Sesuai dengan kesepakatan semalam, pagi ini Aro dan Mateo menuju ke rumah Aro untuk bertemu dengan orang tuanya. Cukup dengan menempuh perjalanan selama satu jam, Aro dan Mateo telah sampai di rumah orang tuanya.
"Di sini?" Tanya Mateo, Aro menganggukkan kepala.
"Iya Opa."
"Yuk turun." Ucap Mateo segera turun dari mobil, Aro juga segera menyusul.
Di taman Aro bertemu dengan Wilona mamanya yang kebetulan sedang menyirami tanaman, Wilona tersenyum menyambut kedatangan anaknya.
"Pagi ma."
"Pagi juga sayang." Balas Wilona memeluk Aro.
"Siapa?" Tanya Wilona melihat ke arah Mateo.
"Opa Zavier, papa ada ma?" Jawab Aro.
"Ada di dalam."
Wilona berjalan ke arah Mateo dan mengulurkan tangannya.
"Saya Wilona, mamanya Aro."
"Saya Mateo, Opa dari Zavier. Salam kenal ." Sahut Mateo menyambut uluran tangan Wilona.
"Salam kenal juga, silahkan masuk." Balas Wilona, Mateo menganggukkan kepala mengiringi langkah Aro dan juga Wilona.
Mateo duduk di sofa ruang tamu rumah Aro, Aro juga ikut duduk di sebelah Mateo sedangkan mamanya Wilona memanggil Robert kedalam kamar.
Robert segera berjalan ke ruang tamu, dengan wajah penasaran Robert mengulurkan tangannya kepada Mateo.
"Saya Robert papanya Pero." Sapa Robert mengulurkan tangan, Mateo langsung berdiri dan menyambutnya.
"Saya Mateo, Opa Zavier. Maaf mengganggu pagi anda Robert."
"Tidak masalah tuan, saya kebetulan juga tidak terlalu sibuk." Balas Robert kembali mempersilahkan Mateo duduk.
Robert menatap Mateo danAro secara bergantian, dia sangat penasaran dengan tujuan Peron membawa Mateo ke rumah mereka.
"Maaf tuan, sebenarnya ada masalah apa ya? Atau anak saya membuat kesalahan." Tanya Robert, Aro tersenyum kecil mendengarnya.
Mateo tidak langsung menjawab pertanyaan Robert, dia tersenyum kepada Wilona yangmenghidangkan minuman untuk mereka.
"Mama Aro juga lebih baik bergabung dengan kami." Ucap Mateo, Wilona menganggukkan kepala dan duduk disebelah suaminya.
Mateo menghela nafasnya beberapa kali, sebelum menjawab pertanyaan Robert.
"Maaf kalau kedatangan saya mengejutkan kalian, atau bisa juga terlalu lancang ikut campur dengan urusan keluarga disini. Saya hanya ingin membantu kegelisahan Aro, sepertinya dia sudah tidak tahu lagi bagaimana berbicara dengan kalian." Ucap Mateo, Robert langsung paham dengan arah pembicaraan Mateo.
"Kenapa kamu tidak langsung berbicara kepada kami Aro, kenapa harus melibatkan orang lain. Pengecut." Sela Robert marah, Mateo tersenyum kecil mendengarnya. Mateo tidak tersinggung sama sekali, dia paham dengan sikap Robert.
"Karena papa tidak akan pernah mendengarkan saya, paa hanya mementingkan diri papa sendiri." Jawab Aro kesal, dia menatap sinis Robert.
"Kamu yang lebih dulu tidak peduli dengan kami, kamu yang meninggalkan kami dan tidak mendengarkan perkataan papa." Ucap Robert, Mateo akhirnya memilih diam dan mendengarkan saja dulu.
"Aro capek pa, papa tidak pernah menuruti keinginan saya." Sahut Aro dengan nada suara yang pelan, Aro menghembuskan nafas kasar dan menyandarkan tubuhnya.
"Keinginan kamu yang gila." Teriak Robert, Wilona yang juga tidak tahan melihat Robert sekaligus malu kepada Mateo segera menegur suaminya.
"Kenapa harus berteriak, padahal kamu bisa bicara baik-baik. Apa kamu tidak malu dengan tuan Mateo." Ucap Wilona, Robert memalingkan wajah berusaha menahan dirinya.
