat isya, setelah itu mereka berdua melakukan sholat sunnah bersama, sholat yang dilakukan sebelum melakukan malam pertama.

"Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh." Ucap Zavier telah selesai mengerjakan shalat sunnah berjamaah bersama Arsena.

Zavier memutar tubuhnya melihat kearah Arsena dan mengulurkan tangan, Arsena menyambut tangan Zavier dan menciumnya.

Zavier tersenyum kecil, hatinya terasa sangat damai. Zavier melipat sajadah yang digunakan dan meletakkan di tempatnya, Arsena juga melakukan hal yang sama. Ketika Arsena akan membuka mukena, Zavier menahan tangan Arsena.

"Bolehkan aku yang membukanya?" Tanya Zavier, Arsena menganggukkan kepala.

Zavier membawa Arsena duduk di ranjang dan perlahan membuka mukena yang dipakai oleh Arsena.

Zavier terpesona begitu mukena lepas dari kepala Arsena, Zavier melepaskan ikatan rambut Arsena dan membiarkannya tergerai. Rambut Arsena tidak terlalu panjang, hanya sampai bahu tapi sangat indah dimata Zavier.

Arsena terdiam menundukkan kepala, dia sedikit merasa malu.

Semakin melihat ke bawah, sebuah tawa kecil keluar dari bibir Zavier. Melihat istrinya itu memakai baju yang terbuka dan memperlihatkan bahunya.

"Dapat ide dari mana pakai pakaian ini?" Tanya Zavier mengangkat wajah Arsena, Arsena semakin tersipu malu.

"Jawab." Ucap Zavier pelan.

"Aku ke Mall bersama Amelia dan dia menyarankan aku membeli pakaian ini." Jawab Arsena, Zavier tersenyum mendengarnya.

"Coba berdiri." Perintah Zavier, Arsena pun berdiri dan Zavier melepaskan mukena bagian bawah Arsena.

Zavier kembali tersenyum melihat pakaian itu hanya sampai paha Arsena, Zavier menatap kekasihnya dari ujung kaki sampai ke kepala. Arsena sangat sempurna, kulitnya mulus dan juga bersih. Arsena sangat pandai merawat diri dan semua rasa penasaran Zavier di balik pakaian berhijab yang dipakai Arsena selama ini telah terjawab.

Zavier belum membuka sarung yang dia pakai, dia tidak mau saja Arsena terkejut karena melihat Zavier hanya memakai celana dalam di balik sarung itu.

Setelah puas menatap istrinya, Zavier menarik Arsena dan mendudukan di atas pangkuannya. Arsena hanya diam dan tidak bisa berkata-kata, dia mengikuti saja keinginan Zavier. Dia juga tidak mengerti apa-apa, sedangkan Zavier sudah suhu dalam masalah ini.

Zavier membelai wajah Arsena dengan jari-jarinya, membuat Arsena merinding.

"Kenapa sayang? Geli?" Tanya Zavier, Arsena menganggukkan kepala.

Zavier tersenyum mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Arsena keduanya secara bergantian, Zavier memperlakukan Arsena dengan sangat lembut dan hati-hati. Seakan Arsena itu barang yang sangat berharga dan bernilai sangat mahal, dan bagi Zavier Arsena memang seperti itu. Sangat berharga dan tidak ternilai harganya.

Bersambung....

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang