bab 42

4K 334 25
                                    

Zavier dengan khusuk menghafal satu persatu ayat dalam surat Ar Rahman sesuai dengan janjinya kepada Abi Arsena, walau setiap ayat tergolong pendek-pendek tapi tetap saja Zavier kelimpungannya karenanya.

Maklum belajar menghafal lagi di umur yang sudah menginjak dewasa itu sangat sulit, walaupun dia tergolong pria yang pintar dalam bidang akademis.

"good job Vier." Ucap Arsena setelah mendengarkan hafalan Zavier dari ayat 2 sampai 20.

"Baru 20 sayang, masih ada 58 ayat lagi." Sahut Zavier mengiba, Arsena tertawa kecil mendengar keluhan kekasihnya.

"Sabar ya sayang, kita masih punya waktu 4 hari lagi."

"Bagaimana kalau aku tidak mampu sayang

"Pasti mampu." Sela Arsena menyemangati Zavier.

"Aku mau mendengarkan kamu, apakah kamu hafal?"

"Iya aku hafal, dengarkan baik-baik." Ucap Arsena mulai membacanya, Zavier dengan fokus mendengarkan dan menyamakan dari tabletnya.

"Kamu pintar sayang." Puji Zavier setelah Arsena selesai.

"Aku sudah hafal dari SMP." Jawab Arsena.

"Benarkah? Pasti waktu itu menghafalnya tidak sesusah sekarang."

"Iya, tapi tetap saja berderai air mata."

"Maksud kamu?"

"Aku dan Amelia setor ayat setiap hari, kalau tidak bisa abah akan memukul telapak tangan kami dengan rol. Sakit sayang, kami selalu menangis. Tapi karena itu, akhirnya kami gigih untuk belajar."

"Kalau aku sekarang belajar sama Abah, pasti juga begitu ya. Abah akan memukul telapak tanganku.

"Tidak akan terasa sama kamu, palingan juga rolnya yang patah." Sahut Arsena tertawa, Zavier memanyunkan wajah mendengar ejekan Arsena.
                       
——–––

Empat hari berlalu, hari pernikahan mereka juga sudah dekat. Tidak ada acara lamaran karena waktu yang semakin mepet, seharusnya Arsena sudah kembali ke Roma kareena jadwal perkuliahan akan segera dimulai. Semua berkas juga telah selesai, walau ada sedikit kendala dengan kewarganegaraan Zavier tapi syukurnya bisa terselesaikan dengan baik oleh Opa Mateo.

Pagi ini Arsena keluar dari kamar, abi yang duduk mengopi sembari menonton televisi tersenyum menyapanya.

"Pagi Cena."

"Pagi juga bi."

"Sini duduk." Ajak Abi menepuk kursi disebelahnya, Arsena tersenyum menganggukkan kepala.

"Bagaimana?" Tanya Abi, Arsena langsung paham dengan pertanyaan Abdullah.

"Hampir 50 ayat bi."

"Alhamdulillah, kalau tidak hafal nikahnya batal ya." Ucap Abdullah, Arsena memanyunkan wajah melihat Abdullah.

"Kasih kerenggangan lah bi." Tawar Arsena, Abdullah menggelengkan kepala.

"Tidak nak, Zavier harus membuktikan kalau dia pantas menjadi imam kamu. Abi tidak meminta apapun, atau mahar yang mewah. Abi hanya meminta itu saja."

"Iya bi, Arsena paham dan berharap Zavier tidak mengecewakan." Balas Arsena, Abdullah menganggukkan kepala setuju.

"Nanti setelah menikah, akan tinggal dimana?" Tanya Abdullah, Arsena menggelengkan kepala.

"Entahlah bi, Zavier memiliki Apartemen tapi bagaimana dengan Amelia. Arsena tidak mungkin membiarkan Amelia seorang diri."

"Iya benar juga, atau kalian tinggal ditempat yang lama sementara waktu dulu selagi Zavier mencari tempat yang layak."

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang