Dret..
Ponsel Zavier berdering, pria itu langsung menjawabnya.
"Tuan Zavier, anda dimana sekarang?" Demian.
"Saya di kampus Arsena Dem, kamu ada dimana?"
"Saya dirumah tuan, tuan lebih baik sekarang tuan membuat janji bertemu dengan Jake.
"Oke, lalu pria itu bagaimana?"
"Dia saat ini dalam pengawasan anggota kita tuan."
"Baiklah Demian, lebih baik kamu beristirahat dulu. Kalau kamu lapar, minta sama Medy."
"iya tuanku ,"
"Baiklah, saya matikan dulu." Ucap Zavier segera mengakhiri pembicarannya.
Zavier melihat ke arah Aro, Aro juga menatapnya dan setelah itu menganggukkan kepala. Aro langsung paham dengan tatapan Zavier, Aro segera mengambil ponselnya dan menghubungi Jake.
Ternyata tidak mudah untuk berjanji dengan Jake, Jake seperti mengelak untuk bertemu dengan Zavier tapi setelah mendengar ancaman dari Aro barulah Jake bersedia.
"Nanti malam jam 8 di markas Jake." Ucap Aro, Zavier menganggukkan kepala.
"Awas saja kalau dia berani macam-macam, saya penggal kepalanya." Sahut Zavier geram mengepalkan kedua tangan, Aro tersenyum kecil menganggukkan kepala setuju.
Zavier dan Aro tidak akan pernah lupa bagaimana usaha mereka sehingga mendapatkan wilayah itu. Dulunya Wilayah itu dipegang oleh seorang Mafia tua, Zavier dan Aro dengan berbagai cara membujuk dan akhirnya wilayah itu dijual kepada Zavier. Tapi dengan satu syarat, Zavier tidak mengambil semuanya dan menyisihkan bagian pinggiran untuk cucunya, Jake. Jake yang dibutakan oleh uang setuju dan semenjak hari itu wilayah itu sah menjadi milik Zavier.
"Kita sudah bayar mahal untuk semuanya, sekarang seenaknya mereka ingin menuntut hak mereka. Dasar manusia brengxxx, mereka pikir saya tidak bisa membeli kepala mereka juga." Umpat Zavier kesal.
"Sabar Zav, kamu lupa sekarang sedang dimana. Nanti kalau Abi dan Abah mendengar umpatan kamu, mereka bisa kecewa lagi." Sahut Aro mengingatkan, Zavier menganggukkan kepala.
"Kita tunggu saja nanti malam, kalau Jake tetap memaksa dan tidak mangalah, jangan salahkan kalau besok tinggal nama." Ucap Zavier lagi segera mengambil gelas kopi dan meminumnya.
.......
Arsena mencari keberadaan Zavier, dia masuk kedalam cafe dan tersenyum melihat kearah suaminya.
"Sudah selesai?" Tanya Zavier, Arsena menganggukkan kepala.
"Sudah sayang, tapi Abi dan Abah ingin sholat di mesjid terbesar di kota ini." Jawab Arsena.
"Baiklah, Ayo. Biar kita tidak terlambat " Sahut Zavier, Aro menutup laptop dan membayar minuman mereka.
............
Zavier dan Aro membelokkan mobil ke arah kawasan Masjid terbesar di kota Roma, dan alhamdulillahnya sesampai disana barulah terdengar suara Azan.
"Untungnya kita tidak terlambat." Ucap Arsena segera keluar dari mobil, Zavier juga ikut keluar.
Abi dan abah terlihat sangat bahagia, selain bisa mendatangi Universitas tempat anak mereka kuliah, mereka juga bisa sholat di masjid yang bagus dan besar di kota ini.
Abah dan Abi tiada henti-hentinya bersyukur, kalau saja Zavier tidak menikah dengan Arsena entah kapan mereka akan sampai di negara ini. Biaya untuk berkunjung pasti akan sangat mahal, gaji abah dan abi setahun tidak akan cukup. Abah dan Abi tidak suka berhutang, mereka hidup seadanya dengan gaji mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...