Aro membuka matanya ketika sinar mentari masuk kedalam kamar, pria itu segera bangkit dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Pagi ini Aro akan mengantarkan keluarga Arsena dan Amelia ke bandara, semua keluarga kekasihnya itu akan kembali ke Indonesia.
"Pagi ma, pa." Sapa Aro duduk di meja makan, dia akan sarapan dulu sebelum pergi ke rumah Zavier.
"Papa pikir kamu tidak menginap?" Sindir Robert, Aro diam tidak menanggapi, Wilona menendang kaki Robert dari balik meja dan meminta suaminya untuk tidak bicara lagi.
"Kamu mau sarapan pakai apa sayang? Mau kopi?" Tanya Wilona.
"Roti ma, kopi aku mau." Balas Aro, Wilona segera menyeduh kopi dan membuatkan sarapan untuk Aro.
"Kamu mau kemana?" Tanya Robert.
"Aku ada urusan pa." Jawab Aro meneguk kopi buatan mamanya.
"Kapan kamu akan berhenti dari bisnis kotor itu? Sudah saatnya kamu mengurus perusahaan papa?" Ucap Robert kesal.
"Aku tidak akan pernah terjun ke perusahaan papa, nanti kalau aku sudah lelah, aku akan berdiri sendiri."
"Kenapa? Apa kamu terlalu nyaman dengan uang haram itu?"
"Pa." Tegur Wilona, Robert tertawa licik menatap anaknya.
"Kata siapa uang yang kami hasilkan haram? Semua bisnis kami itu berjalan sesuai dengan aturannya, kami tidak menjual narkoba dan juga barang ilegal. Kami tidak menjual wanita di bawah umur, lalu apa dasar papa mengatakan uang kami haram."
"Alah... jangan membantah terus, dunia mafia itu tidak jauh dari yang namanya dosa. Kalian merampas milik orang lain, kalian juga menindas." Ucap Robert, Aro menatap sinis papanya.
"Terserah papa."
"Nanti malam keluarga Julia akan berkunjung, jadi kami harus pulang." Perintah Robert, Aro tidak menanggapinya dan memilih untuk segera pergi dari sana.
"Pokoknya nanti malam Aro harus ada, kamu yang bertanggung jawab." Ucap Robert kepada Wilona istrinya, Wilona menggelengkan kepala kesal menyusul Aro keluar.
"Aro." Panggil Wilona ketika Aro akan masuk kedalam mobil.
"Kenapa ma? Papa mengancam mama lagi?" Sahut Aro.
"Nanti malam kamu pulang lagi ya sayang." Bujuk Wilona memelas.
"Baiklah, tapi ini demi mama. Bukan papa, apalagi wanita menjijikkan itu."
"Apa yang terjadi Aro? Kenapa kamu tidak memberitahukan mama?"
"Mama tidak perlu mengetahuinya, karena sangat menjijikkan." Jawab Aro mencium kening Wilona dan segera masuk kedalam mobil.
..............
Amelia terlihat gelisah berdiri di depan rumah Arsena, dia menunggu Aro yang tidak kunjung datang padahal anggota Zavier telah mengabari kalau pesawat Opa Zavier telah menunggu di bandara.
"Ya allah Aro, kamu dimana sayang?" Ucap Amelia di dalam hati, Aro juga tidak menjawab panggilannya.
"Aro belum datang juga?" Tanya Arsena yang mendorong koper keluar.
"Belum." Jawab Amelia.
"Ya sudah kalau begitu kita duluan saja ke Bandara, mungkin Aro masih ada urusan sama keluarganya." Ucap Arsip, Amelia menganggukkan kepala pelan dengan wajah yang manyun.
"Jangan kesal dong, Aro juga punya keluarga dan kita harus memahaminya." Hibur Arsena merangkul bahu Amelia dan mengajak kedalam.
Begitu mereka akan masuk ke dalam rumah, mobil Aro melaju masuk kedalam dan berhenti didepan rumah. Senyuman senang muncul di wajah Amelia, Arsena juga tersenyum melepaskan rangkulannya dan masuk kedalam rumah sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...