"Maaf tuan." Ucap Wilona.
Mateo menggelengkan kepala dan tersenyum menatap Robert yang masih berusaha untuk menenangkan dirinya.
"Sebenarnya anak kita sendiri, akan memiliki watak yang sama dengan orang tuanya. Setelah saya mendengarkan kalian berdua, menurut saya kalian sama keras kepalanya. Sama-sama tidak mau mengalah dan memenangkan pendapat diri sendiri, itu hal yang wajar antara anak dan orang tuanya. Saya paham kehadiran saya sangat tidak diharapkan, tapi tujuan saya juga baik. Aro bingung, dia butuh seseorang untuk berbicara dengan anda. Makanya saya turun tangan, selama ini saya juga telah menganggap Aro sebagai cucu saya, tidak saya bedakan dengan Zavier." Ucap Mateo, Robert kembali menatap wajah Mateo.
"Bagaimana saya mengikuti keinginannya, sedangkan dia begitu mengecewakan kami. Saya hanya meminta dia menikah dengan wanita pilihan kami, tapi dia malah memilih wanita lain." Sahut Robert, Mateo menganggukkan kepala paham.
"Buka mata anda pak Robert, wanita pilihan anda bukanlah wanita yang baik. Aro sudah menceritakan semuanya di perjalanan tadi dan dia juga memperlihatkan video rekaman wanita itu. Aro bukan ingin mengecewakan anda, tapi dia ingin wanita yang terbaik mendampinginya. Pernikahan itu seumur hidup, jadi apa salahnya kita memilih wanita yang tepat. Seperti anda, pasti anda juga tidak langsung memilih Wilona sebelum menikahinya."
"Tapi saya sudah mengenal Julia dari lahir, tidak dengan gadis pilihan Aro." Sela Robert tetap mempertahankan egonya.
"Iya saya paham, alangkah baiknya anda melihat dulu rekamannya. Nanti anda akan bisa menentukan wanita mana yang terbaik untuk Aro, Amelia atau gadis pilihan anda." Balas Mateo, Aro mengambil ponselnya dan memutar video rekaman Julia yang bertemu dengan Harve.
Robert dan Wilona kembali shock untuk kesekian kalinya, entah sudah beberapa fakta yang ditunjukkan oleh Aro, tapi Robert masih tetap menyangkal dan menganggap ini semua akal-akalan Aro.
Robert terdiam duduk sembari meletakkan ponsel Aro, dia menghela nafas kasar menyandarkan tubuhnya. Terlihat kekecewaan luar biasa di wajah Robert, Julia yang dia percaya selama ini, yang sudah di anggap anak sendiri mengecewakannya sesakit ini.
"Saya paham dengan perasaan anda, tapi inilah fakta sebenarnya. Seharusnya anda bersyukur, anak anda terjauh dari seorang wanita seperti itu." Ucap Mateo.
"Jadi apa sekarang mau kamu Aro?" Tanya Robert menatap dalam kedua mata anaknya.
"Izin saya pindah keyakinan, setelah itu restui pernikahan kami. Walau kita beda keyakinan setelah ini, tapi cinta kasih saya akan tetap sama kepada papa dan mama." Jawab Aro yakin, Mateo tersenyum bangga mendengarnya.
"Kamu memberikan papa pilihan yang sulit nak, padahal kamu tahu sendiri papa anaknya yang taat. Kalau papa mengizinkan kamu, sama saja papa ikut mengkhianatinya." Ucap Robert lirih, Aro segera berdiri dan berjongkok di depan kaki Robert.
"Robert, Anda saya undang besok malam di rumah Zavier. Kebetulan keluarga Amelia dan juga Arsena istri berada di kota ini. Anggap saja ini pertemuan dua keluarga, nanti disana anda akan mengenal sendiri bagaimana keluarga dari calon menantu anda." Ucap Mateo, Robert tersenyum menganggukkan kepala.
"Baik tuan, saya pasti akan datang." Balas Robert.
Bersambung...
heloo
maaf baru up malam soalnya tadi siang saudara aku ada yang lahiran jadi gw suruh bantu bantu sama emak gw, terus tadi tuh hectic banget sampe baru pegang hape sekarang deh, maap ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...